Mengubah Citra Terminal Rajabasa

Syarief Makhya Dosen FISIP Universitas Lampung KABAR menggembirakan datang untuk Lampung setelah pemerintah akan merevitalisasi Terminal Rajabasa menjadi terminal modern dengan anggaran miliaran rupiah ( Lampost , Selasa [2/7]). Selain itu, pemerintah juga akan memberantas terminal bayangan di seputar Bundaran Tugu Raden Intan karena sudah menghambat laju perkembangan Terminal Rajabasa ( Lampost , Rabu [3/7]). Revitalisasi Terminal Rajabasa dan penertiban terminal bayangan adalah masalah yang tidak tersentuh dan tergerus oleh isu-isu besar di Provinsi Lampung. Padahal, persoalan tersebut bagian dari hak rakyat untuk memperoleh fasilitas terminal bus yang layak. Tidak hanya bagi masyarakat Lampung, bagi masyarakat yang dari luar Lampung pun, citra Terminal Rajabasa sudah sangat dikenal. Rajabasa dikenal bukan hanya karena lokasi ini merupakan terminal yang terluas yang berada di Kota Bandar Lampung, melainkan juga lantaran pada awal tahun ’80-an terminal ini terkesan angker, tidak nyaman, dan kotor. Saat itu, orang-orang yang akan berkunjung ke Lampung umumnya naik bus dan akan tiba di Terminal Rajabasa. Saat kembali ke luar Lampung pun, mereka akan berangkat dari Teriminal Rajabasa. Di dalam kota pun, sehubungan dengan transportasi kota (angkutan kota), Terminal Rajabasa menjadi terminal keberangkatan dan kedatangan. Fungsi Terminal Rajabasa tidak lagi sebatas tempat kedatangan dan kepergian angkutan, tetapi juga menjadi tempat istirahat, kuliner, hiburan, restoran, dan tempat untuk menyampikan pesan promosi wisata. Pada tahun 1990-an, Terminal Rajabasa sempat direnovasi yang memakan waktu bertahun-tahun. Konsepnya, hanya membangun gedung untuk tempat berjualan serta tempat orang transit dan istirahat sejenak. Namun, usaha itu belum mengubah citra karena fungsinya masih belum tidak optimal, konstruksi bangunan tidak artistik, bahkan terkesan seperti gedung penjara jika dilihat dari luar, kotor, dan lingkungannya tidak tertata dengan baik. Pada era tahun 2000-an, khususnya tahun 2010-an, seiring masyarakat jarang menggunakan transportasi publik, beberapa perusahan bus memberangkatkan penumpang dan juga kedatangannya tidak terpusat di Terminal Rajabasa, tetapi di lokasi tempat perusahaan itu berada, munculnya transportasi publik liar, sampai pada munculnya transportasi publik online . Terminal Rajabasa menjadi sepi dan tidak berfungsi seperti layaknya sebuah terminal transportasi publik. Beberapa bus ke arah ke kabupaten/kota di Lampung bahkan mencari penumpang tidak di Terminal Rajabasa, tetapi di jalan-jalan raya yang strategis, sehingga mengganggu arus lalu lintas jalan ke arah luar kota. Apakah Terminal Rajabasa masih diperlukan? Jawabannya, tentu masih menjadi kebutuhan masyarakat luas. Maka itu, pemerintah berkewajiban untuk memfasilitasinya dengan standar dan konsep tidak seperti yang sekarang yang terkesan sekadar tempat transit, seadanya, dan tidak berorientasi memberikan kepuasan yang maksimal bagi pengguna transportasi publik. Alasan Terminal Rajabasa masih diperlukan karena pada saatnya nanti transportasi publik di Lampung akan tetap menjadi transportasi utama, baik di dalam kota maupun ke luar kota. Di Jawa, sekarang karena faktor kemacetan lalu lintas dan efisiensi, orang lebih cenderung menggunakan transportasi publik, seperti bus atau kereta api. Konsep Terminal Masa Depan Dari perspektif pemerintah, penyediaan dan pemenuhan fasilitas terminal bus menjadi kewajiban pemerintah. Namun, dalam UU, tidak disebutkan standar dan kebutuhan untuk sampai memberikan kenyamanan bagi masyarakat sebagai pengguna transportasi publik, hanya diatur tipe terminal dan kewenangan. Oleh karena itu, konsep terminal khususnya untuk transportasi darat hanya penyediaan fasilitas kendaraan untuk keberangkatan dan kedatangan penumpang. Jadi, target pemerintah sebatas itu, dengan kenyamanan, kebersihan, keamanan, ketertiban, dan fasilitas pendukung lainnya menjadi urusan nomor dua. Dengan penyediaan lahan yang luas, petugas di terminal, gedung tempat transit penumpang, dan fasilitas untuk tempat berjualan, selesailah kewajiban pemerintah daerah. Sekarang dan untuk kepentingan ke depan, konsep terminal seperti digambarkan tersebut harus dirubah. Pertama, terminal bus atau angkot sebagian besar penumpangnya adalah masyarakat kelas menengah ke bawah. Mereka punya hak yang sama untuk memperoleh kenyamanan dan fasilitas yang layak. Mereka tidak boleh lagi memperoleh pelayanan seadanya, seperti fasilitas WC umum yang tercium bau busuk sampai jarak 10 meter dan ketersediaan air bersih yang minim dan ketidakjaminan keamanan. Kedua, fungsi terminal tidak lagi sebatas tempat kedatangan dan kepergian pengguna bus atau angkot, tetapi juga menjadi tempat istirahat, kuliner, hiburan, restoran, dan tempat untuk menyampikan pesan promosi wisata, tempat menginap untuk transit sementara, restoran, fasilitas pendukung lain seperti sofa massage , ketersediaan charging spot, wi-fi, e-ticketing, dan gedung terminal dengan fasilitas AC. Hak Rakyat Dengan akan dibangun Terminal Rajabasa sebagai terminal modern harus ditempakan sebagai hak rakyat untuk memperoleh pelayanan fasilitas terminal yang berkualitas. Terminal transportasi darat sejauh ini terkesan diskriminatif dibandingkan dengan terminal (bandara) udara. Seakan-akan karena perbedaan harga tiket atau fasilitas angkutan yang berbeda, lantas kondisi dan fasilitas terminal juga dibedakan. Prinsip dasarnya kelayakan terminal adalah hak rakyat. Jangan pula dengan dibangun terminal modern kemudiaan dijadikan lahan bisnis dengan tujuan bukan hanya untuk memberi pelayanan, tetapi juga untuk merauk keuntungan ekonomis. Terminal Rajabasa yang berada di lokasi strategis bisa menjadi tempat yang multi fungsi, yaitu bukan hanya sebatas penyediaan fasilitas terminal untuk angkutan luar dan dalam kota, tetapi terminal menyediakan fasilitas kuliner, pelayanan administrasi jasa transportasi, dsb. Jika rencana terminal modern ini terwujud, citra Terminal Rajabasa segera berubah dan memberikan persepsi positif bagi masyarakat Lampung maupun bagi masyarakat luar Lampung. Tidak ada premanisme, bersih, nyaman, tertib, terang, tidak ada calo, tidak ada pungli dan tentu saja tersedia fasilitas untuk tempat bersantai bagi masyarakat, ketersediaan kuliner khas Lampung, serta didukung juga oleh musik yang membuat suasana menjadi indah dan nyaman. Selamat tinggal citra Terminal Rajabasa yang terkesan kurang memberi persepsi positif bagi Lampung dan selamat membangun Terminal Rajabasa yang modern untuk kepentingan hak rakyat menikmati fasilitas terminal yang layak.

