RUSDY SENAPAL
RENDAHNYA minat baca masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya meningkatnya penggunaan gawai di masyarakat.
Dalam survei Program for International Student Assessment tahun 2019, Indonesia menempati ranking ke-62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi atau berada dalam 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Total jumlah bahan bacaan dengan total jumlah penduduk Indonesia memiliki rasio nasional 0,09. Artinya satu buku ditunggu oleh 90 orang setiap tahun. Sementara standar UNESCO, minimal tiga buku baru untuk setiap orang setiap tahunnya.
Untuk itu, pemuda asal Desa Sukabanjar, Kecamatan Gunung Alip, Tanggamus bernama Sukman Andrianto tergerak hatinya untuk membangun Perpustakaan Desa. Dia mendirikan perpustakaan itu di samping tempat tinggalnya di Jalan Sukamernah desa Sukabanjar Dusun 3 atau belakang SD Negeri 1 Sukabanjar Kecamatan Gunung Alip, Tanggamus. Hal itu dia lakukan demi meningkatkan minat baca masyarakat.
Berdiri pada tanggal 11 Januari 2020, perpustakaan desa yang dinamai Anjung Pintar itu dia bangun bersama mahasiswa yang melaksanakan KKN. Upaya itu sukses menarik minat baca masyarakat khususnya anak-anak yang tinggal di desa tersebut. Terbukti, setiap harinya, lebih dari 20 anak datang untuk membaca buku yang ada di fasilitas tersebut.
Kepala desa Sukabanjar, Ammayani mengaku bahwa kegiatan perpustakaan desa yang dikelola oleh warganya sangat bermanfaat terutama bagi anak-anak yang selama ini banyak menggunakan gawai dibandingkan membaca.
“Iya adanya perpustakaan desa ini, sangat bermanfaat. Apalagi untuk anak-anak karena bisa mengalihkan mereka dari penggunaan HP,” kata dia dalam rilis yang diterima Lampung Post, Rabu (19/1).
Untuk itu pihaknya mendukung adanya perpustakaan desa dan berbagai kegiatan yang rutin digelar di lokasi tersebut. “Kami sangat mendukung, Insyaallah akan kami anggarkan dari Dana Desa untuk kegiatan operasional perpustakaan Anjung Pintar,” ujar dia.
Manfaat Positif
Sementara itu pendiri perpustakaan Anjung Pintar, Sukman Andrianto berharap dengan adanya perpustakaan tersebut dapat memberikan pengaruh dan manfaat positif untuk warga sekitar desa tersebut. Menurut Sukman, di perpustakaan tersebut anak-anak bisa belajar banyak hal.
“Taman baca ini bukan hanya digunakan untuk membaca buku saja, akan tetapi dipergunakan anak- anak serta masyarakat sekitar untuk belajar mengaji dan belajar komputer,” kata pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Gunung Alip, Tanggamus itu.
Dia berharap anak anak desa Sukabanjar bisa melanjutkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Menurut dia selain melayani pinjam dan baca buku, perpustakaan yang dia bentuk sudah banyak melakukan kegiatan Literasi berbasis Inklusi sosial.
“Iya adanya perpustakaan desa ini, sangat bermanfaat,”
Diantaranya bekerjasama dengan organisasi desa budidaya kaktus, jasa sewa tari tarian khas Lampung untuk acara adat, resepsi, kedinasan, les komputer, les tari, les baca tulis, les bahasa Inggris dan matematika, hafalan Tahfidzul Qur’an juz 30, dan masih banyak lagi kegiatan lainnya.
Sukman mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terutama kepala desa Sukabanjar, karena sudah mau memperhatikan perpustakaan desa yang dibentuknya tersebut sekaligus mendukung kegiatan literasi. “Alhamdulillah terima kasih, karena sudah diperhatikan, apalagi sekarang memang sudah menjadi kewajiban setiap desa punya perpustakaan, sesuai Peraturan Pemerintah,” ujar Alumnus Ilmu komunikasi Unila itu. (RLS/D2)
rusdy@lampungpost.co.id