DENI ZULNIYADI
HARGA lateks di tingkat petani mencapai Rp20 ribu per kilogram, sedangkan harga bahan olah karet (bokar) untuk tingkat pengeringan 40 persen sekitar Rp6.000—Rp7.000/kg. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mendorong petani karet memproduksi lateks karena terdapat pasar dalam negeri yang meminta produk ini, di antaranya untuk campuran pembuatan aspal.
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Rudi Arpian, menjelaskan untuk mendorong petani membuat lateks itu bukan hanya berkaitan dengan persoalan mengubah kebiasaan, melainkan juga ketersediaan sarana dan prasarana.
Sejauh ini hanya Kabupaten Musibanyuasin (Muba) yang telah memiliki beberapa unit centrifuge (mesin yang memisahkan getah dengan air) yang dapat membantu petani membuat lateks. Pemerintah Kabupaten Muba menyerahkan mesin itu ke Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) yang bertanggung jawab untuk memasarkan lateks.
“Pembuatan lateks ini sebenarnya merupakan peta jalan Sumsel untuk hilirisasi karet. Sebab, turunannya bisa juga dibuat produk, seperti sarung tangan, bukan hanya aspal karet. Namun, jika tidak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, sulit untuk terus berlanjut,” kata dia.
Bukan hanya jalan kabupaten, melainkan juga jalan provinsi dan jalan nasional akan saya dorong pakai aspal karet.
Selama ini petani karet Sumsel terkonsentrasi membuat bokar untuk diekspor setelah diolah oleh pabrik menjadi lembaran-lembaran. Padahal, beberapa dekade lalu, petani setempat juga sempat membuat lateks. “Kini ada kebutuhan lateks untuk aspal karet, yang serapannya dalam negerinya cukup tinggi. Mengapa petani tidak memanfaatkan momen ini,” kata Rudi.
Sejauh ini, pembuatan lateks banyak dilakukan di Kabupaten Musibanyuasin karena kabupaten tersebut memprogramkan penggunaan aspal karet untuk pembangunan jalan. Sebanyak Rp100 miliar dana sudah dialokasikan Kementerian PUPR untuk penyerapan lateks di daerah tersebut.
Pemprov berharap apa yang dilakukan Pemkab Muba juga mendapatkan dukungan dari pemerintah kabupaten/kota lain di Sumsel, dengan turut memprogramkan penggunaan aspal karet sehingga serapan lateks makin banyak.
Program Aspal Karet
Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan akan membuat surat edaran ke pemerintah kabupaten/kota di Sumsel agar memprogramkan pembangunan jalan menggunakan aspal karet. “Bukan hanya jalan kabupaten, melainkan juga jalan provinsi dan jalan nasional akan saya dorong pakai aspal karet,” kata Deru.
Harga karet di tingkat petani anjlok sejak beberapa tahun terakhir seiring dengan melemahnya permintaan global. Di saat pandemi ini, harga sempat bergerak naik pada Oktober tetapi kemudian turun kembali di kisaran Rp6.000/kg.
Rendahnya harga di tingkat petani itu sejalan dengan nilai tukar petani perkebunan di Sumsel yang sejak beberapa tahun terakhir tidak pernah mencapai angka indeks 100. Berdasar rilis BPS, NPT perkebunan Sumsel pada Oktober mencapai indeks 99,23, atau rendah dibandingkan NTP peternakan yang mencapai 100,66. (ANT/D1) deni@lampungpost.co.id