INDONESIA merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia dengan produksi CPO mencapai 45,5 juta metrik ton (MT) pada periode 2022-2023. Besarnya produksi CPO yang dihasilkan sejalan dengan melimpahnya Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS).
“Selama ini TKKS banyak dimanfaatkan menjadi pupuk. Namun, masih belum banyak bentuk diversifikasinya,” ucap Dosen Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) IPB University Siti Nikmatin dalam keterangan tertulis, Selasa, 28 Maret 2023.
Ia kemudian melakukan inovasi dengan membuat helm berbahan baku tambahan dari serat TKKS. Karena ternyata, serat TKKS ini memiliki sifat mekanis yang bagus dan dapat digunakan sebagai filler untuk meningkatkan kualitas fisik-mekanik helm proyek.
Produknya dinamakan helm ramah lingkungan atau green composite (GC). Dalam memproduksi helm, Siti bermitra dengan PT Interstisi Material Maju (PT IMM), mitra binaan Surveyor Indonesia.
Inovasi pemanfaatan serat TKKS menjadi bahan baku material helm ini telah dipatenkan. Bahkan secara komersil, merek dagang yang digunakan adalah Green Composite Helmet.
“Helm yang diproduksi telah lulus uji SNI serta memiliki nilai TKDN 71,21 persen. Proses sertifikasi TKDN difasilitasi oleh PT Surveyor Indonesia,” ujar CEO PT IMM Andika Kristinawati.
Selain itu, lanjutnya, PT Surveyor Indonesia juga membantu dalam proses pendanaan untuk pembelian mesin pencacah sawit, registrasi di marketplace PaDi UMKM, pelatihan branding, dan mengikutsertakan ke dalam pameran.
Lewati berbagai proses
Sebelum menjadi helm proyek, TKKS harus menjalani berbagai proses. Awalnya, TKKS berbonggol besar diberai menjadi serat-serat panjang oleh para kelompok tani. Biasanya pemberaian TKKS tersebut membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua pekan.
Setelah itu, hasil serat tadi dicampur dengan plastik polimer dan diekstraksi menjadi granule-granule kecil. Granule tersebut yang kemudian diinjeksi menjadi cangkang helm.
Cangkang itu kemudian melalui proses pengecatan dan baru dipasang berbagai elemen penguat untuk selanjutnya bisa dilepas ke pasaran.
“Helm ini bio composite, bukan sekadar polimer. Berpenguat serat alam, dan kami berkontribusi dalam pengurangan limbah TKKS. Hasil ujinya juga lebih bisa meredam benturan,” papar Andika. (MED)