MUDIK lebih awal! Itu perintah pemimpin di negeri ini, Presiden Joko Widodo. Mengapa lebih awal? Karena ditaksir 79 juta pemudik memadati jalan raya. Mereka menggunakan 23 juta mobil dan 17 juta sepeda motor. Liburan Lebaran pascapandemi Covid-19 dipastikan menyita energi besar!
Apalagi persyaratan mudik yang menggunakan moda transportasi umum atau mobil pribadi harus sudah divaksinasi lengkap. Jika belum divaksinasi harus melampirkan hasil test swab antigen dan polymerase chain reaction (PCR). Begitu banyak aturannya, hanya untuk menjaga agar mudik tidak menjadi klaster baru Covid-19, seperti liburan keagamaan tahun lalu.
Liburan Idulfitri tahun ini cukup lama, 10 hari, karena ada cuti bersama. Pastinya, negara tidak mau mendengar banyak keluhan warga, mulai dari pelayanan transportasi, aturan perjalanan mudik, hingga vaksinasi lengkap. Negeri ini mengawal silaturahmi tahunan ini yang bergeser ke gaya hidup seseorang. Lebaran mempererat silaturahmi, tetapi sibuk ke tempat wisata.
Mudik jadi ajang melepas rindu mengarah ke nilai primordialisme. Mudik juga tidaklah diidentikan dengan keberhasilan orang—setelah bertahun-tahun merantau. Namun tersirat, mudik sebagai upaya memenuhi tuntutan sukma untuk bertemu dan akrab dengan asal-usulnya.
Kalau direnungkan, mudik juga sebuah perjalanan melintasi waktu. Di saat mudik, wujud sebagai manusia modern serbakhilaf. Di situ ada kehilangan kemanusiaannya. Tidak ada lagi ruang kasih sayang. Hanya ada rasa emosi, geram, perangai kasar—mementingkan diri sendiri di tanah rantau orang.
Maka itu, perlulah kembali ke fitrah. Mudik melihat masa lalu dari mana asalnya untuk memperbaiki kehidupan. Namun, mudik juga dibarengi budaya konsumtif. Dan, mudik tidak lagi dimaknai berbagi rezeki, menyambung silaturahmi, mengakhiri permusuhan, dan permohonan maaf dari anak ke orang tua. Yang ada, mudik—hanyalah budaya pamer.
Kalau ingin pulang ke kampung harus membawa sesuatu yang baru. Itulah mudik sekarang ini. Maknanya sudah tergerus dengan kehidupan manusia modern. Lalu, bagaimana persiapan daerah menyambut kedatangan para pemudik? Mereka adalah duta yang melakukan belanja barang sehingga memicu perputaran uang fantastis jumlahnya saat mudik.
Mungkin karena duta daerah yang membawa uang banyak guna berlebaran di kampung halaman, para bandit memanfaatkan kesempatan yang baik ini. Caranya, dengan membegal pemudik untuk dikuras uangnya bahkan nyawa pun ikut melayang. Saatnya aparat keamanan memastikan musim mudik tahun ini nyaman, aman, tanpa kemacetan.
Untuk melindung anak-anak bangsa yang berlebaran di kampung halaman, Polda Lampung menebar penembak jitu (sniper) dan anggota antibandit di daerah rawan keamanan—jalur mudik. Sedikitnya ada tujuh makopolres dilintasi jalur mudik. Posko antibegal pun disiagakan.
Kapolda Lampung Irjen Hendro Sugiatno mengatakan guna meredam aksi kejahatan yang cenderung meningkat menjelang Idulfitri, polisi menggelar apel bersama seluruh Tekab 308. Aparat tidak ragu mengambil tindakan tegas kepada para begal yang meresahkan rakyat. Mudik kali ini jadi atensinya karena kriminalitas meningkat diiringi ekonomi sulit.
