Liwa (Lampungpost.id)–Konflik manusia dengan stwa liar di Lampung yang terus terjadi menjadi sinyal tersendiri pemerintah dalam menata kembali program konservasi lingkungan. Apalagi di Lampung terdapat dua kawasan Taman Nasional yang berisi kekayaan hayati flora atau tumbuhan maupun fauna alias satwa liar.
Perlu adanya mitigasi konflik manusia dengan satwa liar. Salah satunya dengan bebrbagi ruang dan perbaikan kualitas ekosistem satwa liar. Dengan begitu, persentase konflik satwa liar baik gajah dan harimau akan menurun.
Sejumlah kasus konflik dengan stwa liar sudah terjadi, seperti konflik dengan gajah di Tanggamus dan Lampung Barat. Kemdian konflik dengan buaya di Tulangbawang. Semua kasus memakan korban harta maupun jiwa manusia. Teranyar konflik manusia dengan Harimau di Suoh, Lampung Barat yang berulang kali berujung kroban jiwa manusia.
Ahli Ekologi Yob Charles mengatakan bahwa konflik yang terjadi antara satwa dengan manusia membuat masyarakat Lampung Barat terutama Suoh mau tidak mau harus hidup mencekam berdampingan dengan satwa liar seperti harimau.
Naluri Harimau akan Menghindari Manusia
Eks Project Leader WWF BBS indonesia itu menyebut, bahwa pada naluri alamiahnya harimau akan selalu berusaha menghindari manusia. Namun kondisi harimau hari ini menurutnya terdesak akibat habitatnya sudah di konversi menjadi kebun kopi dan pertanian lainnya.
“Akibatnya populasi dan distribusi satwa mangs dari harimau kian hari kian berkurang. Kondisi inilah yang akhirnya mengubah perilaku alami harimau menjadi agresif dan berani menyerang manusia,” kata Yob, Selasa, 12 Maret 2024.
Untuk mengatasi persoalan itu, masyarakat bisa menggunakan strategi dengan berbagi ruang hidup bersama satwa liar. Caranya yakni dengan mengupayakan peningkatan kualitas habitat harimau, melalui restorasi hutan sebagai tempat tinggal alaminya.
Meskipun harga kopi dan kakao bernilai jual tinggi dan menjadi mata pencaharian utama masyarakat di sana. Namun masyarakat menurutnya juga tidak boleh abai terhadap lingkungan yang menjadi tempat hidup satwa liar yang keberadaannya harus terjaga.
“Tetap butuh standar dan perhitungan yang baik sehingga berbagi ruang, menurut saya cara yang realistis. Tentu harus ada dukungan juga dengan pendidikan serta penyadaran masyarakat,” ujarnya.
Menanggapi adanya keinginan dari masyarakat untuk menembak mati harimau yang telah menyerang warga, Yob mengatakan bahwa hal itu tidak perlu. Sebab ada atudan dan undang-undang yang melindungi keberadaan Harimau Sumatera. Aturannya tertuang dalam undang-undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam.
“Populasinya harimau di TNBBS ada 2.8 individu/100 km². Cara terbaik yang dilakukan ya harus berbagi ruang dan kembali pada kearifan lokal,” katanya.
Tim Satgas Penanganan Satwa Liar Diminta Tegas
Kejadian yang menewaskan warga akibat serangan harimau itu, membuat gejolak di tengah masyarakat. Bahkan anggota DPRD Lampung Barat asal Suoh dan Bandarnegeri Suoh Sugeng meminta agar tim Satgas penanganan satwa liar mengambil tindakan tegas.
“Supaya tidak ada korban lagi maka kami minta tidak ada jalan lain. Tangkap harimau itu hidup atau mati,” kata Sugeng, kemarin.
Bahkan kejadian harimau memangsa manusia memancing kekacauan hingga pembakaran kantor Polisi Hutan TNBBS Resort SUoh. Ribuan massa mendatangi kantor TNBBS resort Suoh di Pekon Gunungratu Kecamatan Bandarnegeri Suoh.
Massa lalu melakukan aksi pengrusakan dan membakar habis kantor tersebut. Aksi massa itu atas rasa kekecewaan adanya korban serangan harimau yang kembali bertambah. Sementara penanganan konflik harimau dengan manusia oleh tim Satgas di wilayah itu hingga saat ini tidak efektif.
Atas hal itu, Kepala Kepolisian Resor Lampung Barat AKBP Ryky Widya Muharam meminta masyarakat Suoh tidak berbuat anarkis lagi terkait penanganan satwa liar di wilayah itu. Kapolres menyampaikan hal itu kepada massa usai peristiwa pembakaran kantor Polhut TNBBS resort Suoh, Senin (11/3) malam.
Kepolisian dan TNI memediasi warga setelah mengetahui peristiwa pembakaran kantor Polhut terjadi. Ryky mengaku sangat menyayangkan atas kejadian pengerusakan kantor resort Kehutanan Suoh tersebut.
“Kami turut prihatin atas kejadian yang menimpa korban. Namun kami juga menyayangkan kejadian pengerusakan ini,” kata Kapolres.