WARGA Desa Rulungsari, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, mampu memanfaatkan peluang akan kebutuhan pakan alternatif untuk ternak dan ikan. Mereka membudidayakan maggot (larva lalat hitam) untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Bahkan, dalam waktu dekat budi daya maggot di desa tersebut akan menggelar panen perdana. Evan Rio Devosta, salah satu pembudidaya di tempat budi daya maggot, mengatakan tercetusnya ide budi daya tersebut karena melihat belakangan harga pakan ternak ayam dan ikan semakin tinggi. Sementara dengan menggunakan pakan alternatif maggot cukup murah dan mudah.
“Maggot ini selain murah untuk pakan alternatif juga memiliki protein tinggi sehingga ternak dan ikan bisa cepat tubuh besar,” katanya.
Dia mengungkapkan cara budi daya juga tidaklah sulit dan pakan untuk larva lalat hitam ini pun sangat mudah. Sampah sayuran, sisa makan sehari-hari termasuk buah busuk dan hasil fermentasi dari buah pun bisa jadi pakan.
“Waktu panennya juga tergolong singkat hanya butuh waktu 15 hari mulai dari telur. Kami di sini mengurus mulai dari peneluran hingga panen. Maggot ini juga untuk mengurai sampah organik yang semakin banyak saat ini,” ujarnya.
300 Kg
Dia menyatakan menyiapkan lahan atau rumah tempat pembudidayaan berukuran 4 X 10 meter. Lahan dengan ukuran tersebut bisa menghasilkan maggot siap jual di pasaran mencapai 300 kg.
“Soal penjualan mudah bahkan hampir semua peternak ayam dan ikan membutuhkannya. Untuk saat ini pun bisa katakan sudah ada yang memesan,” katanya.
Dia menjual satu gram telur maggot untuk dibudidayakan Rp5.000. Sementara harga untuk pakan ternak dan ikan berkisar Rp5.000 hingga Rp8.000. “Kalau langsung order ke sini biasanya Rp5.000, tetapi kalau beli di luar mencapai Rp8.000. Bayangkan kalau pakan ternak atau pakan ikan pakai pur harganya sampai Rp10 ribu lebih, intinya kalau pakai ini bisa untung 50% dari pur. Itulah alasan kenapa maggot banyak peminatnya,” ujarnya.
Keuntungan juga cukup lumayan dari membudidayakan ini. “Dalam 15 hari pemeliharaan hingga panen dari luas penangkaran 4 X 10 meter bisa menghasilkan 250—300 kg. Kalikan saja jumlah itu dengan Rp5.000, bisa menghasilkan jutaan dalam 15 hari,” katanya. (EBI/D1)