PRODUKSI gabah kering panen milik petani di Kecamatan Air Manjuto, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, turun dari rata-rata sekitar 7,2 ton menjadi 7 ton per hektare pada musim tanam ketiga padi sawah.
“Produksi gabah petani setempat pada musim tanam sekarang ini turun sedikit dibandingkan sebelumnya dari sekitar 7,2 ton per hektare menjadi 7 ton,” kata Kasi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Sugiyanto di Mukomuko.
Menurutnya, produksi gabah kering panen milik petani di Kecamatan Air Manjuto turun dibanding dengan sebelumnya karena tidak ada jeda, petani terus menanam padi setiap musim tanam padi sawah.
Ia mengatakan seharusnya ada jeda untuk sementara waktu guna memutus siklus penyakit dan hama yang menyerang tanaman padi, selain itu petani perlu mengistirahatkan tanah.
Selain itu, menurutnya, produksi gabah kering panen milik petani di daerah ini turun karena pengaruh yang pertama dalam proses budi daya tanaman padi dilakukan terus-menerus, dan tidak diimbangi dengan pemupukan yang seimbang.
Dia menambahkan, yang kedua produksi gabah kering panen kering panen milik petani di wilayah ini turun akibat serangan hama penyakit pada musim tanam padi sekarang makin banyak karena siklusnya tidak terputus.
Menurutnya, dalam tiga kali musim tanam dalam setahun, dua kali musim tanam padi dan satu kali musim tanam palawija guna memutuskan siklus hama penyakit yang menyerang tanaman padi.
Sedangkan harga gabah kering panen milik petani di wilayah ini berkisar Rp4.400 hingga Rp4.800 per kilogram atau tidak jauh berbeda dengan harga gabah kering panen pada musim tanam sebelumnya.
Ia menyebutkan wilayah Kecamatan Air Manjuto saat ini memiliki lahan persawahan seluas 559 hektare. Lahan persawahan seluas itu masuk daerah irigasi Manjuto. (ANT/D3)