CAPAIAN vaksin yang menggembirakan di Indonesia diharapkan tidak membuat lengah pemegang kepentingan dan masyarakat. Pasalnya, sejumlah indikator menuju pandemi gelombang ketiga terus mengintai, misalnya muncul varian baru dan kebocoran akibat abai protokol kesehatan (prokes) saat pintu masuk negara di buka.
Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mengingatkan pentingnya vaksinasi dan menerapkan protokol kesehatan. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi gelombang III pandemi yang mungkin terjadi.
“Kita memang walaupun tingkat penularan sekarang ini sudah mulai turun, kita belum merasa aman karena kita menjaga kemungkinan terjadi lonjakan. Untuk itu harus tetap kita antisipasi, apalagi kita mengantisipasi kemungkinan gelombang ketiga. Oleh karena itu, dua hal penting, yaitu menjaga protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan vaksinasi,” kata Wapres Ma’ruf Amin saat kunjungan kerja meninjau pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (21/10).
Vaksinasi yang digalakkan, ujar Wapres, termasuk di pesantren-pesantren, bertujuan mencegah penularan. Ia berharap upaya itu bisa perlahan membawa Indonesia ke situasi normal. “Karena itu, saya menyampaikan apresiasi kiai haji dan seluruh jajaran pondok pesantren yang pada hari ini menggelar vaksinasi. Mudah-mudahan ini jadi upaya kita dalam rangka supaya kita bisa bekerja dan bisa mengembalikan situasi jadi normal kembali,” ujarnya.
Gelombang ketiga itu sangat bisa karena angka cakupan vaksinasi masih belum lebih dari setengah populasi yang lengkap. Belum lagi ancaman varian baru dengan tidak meratanya 3T, itu semua kombinasi yang sangat buruk
Sebelumnya, ahli epidemiologi Lampung Ismen Mukhtar mengatakan pemerintah harus lebih tanggap dalam mengeluarkan kebijakan pencegahan penyebaran Covid-19. Menurutnya, selama ini pemerintah terlalu berfokus pada kebijakan reaktif bukan antisipatif. “Kebijakan PPKM atau penyekatan jalan itu namanya reaktif, dikeluarkan setelah adanya masalah,” ujarnya.
Ismen mengatakan kebijakan antisipatif itu dengan memperluas cakupan 3T (testing, tracing, treatment), termasuk mengetatkan peraturan pada pintu masuk bagi para warga negara asing. “Penetapan PPKM itu penting, tapi terlambat. Lebih baik menggencarkan lagi 3T sampai ke tingkat kelurahan,” ujarnya.
Dia mencontohkan terjadinya lonjakan saat memasuki musim libur panjang, seperti Lebaran, Natal, hingga Tahun Baru. Itu menjadi salah satu yang membuktikan bahaya gelombang ketiga Covid-19 masih akan terjadi di Indonesia. Keadaan makin rumit lantaran sudah dibukanya tempat-tempat umum, seperti mal dan bioskop, untuk masyarakat.
“Gelombang ketiga itu sangat bisa karena angka cakupan vaksinasi masih belum lebih dari setengah populasi yang lengkap. Belum lagi ancaman varian baru dengan tidak meratanya 3T, itu semua kombinasi yang sangat buruk,” kata Ketua Ikatan Epidemiologi Seluruh Indonesia (IESI) Lampung itu. (MI/TV2/R3)