MUHAMMAD Ravie Cahya Ansor [23 tahun], pemilik Rafins Snack menatap erat produk yang dikreasinya. Di rumah produksi Rafins Snack seluas 300 meter persegi, Ravie punya mimpi untuk mengekspor produk miliknya.
Ravie bercerita pengalamannya mewujudkan mimpinya. Siapa sangka limbah kulit ikan patin bisa di produksi menjadi keripik yang lezat. Apalagi bila dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin produksi yang berkelanjutan makanan ringan ini bisa diekspor ke berbagai negara. Rumah produksi Rafins Snack terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 02, Kabupaten Pringsewu, Lampung.
Ia bercerita tentang produk buatannya itu diproduksi mulai 2019 lalu, saat menjadi mahasiswa semester 5, di Jakarta, Ravie mendapat tugas akhir dari kampus berupa project bisnis. Hasil tugas akhir Ravie itu terus ia tekuni hingga kini. Ia mengeksplore produknya di indekos saat di Jakarta. Bermodal Rp300 ribu, ia meminta teman kampusnya untuk mencicip produk Rafins Snack.
Untuk membuat produk fish skin salted egg, Ravie membutuhkan setidaknya tiga bulan eksperimen. Ada riset berupa kulit ikan kakap, namun sisik begitu keras. Lalu, kulit ikan tenggiri yang cukup tebal dan berbau amis. Selanjutnya, Ravie juga membuat keripik dari kulit lele namun produk yang dihasilkan berwarna hitam, menurutnya hasil tersebut masih kecil dan belum cocok.
“Kalau (kulit ikan ) patin ini cukup besar, cerah (warnanya) gak ada sisiknya,” cerita Ravie.
Kini Rafins Snack, merek dagang yang diciptakan Ravie itu sudah mendunia. Ravie telah memasok produknya ke negara tujuan seperti Mesir, Turki, Venezuela, dan Malaysia. “Lagi proses ke Jepang dan Kenya,” kata Ravie, saat ditemui di kiosnya, Sabtu 5 Februari 2022.
UKM ini telah mendapat izin PIRT dari Dinas Kesehatan dan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. “Izin edar ini penting, untuk UKM supaya bisa memasarkan produk ke skala nasional,” tambah Rospawati, ibu dari Ravie.
Selanjutnya, untuk menjaga mutu produk, saat ini Rafins Snack sudah mengantongi Good Manufacturing Practice atau GMP Certified dari Dirjen Kementerian Kelautan dan Perikanan. Ravie juga sedang mengupayakan sertifikat produk internasional HACCP dan HC. Ia ingin menjaga produknya sampai ke tangan konsumen baik domestik hingga mancanegara.
Pemilik Rafins Snack Kabupaten Pringsewu Muhammad Ravie Cahya Ansor (Kanan) dan ibunya Rospawati saat mengikuti kegiatan pameran internasional. DOK RAFINS SNACK
Berkat kemajuan produk Rafins Snack, kini Ravie juga diundang menjadi trainer Rumah kreatif BUMN di Pelabuhan Bakauheni, binaan Bank BRI.
Saat pandemi Covid-19, pelatihan berlangsung secara daring. Saat mentoring bersama UMKM poin yang disampaikan Ravie adalah pelaku usaha UMKM membutuhkan data serta rantai pemasaran.
“Masalah mereka sekarang, mereka buat produk tapi masih bingung mau jual kemana,” ujarnya.
Ravie menjelaskan, kalau berbisnis itu mesti diketahui siapa target pasarnya sehingga bisa memudahkan untuk penjualan produk. Saat ini produk Rafins Snack mulai dari keripik kulit ikan patin, keripik talas, keripik pisang, keripik singkong, dan lainnnya.
Peran Perbankan
Ravie mendapat binaan dari Bank BRI sejak 2019. Menurutnya, rumah kreatif BUMN yang dikelola Bank BRI di Pelabuhan Bakauheni sangat membantu dalam pengenalan produk Ravins Snack ke pelanggan. Biasanya banyak tamu atau pejabat yang datang ke Lampung melihat produk kreatif UMKM di Rumah Kreatif BUMN itu.
Selain itu, Ravie juga mendapat pembinaan dari BRI berupa strategi pemasaran digital. Menurutnya, pemasaran digital ini penting untuk mengembangkan usahanya ke berbagai daerah. Sekarang Rafins Snack sudah memeiliki distributor di kota-kota besar di Indonesia.
Selanjutnya, Rafins Snack berhasil mendapat juara satu melawan 32.000 UMKM lainnya. Rafins Snack mendapat penghargaan BRI Incubator 2020.
“Kami satu-satunya dari Sumatera, mendapat juara 1. Ini mempermudah ke market besar,” ujarnya.
“Bangga buatan Indonesia”, menjadi tagline Rafins Snack.
Mimpi Ravie sudah terwujud lewat Rafins Snack. Ia berharap semoga UMKM di Lampung bisa lebih beragam agar muncul banyak produk, lalu bisa adaptif dan lebih kolaboratif antar generasi.***