Lampungpost.id-– Indonesia diproyeksikan menjadi pemimpin terdepan dalam adopsi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) di ASEAN pada 2030 dan menjadi negara maju pada 2045. Faktor pendorongnya karena Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk cukup besar dan sekaligus berada di tengah perkembangan digital yang sangat pesat.
Kehadiran AI kini dapat dirasakan dalam aktivitas yang paling sederhana sekalipun, mulai dari smartwatch yang dapat menghitung detak jantung hingga mobil tanpa pengemudi bahkan gym dari rumah. AI, seperti ChatGPT, juga menunjukkan kemungkinan terobosan dan manfaat luar biasa yang dapat dibawanya ke semua industri dan fungsi bisnis.
“Namun, statistik kami untuk Indonesia tahun lalu menegaskan adopsi teknologi canggih harus terus disertai dengan antisipasi dan respons perusahaan yang tepat terhadap serangan siber,” ujar General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky, Yeo Siang Tiong, dalam keterangan tertulisnya, Senin, 6 Maret 2023.
Oleh karena itu, inovasi teknologi yang cepat, sistem yang kompleks, dan berbagi data yang semakin terhubung memungkinkan risiko upaya siber menjadi lebih terorganisir dan tersebar luas di dalam negeri. Misalnya, data terbaru Kaspersky menunjukkan telah memblokir sebanyak 41.039.452 ancaman online yang menyasar pengguna di Indonesia selama periode Januari hingga Desember 2022.
Ini merupakan penurunan sebesar 4,52 persen dibandingkan 42.983.721 upaya pada periode yang sama di 2021. Hal ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-68 secara global dalam hal bahaya yang terkait dengan berselancar di web.
Statistik infeksi lokal untuk komputer pengguna merupakan indikator yang sangat penting. Worm dan virus file menyumbang atas sebagian besar insiden tersebut. Data ini menunjukkan seberapa sering pengguna diserang oleh penyebaran malware melalui drive USB yang dapat dilepas, CD dan DVD, dan metode offline lainnya.
Untuk membangun langkah-langkah keamanan siber dalam teknologi yang sedang berkembang ini, pengusaha perlu memahami cara kerja AI modern sehingga penerapannya dalam bisnis dapat berjalan dengan baik dan aman.
“Dari sudut pandang kami sebagai ahli, pengesahan undang-undang perlindungan data di Indonesia telah membuka jalan bagi perusahaan domestik untuk lebih percaya diri dalam mengembangkan ekosistem bisnis digital mereka dengan AI dan kepercayaan ini harus sejalan dengan komitmen negara untuk memperkuat kemampuan pertahanan TI-nya,” tambah Yeo.
Di sisi lain, prediksi konsumen untuk 2023 mengungkapkan teknologi inovatif mulai dari VR, AR, antarmuka suara, dan otomatisasi proses (termasuk robotisasi komunikasi) hingga pengujian dan penilaian yang mendukung AI akan memicu peningkatan serangan siber di tahun ini. (MED)