Dian Wahyu Kusuma
ISNINA pemilik Madu Suhita yang beralamat di Jalan Purnawirawan I, Langkapura, Kec. Langkapura, Kota Bandar Lampung.
menuturkan produknya saat ini sudah dipasarkan ke wiayah Lampung.
Isnina sekarang juga sudah bermitra dengan peternak lebah di sekitar hutan di Lampung. Dulu, warga masih banyak yang menebang pohon di hutan. Tapi, setelah ia kenalkan tentang lebah madu, warga sekitar hutan mulai tertarik.
Wanita berusia 35 tahun ini menitipkan koloni lebah madu ke para peternak lebah. Hasil madunya lalu ia tampung.
“Kita edukasi petani, lebah endemik sini, jadi pohon jangan ditebang,” tuturnya, saat ditemui di Suhita Bee Farm, awal Februari lalu.
Kini, ia sudah membentuk kelompok peternak madu di Kota Bandar Lampung, Kabupaten Pesisir Barat, Way Kanan, Kalianda, dan Muara Dua. Konsep Isnina, dengan melakukan pelestarian hutan warga bisa mendapat madu atau bahkan swasembada madu. “Sekarang mereka nggak nebang pohon lagi, justru sekarang tanam pohon,” katanya.
“Mereka (petani) jual madu ke kami,” tambahnya.
“Kami pinjamkan lebah. Mereka juga butuh peralatan butuh dana transportasi ke hutan,” ujarnya.
Isnina menjelaskan bahwa saat ini Madu Suhita masih dalam proses audit dan verifikasi untuk mendapatkan sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). HACCP ini menjadi jaminan keamanan pangan melalui sistem yang dirancang sistematis dan terintegrasi. Bila HACCP sudah ditangan, produk Madu Suhita dapat bersaing di pasar internasional. Tentunya pintu ekspor makin terbuka lebar.
Selain itu, Madu Suhita sudah menerapkan standar mutu dan mendapatkan Sertivikat Nomor Kontrol Veteriner—NKV sejak 2019. Menurutnya, Madu Suhita menjadi penerima sertifikasi NKV madu pertama kali di Indonesia.
Selanjutnya, pada 2021 Madu Suhita telah melakukan re-SNI madu dari Kementerian Pertanian. Upaya itu, sesuai dengan edaran Permentan No. 17 th 2019.
Sebelumnya, pada 2020, madu Suhita telah mendapat izin edar dari BPOM RI. Izin ini sebagai modal awal bagi Madu Suhita untuk bisa memasarkan produknya ke kota besar lainnya di Indonesia.
Selain itu, Isnina menuturkan jasa perbankan juga turut berperan penting dalam usaha madu miliknya. Ia mendapat pembinaan dari Bank BUMN yakni Bank BRI sejak 2019. Ia harap melalui binaan UMKM dari BRI bisa mewujudkan pemasaran yang lebih besar lagi.
Setelah tahu, peluang bisnis madu menjanjikan, ia menjadi kreditur KUR BRI dan mendapat pinjaman sejumlah dana Rp50 juta. Lalu, pada 2020, pinjaman KUR ia tingkatkan lagi menjadi Rp130 juta. “Rencana pada 2022 mau pinjam lagi Rp200 juta,” ujar Isnina.
Isnina akan menggunakan modal itu untuk perluasan pasar madu. “Selama ini masih di Lampung pasarnya. Sekarang akan ada distributor ke luar Lampung. Pasti perlu banyak modal,” tutupnya.*