KEPALA Desa Toray, Merauke, Papua, Barsalinan Deda, berharap wilayahnya dapat memperoleh pelatihan dan pendampingan untuk rehabilitasi mangrove. “Kampung kami berada di kawasan hutan lindung perbatasan. Kami berharap hutan lindung ke depannya mendapat sedikit pertumbuhan atau cara penanaman mangrove di sekeliling desa. Itu agar bisa tumbuh berkembang dan desa kami ini dengan keindahan alamnya bisa jadi desa wisata,” kata dia.
Terkait hal itu keinginan Kepala Desa Toray itu, Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Hartono menyatakan pihaknya selalu berupaya berkomunikasi dan bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan dalam setiap kegiatan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove.
Dia mengatakan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove merupakan salah satu upaya melindungi negara. Sebab, kerusakan gambut dan mangrove dapat memengaruhi perubahan iklim nasional maupun internasional.
“Restorasi gambut dan mangrove sangat relevan dengan tujuan kita bernegara. BRGM juga berupaya melaksanakan PEN dengan melibatkan banyak masyarakat,” ujarnya dalam webinar bertema Bersama jaga gambut dan mangrove untuk Indonesia tangguh, Indonesia tumbuh.
Peta Mangrove Nasional
Sementara itu Direktur Konservasi Tanah dan Air Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung KLHK, Zainal Arifin menyebut pentingnya peta mangrove nasional. “Peta mangrove sangat penting untuk penyusunan rencana kegiatan rehabilitasi dan operasional dalam pelaksanaannya,” kata Zainal.
Menurut dia, ekosistem mangrove Indonesia, salah satu terbesar di dunia sehingga harus mempertahankannya. Sebab, ekosistem mangrove sangat penting dalam menjaga kestabilan fungsi daerah aliran sungai dan lainnya.
“Mangrove sangat penting untuk mendukung tata wilayah daerah. Bisa menjadi dasar untuk pengelolaan wisata, lembaga di tingkat petani mangrove dan nelayan, daerah pesisir, potensi karbon, dan lainnya,” kata Zainal.
Sekretaris BRGM Ayu Dewi Utari mengatakan kegiatan rehabilitasi mangrove tidak mungkin terlaksana secara instan. Sebab, menanam mangrove di umur 1—2 tahun manfaatnya belum banyak. Tapi, ujarnya, di umur 5 tahun atau lebih, manfaatnya akan sangat besar untuk masyarakat, seperti terbentuknya daerah wisata dari ekosistem mangrove.
“Ini bisa jadi tambahan penghasilan baru bagi masyarakat. Ekosistem terjaga, masyarakat sejahtera, tujuan utama dari restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove,” ujarnya.
Ketua Indonesia Mangrove Society, Sahat M Panggabean menyebut mangrove juga bisa meminimalisasi dampak tsunami. Oleh karena itu, daerah berpotensi tsunami perlu dilakukan penanaman tumbuhan tersebut, karena bisa menahan gelombang laut. (ANT/D2)