PERLINDUNGAN komunitas dengan cakupan imunisasi MR hingga 95% harus terwujud di “gerbang Sumatera”. Itu penting karena Lampung 3 terbesar target cakupan setelah Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.
“Sumatera jadi kunci. Begitu pula Lampung,” kata Kadiskes Provinsi Lampung Reihana, yang duduk di podium bersama Ketua MUI Khairudin Tahmid saat menjadi pembicara utama dalam workshop dan evaluasi imunisasi MR.
Penularan campak dan rubela pada kelompok anak sangat tinggi. Reihana memerinci data Dinkes Lampung pada 2014—2016 ada kejadian luar biasa campak di Lampung Tengah 5 kasus, Lampung Selatan (3), Pesawaran (7), lampung Utara (5), Tulangbawang (1), Lampung Timur (1), dan Bandar Lampung (1). Adapun KLB rubela di Lampung Selatan 2 kasus, Lampung Tengah (1), Tanggamus (1), dan Pesawaran (1).
Sementara Kemenkes menyebutkan KLB campak dan rubela pada 2015 nasional terdapat 2.246 kasus, 2016 (5.502), dan 2017 (3.143). “Kita berupaya mencapai eliminasi campak dan pengendalian rubela pada 2020. Imunisasi ini untuk memutus transmisi virus campak dan rubella,” ujarnya.
Reihana menjelaskan infeksi campak bisa menyebabkan radang paru, radang otak, kebutaan, diare, dan gizi buruk. Sementara infeksi rubela pada ibu hamil dapat mengakibatkan keguguran hingga kematian.
Bersama seluruh pemangku kepentingan, Dinkes berupaya menjangkau semua anak. Berdasar Pusdatin Dinkes Lampung per 2 Agustus cakupan imunisasi MR di Lampung adalah 52,03%. Daerah terendah adalah Metro sebesar 36,96%, disusul Bandar Lampung pada 37,57%.
Berkat dukungan semua pihak, cakupan per 24 September di Lampung mencapai 76,32%. Metro yang semula terendah, kini meroket ke posisi 11 dengan 74,45%, dan Bandar Lampung yang terus menanjak pada angka 63,01%. Bahkan, di Lampung Barat cakupan sudah menyentuh 95,00%, disusul Pesisir Barat sebagai tertinggi kedua dengan cakupan 93,29% dan Tanggamus 85,75%.
“Selain di puskesmas dan posyandu, kami juga melayani sekolah yang akhirnya bersedia, untuk meningkatkan cakupan MR demi terwujudnya kekebalan komunitas,” ujarnya.
Dinkes terus menggencarkan resosialisasi di daerah cakupan terendah. Bersama MUI dan konsultan WHO perwakilan Lampung, Dinkes mengadakan diskusi dengan kepala sekolah dan orang tua di sekolah yang masih enggan. “Saya optimistis kekebalan komunitas dengan cakupan 95% di Lampung akan tercapai,” ujar Reihana.
Senada, Ketua Komda Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (KIPI) Lampung Fedriyansyah mengatakan sejak dicanangkan, kampanye imunisasi MR berjalan lancar. “Imunisasi ini amat penting. Jangan terpancing hoaks yang banyak beredar di sosial media. Jika ada keraguan, segera konsultasi dengan ahli, misalnya dokter spesialis anak,” ujarnya.
Dengan pemahaman yang benar, masyarakat akan mendapatkan manfaat optimal dari kampanye imunisasi MR. “Karena imunisasi adalah hak anak,” kata Dokter Spesialis Anak itu. (DELIMA NATALIA NAPITUPULU) S2
 
			 
					





 

