Tujuan dari Ketahanan Pangan adalah terwujudnya kedaulatan pangan masyarakat melalui ketersediaan (produksi dan cadangan pangan), keterjangkauan, konsumsi pangan dan gizi serta keamanan pangan berbasis bahan baku, sumber daya dan kearifan lokal. Salah satu upayanya dengan mendorong kinerja petani Milenial dalam produksi pangan. Fasilitas infrastruktur diharapkan menjadi motivasi peningkatan kinerja petani milenial demi kedaultan pangan berkelanjutan.
Secara khusus Metro tv Lampung mengajak EVP divisi human capital PT Hutama Karya (Persero) Mardiansyah, Kepala BPJN Lampung Susan Novelia dan ketua jurusan ekonomi pembangunan fakultas ekonomi dan bisnis universitas Lampung Neli Aida untuk talkshow Lampung Economic Summit 2023 di Hotel Novotel, Bandar Lampung. Di pandu oleh host Kharisma Christy talkshow memberi solusi untuk peningkatan infrastruktur terutama ke destinasi pertanian.
PT Hutama Karya sebagai pengelola Jalur Tol Trans Sumatera (JTTS), terus berupaya untuk memberikan pelayanan yang baik kepada pengguna jalan guna mendukung ketahanan pangan daerah. EVP Divisi Hukum Capital PT Hutama Karya Mardiansyah mengatakan, dengan adanya keberadaan jalan tol Trans Sumatera tentu menambah indeks ketahanan pangan di Lampung.
“Karena dengan adanya Jalur Tol Trans Sumatera (JTTS) itu bisa membuka area sentra produksi pangan untuk bisa dihubungkan dengan sentra-sentra pasar,” ujar Mardiansyah, pada Lampung Economic Summit, pertengahan Juni kalau itu.
Menurutnya dari seluruh jalur tol trans Sumatera yang terbentang sepanjang 252 km itu bisa menjangkau 11 area yang bisa diakses dengan cepat. Adanya infrastruktur yang baik itu menurutnya distribusi barang semakin lancar, hal tersebut bisa dilihat dengan banyaknya kendaraan angkutan barang yang melintas.
“Sejak dioperasikan tahun 2019 jumlah kendaraan golongan tersebut itu meningkat hampir 86% sampai tahun 2022. Yang biasanya itu bisa 500 kendaraan per hari sejak tahun itu lebih sekitar 1000 kendaraan logistik setiap harinya,” ungkapnya.
Ini membuktikan bahwa JTTS menjadi pilihan rute utama bagi para pelaku produksi untuk mengambil rute yang tentu saja akan memberikan dampak pada peningkatan cost produksinya.
“Secara statistik keberadaan tol sangat berdampak terhadap konektivitas distribusi barang dan itu terlihat adanya pertumbuhan LHR atau beban lalulintas pada suatu ruas jalan dari angkutan logistik.
Kemudian terkait kemantapan jalan tol itu sendiri, ia menyatakan bahwa PT Hutama Karya telah memenuhi standar pelayanan minimum. Dan senantiasa melakukan monitoring terhadap kondisi jalan secara berkala untuk tetap bisa memastikan keamana dan kenyamanan setiap pengguna jalan.
Fasilitas infrastruktur juga diberikan melalui jalan non tol. Kepala BPJN Lampung Susan Novelia mengatakan untuk jalan nasional non tol panjangnya 1298 kilometer. Terbagi di lintas timur sepanjang 287 km, lintas tengah 333,5 km, lintas barat ada 318 km dan lintas penghubung serta non lintas ada sekitar 300 km.
“Tentunya keberadaan jalan nasional sepanjang hampir 1300 km ini mendukung dalam hal dukungan infrastruktur dan dukungan konektivitas. Artinya melalui peningkatan kapasitas jalan kita akan memberikan dukungan konektivitas terhadap ketahanan pangan di provinsi Lampung ini, ” katanya.
Kemudian dengan jalan yang baik saat ini kondisi kemantapan jalan nasional itu 95 persen dalam kondisi mantap artinya sangat baik dalam hal untuk memberikan lintasan terhadap jalur logistik provinsi Lampung. Kita sudah lihat unggulan-unggulan komoditasnya yang sangat luar biasa dan memberikan kontribusi juga untuk tanah air.
“Kemudian disini kami mencatat bahwa dengan kondisi kemantapan jalan 95 persen ini kita bisa menghemat waktu distribusi produk dan logistik. Untuk pekerja kita juga menurunkan biaya produksi dan bisa menentukan harga produk pertanian yang lebih layak. Konektivitas yang baik juga tentu memudahkan ekspansi untuk pemasaran produk. Dan yang terakhir pengembangan wilayah mendorong ketahanan pangan,” katanya.
Proses Peoduksi
Sementara itu ketua jurusan ekonomi pembangunan fakultas ekonomi dan bisnis universitas Lampung Neli Aida mengatakan didalam ekonomi infrastruktur itu merupakan modal jadi stok fisik kalo secara teoritis itu input didalam proses produksi.
“Jadi hubungannya jelas antara satu input dengan input lainnya tentunya output. Output ini dari berbagai sektor jadi tidak hanya pertanian tetapi juga industri perdagangan, jasa dan lain sebagainya pembentuk dari Produk domestik regional bruto (PDRB) pada satu daerah. Makin baik hipotesisnya. Makin baik kualitasnya jalan makin banyak jalan yang baik makin banyak anggaran untuk membuat jalan, maka PDRBnya akan makin tinggi, “ujarnya.(R4)