RICKY MARLY
ricky@lampungpost.co.id
LANGKAH pembalap Francesco Bagnaia (25), merebut gelar juara Moto-GP 2022 diwarnai drama. Dia sempat putus asa pada paruh musim lantaran pada GP Jerman Juni lalu mengalami crash yang membuatnya tertinggal jauh di klasemen. Namun, semangat dan keyakinan tinggi membuatnya bangkit.
“Saya kehilangan kepercayaan diri selama setengah jam setelah balapan di Sirkuit Sachsenring. Namun, sejak saat itu, saya tahu bahwa masih ada peluang untuk menjadi juara dunia,” kata Bagnaia.
“Momen tersulit pada 2022 adalah Sachsenring karena saya tampil sangat kompetitif.”
Bagnaia keluar sebagai juara dunia Moto-GP 2022. Gelar kampiun dipastikannya seusai seri terakhir GP Valencia di Sirkuit Ricardo Tormo, Minggu (6/11) malam. Finis posisi sembilan di Valencia cukup bagi Bagnaia untuk meraih gelar karena torehan poinnya tak bisa terkejar sang rival juara musim lalu, Fabio Quartararo (Yamaha).
Quartararo menyelesaikan balapan di posisi keempat dan membuatnya tahun ini gagal mempertahankan gelar. Bagnaia total mengemas 265 poin sepanjang musim ini, sedangkan Quartararo dengan 248 poin.
Kemenangan Bagnaia juga menjadi pelepas dahaga bagi Ducati yang paceklik 15 tahun lamanya. Pembalap Ducati terakhir kali juara dunia pada 2007 ketika era Casey Stoner.
Yang menjadi istimewa, kali ini Ducati juara bersama dengan rider Italia. Tak ayal, Bagnaia mengukir sejarah sebagai pembalap Italia pertama dengan motor Italia yang merebut gelar juara dunia kelas utama sejak Giacomo Agostini pada 1972 dengan MV Agusta. “Juara dunia kedengarannya bagus,” kata pembalap yang akrab dengan sapaan Pecco itu.
“Itu adalah balapan terberat dalam hidup saya. Saya berjuang sekuat tenaga, misi saya berada di urutan lima teratas, tapi setelah tiga putaran saya merasa berjuang dengan motor saya, agak sedikit sulit dikendalikan,” ujar Bagnaia.
“Namun, yang paling penting kami juara. Kami juara dunia, ini hari yang besar buat kami dan saya sangat bahagia,” kata dia.
Bangkit
Musim ini Bagnaia 10 kali meraih podium, termasuk tujuh kemenangan. Hasil itu juga menjadi comeback cemerlang bagi Bagnaia lantaran pada paruh pertama performanya tidak maksimal.
Seusai GP Jerman yang menjadi titik terendahnya musim ini, Bagnaia hanya berada di urutan keenam klasemen dan tertinggal 91 poin dari Quartararo. Namun, dia mampu bangkit meraih lima kemenangan setelah itu hingga GP Malaysia.
Torehan gelar juara itu bagi Bagnaia juga amat berarti bagi publik Italia. Dia melanjutkan langkah sang legenda Valentino Rossi sebagai jawara Moto-GP. Bagnaia menjadi pembalap Italia setelah Rossi yang sukses menyabet gelar juara. Rossi terakhir kali menjadi juara pada musim 2009. “Saya sangat senang meski pada hari yang menjadi balapan terburuk saya tahun ini. Saya memiliki perasaan spesial,” kata Bagnaia.
“Ketika melewati garis finis, saya hanya melihat papan pit yang menyatakan saya adalah juara dunia. Sejak saat itu segalanya jadi lebih ringan, lebih menyenangkan, dan itu merupakan perasaan yang luar biasa,” ujarnya. (AFP/MI/R3)