Melawan penjahat, Jenderal Hendro pun meminta masyarakat untuk tidak takut terhadap bandit. Polisi menjamin tidak akan memproses kasus warga yang membela diri dan mempertahankan harta benda dan nyawa, ketika berhadapan dengan penjahat. Bahkan, jenderal itu menjanjikan memberi hadiah bagi warga yang bisa menangkap bandit.
***
Masyarakat dan penembak jitu merapatkan barisan menghadang para bandit. Dengan demikian, mereka harusnya berpikir ulang jika melakukan kejahatan. Mengapa? Peluru dari senjata sniper mematikan. Menakutkan!
Dalam pameran Indo Defence 2012, PT Pindad memamerkan salah satu produk senapan khusus bagi penembak jitu. Senapan diproduksi sejak 2007 dengan nama SPR-1. Bahkan, Pindad mengembangkan dua generasi baru senapan sniper terkini. Senapan didesain menggunakan peluru yang bisa menembus lapis baja pada kendaraan tempur seperti tank.
Apa sebenarnya keunggulan senapan ini? Menggunakan peluru kaliber 7,62 mm dapat membidik sasaran hingga 900 meter. Kalau jarak tembak 400—500 meter, peluru senapan bisa menembus baja dengan ketebalan 5 mm. Dari dua generasi barunya, menembak dengan jarak hingga 1,5 km.
Ketiga senapan penembak jitu itu, dilengkapi peredam suara, meski masih ada suara letusan. Tank baja bisa ditembusnya. Sejarah peralatan perang, senapan penembak jitu antimaterial menembus tank sejak Perang Dunia II pada 1939—1945 oleh pasukan Nazi Jerman.
Masih soal sniper di musim mudik 2022. Publik menunggu kehebatan tim penembak jitu dengan senapan mematikan. Suksesnya? Menurunkan angka kejahatan. Banyak hal yang baru menjelang lebaran pascapandemi Covid-19, selain pemudik sudah divaksinasi lengkap, juga kebijakan jalan tol tidak lagi menjadi ladang maut bagi pengemudi.
Dari hasil evaluasi, salah satu faktor tertinggi kecelakaan di jalan tol akibat kelelahan atau mengantuk, serta kecepatan berkendaraan yang melebihi batas maksimum. Mulai 1 April lalu, negara menerapkan tilang electronic traffic law enforcement (e-TLE) di ruas tol di Jawa, juga di Sumatra.
Tilang itu diberlakukan bagi kendaraan yang melanggar batas maksimal kecepatan dan pelanggaran batas muatan di ruas tol. Pengendara yang melanggar langsung dikirimkan surat tilang ke alamat yang terdapat di dalam database kepolisian. Pelanggar yang tak membayar akan denda. Lalu, diblokir bagi kendaraan yang dipakai saat melanggar.
Yang jelas, momen mudik Lebaran ini, dengan menerapkan e-TLE sangat efektif untuk mengubah perilaku pengendara agar tertib berlalu lintas. Masyarakat lebih berhati-hati sehingga lambat laun dapat mengubah peradaban manusia.
Sistem ini juga mengajak publik lebih transparan, menghilangkan pungli, efisien, tak ada lagi petugas di lapangan. E-TLE bisa mengetahui siapa saja pemilik kendaraan. Tak menimbulkan celah kecurangan serta berdampak pada sikap disiplin dan kepatuhan warga dalam berkendara.
Dengan inovasi di era digital, pengguna jalan raya akan berkurang interaksi antara polisi dan pelanggar lalu lintas. Artinya, tidak akan ada oknum polisi yang disuap pelanggar atau minta uang. E-TLE menjadikan polisi lalu lintas menjadi lebih bersih dan transparan.
Sistem e-TLE yang diberlakukan menjelang mudik 2022, bahkan selamanya, dengan harapan jalan raya tidak lagi tempat menyetor nyawa. Namun, lebih manusiawi dan bermakna. Dipastikan silaturahmi pulang kampung tahun ini, pascapandemi Covid-19, tidak ada kemacetan dan kematian. ***