Mengubah Citra Terminal Rajabasa

Raisa Beri Ucapan Duka untuk Sutopo

Mahasiswi IIB Darmajaya Ikuti Ajang Volunter Nasional

Chairil Anwar

Mahasiswi IIB Darmajaya Ikuti Ajang Volunter Nasional

Penyandang Disabilitas Dapat Bantuan

Lalu Lintas Mesuji—OKI Lancar

Ribuan Warga Banjiri Pengajian Akbar di Kotaagung

Gereja HKBP Mesuji Gelar Pesta Perak

BERITA TERBARU

TOP NEWS

Benang Merah Konflik Manusia dengan Satwa

23 Ribu Peserta Gagal Masuk SMA/SMK Negeri

Tembus Rp12,42 Miliar Ekonomi Syariah kian Kokoh

Jalur SPMB SMP Prioritaskan Jarak

Perencanaan Keuangan Kunci Kemapanan Finansial

Perkuat Akses Keuangan Inklusif

Kebingungan Peserta Warnai Hari Pertama SPMB

Buka Ekspor Sawit di Pasar Eropa

Perketat Pengawasan Truk ODOL

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

POPULAR POST

BPK RI Periksa Keuangan Polres Lampung Timur

Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

Koran Digital Lampung Post, Edisi Selasa, 02 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Kamis, 04 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Rabu, 03 September 2025

Tentang Kami

Alamat Kami

Iklan & Sirkulasi