DENI ZULNIYADI
BENTROKAN yang terjadi antara pasukan Armenia dan Azerbaijan membuat setengah penduduk di wilayah Nogorno-Karabakh mengungsi. “Menurut perkiraan awal kami, sekitar 50% penduduk Karabakh yang 90% di antaranya perempuan dan anak-anak atau 70 ribu—75 ribu orang, telah mengungsi,” kata pejabat Ombudsman Karabakh, Artak Beglaryan.
Azerbaijan menuduh pasukan Armenia menembaki sasaran sipil di daerah perkotaan, termasuk kota terbesar kedua di Azerbaijan, Ganja. Puluhan warga sipil dipastikan tewas dalam pertempuran itu dan Armenia mengakui ada lebih dari 300 kematian di kalangan militernya.
Adapun Azerbaijan belum menyampaikan korban jiwa di antara pasukannya. Namun, jaksa Azerbaijan mengatakan 427 tempat tinggal yang dihuni sekitar 1.200 orang telah hancur.
Sekitar 50% penduduk Karabakh yang 90% di antaranya perempuan dan anak-anak atau 70 ribu—75 ribu orang telah mengungsi.
Untuk diketahui, Nagorno-Karabakh memisahkan diri dari Azerbaijan dalam perang tahun 1990-an yang merenggut nyawa sekitar 30 ribu orang. Separatis Armenia pun mendeklarasikan kemerdekaannya. Sebanyak 140 ribu penduduk Nagorno-Karabakh saat ini merupakan orang Armenia setelah sisa orang Azerbaijan pergi dalam perang tahun 1990-an.
Namun, komunitas internasional menganggap wilayah tersebut sebagai bagian dari Azerbaijan dan tidak ada negara, termasuk Armenia, yang mengakui kemerdekaannya. Ketika setengah penduduk di wilayah Nagorno-Karabakh mengungsi, mediator internasional akan mengadakan pertemuan pertama di Jenewa.
Adakan Pertemuan
Menteri Luar Negeri Azerbaijan, Jeyhun Bayramov, akan mengunjungi Jenewa pada Kamis dan bertemu dengan para pemimpin OSCE Minsk Group, yang diketuai bersama oleh para diplomat dari Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat. Sementara Armenia mendatangkan menteri luar negerinya, Zohrab Mnatsakanyan, untuk bertemu dengan mitranya dari Azerbaijan di Jenewa.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mendesak diakhirinya tragedi besar ketika serangan baru menghantam kota utama Karabakh, Stepanakert. Kemudian, Armenia mengatakan pertempuran itu berkecamuk di sepanjang garis depan. Bahkan, jika konflik berkepanjangan atas wilayah separatis etnis Armenia tidak dapat diselesaikan, gencatan senjata harus disepakati secepat mungkin.
Rusia pun mengumumkan menteri pertahanannya, Sergei Shoigu, telah mengadakan pembicaraan dengan Armenia dan Azerbaijan pada Rabu (7/10) malam, tanpa memberikan perincian. (MI/D1) deni@lampungpost.co.id