LIBURAN akhir tahun melegakan! Jauh-jauh hari diingatkan, pandemi Covid-19 belum berakhir, bahkan akan ada gelombang tiga–serangan virus varian baru yang dahsyatnya. Belakangan kekhawatiran itu ditepis oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), bahwa varian baru–omikron tidak perlu ditakuti, karena dampak penularan tidak separah delta plus.
Selama dua tahun ini, Covid-19 telah membunuh lebih dari 5,2 juta penduduk dunia sejak pertama kali diumumkan akhir 2019. Mungkin angkanya lebih dari itu. Makanya para ilmuwan dan pakar kesehatan mengingatkan, vaksinasi dan protokol kesehatan tetap menjadi kunci untuk mengalahkan semua virus termasuk omikron.
Varian baru bernama omikron—virus B.1.1.529 adalah virus bagian dari mutasi yang tidak biasa dan berbeda dari sebelumnya. Menteri Kesehatan Afrika Selatan Mathume Joseph Phaahla mengatakan mutasi ini menjadi perhatian serius, karena hampir 100 kasus terkait dengan varian tersebut.
Mengapa Afrika yang angkat bicara duluan tentang omikron? Karena varian baru itu pertama kali ditemukan di Botswana, Afrika Selatan. Negara kulit hitam ini melaporkan mendeteksi 19 infeksi varian baru. Dalam penelitian, gejala virus tersebut lebih ringan. Tapi penduduk dunia jangan lengah!
Hal itu juga dipertegas para ilmuwan dari WHO bahwa omikron tidak lebih buruk dari jenis virus corona lainnya. Tapi diperlukan lagi penelitian guna menilai tingkat keparahannya. Jenis omicron memunculkan kegalauan global, sehingga memaksa puluhan negara memberlakukan lagi penguncian wilayah agar virus itu tidak menyebar ke mana-mana.
Ilmuwan terkemuka dari Negeri Paman Sam, Anthony Fauci, berkeyakinan omikron tidak lebih buruk dari jenis sebelumnya, setelah ada indikasi awal. Maka itu, belakangan negara Indonesia memutuskan tidak menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 untuk semua wilayah.
Negeri ini tidak mau kecolongan lagi. Kendati level PPKM dilonggarkan, syarat perjalanan tetap diperketat. Dengan penguatan testing, tracing, treatment (3T) serta percepatan vaksinasi dalam satu bulan, Indonesia akan mampu menghadapi liburan tanpa memunculkan klaster baru.
Kini diputuskan, selama Nataru, syarat perjalanan jarak jauh dalam negeri wajib vaksinasi lengkap dan hasil antigen negatif maksimal 1 x 24 jam sebelum keberangkatan. Untuk orang dewasa yang belum mendapatkan vaksinasi lengkap ataupun tidak bisa divaksin karena alasan medis, tidak diizinkan untuk bepergian jarak jauh. Untuk yang satu ini, sangat tegas!
Bagaimana dengan anak-anak? Tetap berlaku tanpa kecuali dengan syarat PCR untuk 3 x 24 jam perjalanan udara, atau antigen 1 x 24 jam untuk darat dan laut. Walaupun dilonggarkan–tetap pasang kewaspadaan tinggi. Maka itulah, seluruh jenis perayaan Tahun Baru di hotel, pusat perbelanjaan, mal, tempat wisata, serta keramaian umum sangat-sangat dilarang.
Indonesia sangat beruntung. Di Eropa, seperti negara Polandia, mulai 15 Desember membatasi jumlah orang yang ibadah di gereja, juga berkumpul di restoran. Negara itu mewajibkan vaksinasi bagi petugas kesehatan, guru, dan militer. Ada juga negara di belahan dunia masuk “daftar merah” karena wilayahnya berisiko tinggi karena lalai vaksinasi.
***
Indonesia sangat ketat. Melihat angka selama 20 pekan terakhir, pandemi Covid-19 mengalami penurunan pasca-lonjakan kasus yang terjadi pada Juli 2021. Saat itu, total kasus mingguan tertinggi mencapai 347.847 kasus. Jika dibandingkan kasus mingguan saat ini, hanya 1.749 kasus, atau turun 99% begitu pun pasien yang sembuh dan meninggal dunia.
Selama tiga tahun Covid-19 menyebar di seluruh dunia sejak pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok, pada Desember 2019, sedikitnya 42 juta rakyat Indonesia terpapar virus corona. Maka itu agar warga tidak terus bergelimpangan, program vaksinasi digencarkan di lapisan masyarakat.
Sebanyak 100,03 juta orang telah mendapatkan dosis lengkap atau dua kali menerima dosis vaksin. Tercatat pada Selasa, 7 Desember lalu, tercapai 49% dari total 208,2 juta orang yang harus divaksinasi di Tanah Air.
Patut berbangga. Laporan Our World in Data, 6 Desember 2021, Indonesia menduduki peringkat kelima negara dengan jumlah terbanyak vaksinasi dosis lengkap setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, dan Brasil.
Capaian itu–tidak terlepas dari modal sosial anak-anak bangsa yang tinggi dengan saling bahu-membahu menyelenggarakan kegiatan vaksinasi. Ini tolak ukur bahwa partisipasi masyarakat bagian penting dalam pencegahan Covid-19 di Tanah Air. Warga bergerak memberikan bantuan, baik secara materi, informasi, maupun edukasi agar masyarakat mau divaksinasi.
Banyak sekali warga membentuk unit kerja untuk menyadarkan masyarakat lainnya akan bahaya Covid-19. Semua elemen bangsa bersatu menghadang Covid-19. Dengan tekad dan semangat yang tinggi, Indonesia harus bebas dari wabah corona.
Dan vaksinasi lengkap untuk 208,2 juta warga tadi, dituntaskan pada Maret atau April 2022. Modal kerbersamaan itu terlihat saat penyuntikan dosis pertama yang sudah mencapai target. Lebih dari 143 juta warga atau 70% dari target 208,2 juta akan dituntaskan pada akhir Januari 2022.
Vaksinasi menjadi salah satu upaya yang penting dalam mengurangi laju penyebaran virus, sehingga mengurangi lonjakan. Bangsa ini berikhtiar keluar dari pandemi. Sehingga semua elemen masyarakat berkolaborasi–tiada hari tanpa vaksinasi. TNI/Polri, pemerintah daerah, BUMN, organisasi keagamaan dan sosial, dan swasta secara door to door mengejar vaksinasi.
Menghadapi Nataru juga, kekuatan modal sosial menyuarakan tidak bepergian. Sekaligus mencegah kerumunan untuk menghindari terjadinya gelombang ketiga. Bahkan, pembagian rapor semester satu bagi siswa yang biasanya dibagikan sebelum Tahun Baru, kini dilakukan di Januari 2022.
Mencegah Covid-19 harus bersama-sama. Gunakan akal sehat dan berpikir waras agar bangsa ini tidak terpuruk lagi hanya gara-gara rakyatnya ngeyel tetap mudik dan berlibur Nataru. Sekali lagi, walau level 3 PPKM dicabut, peraturan dilonggarkan–kenaikan kasus Covid-19 harus ditekan. Jangan seperti hewan keledai yang selalu terperosok berkali-kali di lubang sama. ***