DIAN WAHYU KUSUMA
KAYU papan berukuran 40×40 cm itu diletakan di atas batang pohon. Di bagian atasnya ada plastik hitam tebal yang ditutupi dengan satu panan lagi. Di satu sisinya, ada satu lubang tempat lebah madu keluar masuk. “Kebanyakan lebah klanceng, tidak menyengat,” kata Isnina, pemilik Madu Suhita, di Suhita Bee Farm, Jalan Batin Mangku Negara, Batu Putuk, Kec. Tlk. Betung Utara, Kota Bandar Lampung, Lampung.
Isnina mulai membuka plastik hitam. Ia memipet madu lebah murni dan diberikan ke saya, madu murni asli dari peternakan madu di Lampung. Pengunjung bisa menikmati langsung madu murni Suhita dari Suhita Bee Farm.
Madu itu berwarna kuning pekat, rasanya manis dan sedikit masam. Menurut Isnina, warna madu yang selalu berubah-ubah ini tergantung dari musim nektar dan juga jenis pohon yang dihisap si lebah. Oleh karena itu, disetiap produk Madu Suhita, hanya tercantum jenis lebah. Hal ini untuk menginformasikan kepada konsumen bahwa jenis madu yang dihasilkan dari lebah jenis.
Selanjutnya, ia ingin setiap pengunjung yang belajar tentang lebah madu bisa mendapat sertifikat pelatihan. Oleh karena itu, Isnina Dan Tim nya sedang mempersiapkan untuk menjadi P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya) yang di registrasikan pada Kementrian Pertanian. Harapannya makin banyak warga yang teredukasi soal madu, maka Suhita juga bisa makin dikenal, sehingga masyarakat menjadi makin sehat karena manfaat madu.
Perempuan berusia 35 tahun ini punya mimpi, setiap orang bisa menikmati madu murni melalui produknya, Suhita. Permpuan yang mengenakan hijab ini tampak kesal bila bercerita tentang madu palsu yang beredar di pasaran.
Berbicara tentang lebah, kita bisa melihat organisasi dari lebah madu. Di dalam sarang atau koloni lebah, ada tiga jenis lebah. Pertama ratu lebah, kedua lebah pejantan, dan ketiga lebah pekerja. Ketiga jenis lebah ini memiliki perannya masing-masing. Ratu lebah dan lebah pejantan bertugas untuk reproduksi, lalu lebah pekerja sebagai pencari nektar bunga untuk menghasilkan madu.
Ada empat jenis lebah madu yang dijual dan dibudidayakan oleh Suhita Bee Farm, diantaranya Heterotrigona Itama. Dalam 40 hari sekali Isnina bisa memanen sekitar 200-300 kg. Lalu, lebah jenis Tetrigona apicalis dalam 40 hari menghasilkan 10-20 kg. Kemudian lebah Apis melifera dalam sebulan bisa menghasilkan sekitar 1-3 ton. Terakhir lebah jenis Apis dorsata. Khusus jenis ini, Isnina tidak membudidaya namun hanya menampung dari pemburu atau pemanjat lebah dan menjualnya hingga 200 kg.
Isnina mulai menggeluti lebah madu sejak 2016 lalu. Perempuan berusia 35 tahun ini bersama suaminya Suyadi (38) menggeluti lebah madu. Dimulai dengan belajar mandiri soal lebah madu. Lalu pada 2019 ia bisa meraih omset berjualan madu Rp3 juta dalam sebulan. Sekarang penjualannya naik pada Juni 2021 bisa mencapai Rp70 juta per bulan.
Bahkan madu yang diproduksi dari peternakan madunya sudah tersebar di seluruh Lampung hingga ke berbagai kota besar di Indonesia.
Di tahun 2022 ini Madu Suhita akan diusulkan untuk mengikuti Brilianpreneur 2022 oleh BRI Regional Office Bandar Lampung. Ia harap dengan memasuki program tersebut bisa menambah wawasan dan meningkatkan penjualan madu Suhita.
Dari cerita umkm yang sudah mengikuti Brilianpreneur, menurut Isnina pihak BRI akan totalitas mendampingi pelaku UMKM. Misalnya memanfaatkan jaringan pemasaran bahkan sampai pasar ekspor.

Lampung Post/ Dian Wahyu K
Bina Masyarakat Sekitar Hutan
Isnina sekarang bermitra dengan peternak lebah di sekitar hutan. Dulu, ia bercerita warga masih banyak yang menebang pohon. Tapi, setelah ia kenalkan dan edukasi tentang lebah madu, warga sekitar hutan mulai tertarik. Maka ia menitipkan lebah madu ke para peternak lebah. Hasil madunya ia tampung. “Kita edukasi petani, lebah endemik sini, jadi pohon jangan ditebang,” tuturnya.
Kini, ia sudah membentuk kelompok peternak madu di Kota Bandar Lampung, Kabupaten Pesisir Barat, Way Kanan, Kalianda, dan Muara Dua.
Konsep Isnina, pelestarian hutan bisa mendapat madu dan swasembada madu. “Mereka jual madu ke kami,” tambahnya.
“Dulu kami pinjamkan lebah. Mereka butuh peralatan butuh dana transportasi ke hutan.
Cari lebahnya pelihara di pinggir hutan. Sekarang mereka nggak nebang pohon lagi, justru sekarang mereka menanam pohon,” imbuhnya.
Kerjasama Kampus
Isnina sadar bahwa riset soal madu di Lampung masih minim. Untuk itu, ia bekerjasama dengan 2 Kampus yakni kampus UNILA Dan Kampus ITERA yakni Kebun Raya Institut Teknologi Sumatera (Itera) di Lampung. Ia juga menitipkan lebah madu di sana. Ia menjelaskan khusus di Itera, terdapat tiga jenis lebah yang dibudidayakan yakni Heterotrigona Itama, Geniotrigona Thoracica, Tetrigona Apicalis.
Lebah madu itu sebagai sarana penelitian mahasiswa. Ia juga terbantu karena di kampus tersebut dikelolingi oleh banyak pohon. Perempuan berusia 35 tahun ini menuturkan memiliki banyak lebah madu, jadi tinggal dipecah koloninya saja.
“Kami kerjasama, kami ingin taruh lebah lalu bisa dibuat riset penelitian,” ujarnya.
Menurut Isnina, masyarakat belum banyak teredukasi tentang manfaat madu secara benar. Bahkan masih banyak mitos tentang madu yang dipercaya oleh masyarakat, misalnya bagaimana menentukan madu asli.
Hadirnya madu Suhita diharapkan bisa memecahkan informasi yang salah di masyarakat tentang madu. Misalnya informasi madu asli bisa dibakar, tidak tembus oleh kertas tisu, tidak dirubungi oleh semut, hingga madu berbusa. Semuanya itu menurut Isnina adalah informasi yang salah. Isnina ingin, mitos tentang madu di masyarakat bisa berkurang, bahkan lama kelamaan dengan literasi yang benar mitos tersebut bisa hilang.***