LEBIH dari setahun pandemi virus corona menebar infeksi, tidak sedikit orang yang telah terinfeksi Covid-19.
Menurut data dari Johns Hopkins University, kasus Covid-19 per Rabu (4/8), tercatat 200 juta di seluruh dunia. Perinciannya kasus global 200.014.602 dengan 4.252.873 kematian di seluruh dunia.
Meningkatnya kasus tersebut seiring dengan upaya mengembangkan kekebalan terhadap SARS-CoV-2 di dalam tubuh. Bahkan, sejak vaksin Covid-19 mulai ditemukan dan disuntikkan pada sejumlah orang untuk membentuk kekebalan komunitas (herd immunity) guna mengendalikan pandemi yang telah menyebabkan jutaan orang di dunia terinfeksi virus corona.
Lantas, seberapa besar kekebalan tubuh terhadap virus SARS-CoV-2 ini dapat melindungi masyarakat yang telah sembuh dari Covid-19 atau pada mereka yang telah menerima vaksinasi Covid-19?
Dokter spesialis patologi rumah sakit swasta Bandar Lampung, dr Muhammad Amrullah, Sp PK, M Kes, mengatakan untuk mengukur seberapa besar kekebalan terhadap Covid-19 terbentuk, dapat dilakukan dengan metode pemeriksaan antibodi SARS-CoV-2 kuantitatif.
“Pemeriksaan antibodi SARS-CoV-2 kuantitatif adalah suatu pemeriksaan untuk mendeteksi suatu protein yang disebut antibodi, khususnya antibodi spesifik terhadap virus SARS-CoV-2,” katanya.
Ia mengatakan pemeriksaan kekebalan tubuh ini dapat dilakukan pada orang yang pernah terinfeksi Covid-19, orang yang sudah menerima vaksin, serta dapat digunakan untuk mengukur antibodi pada donor plasma konvalesen yang akan ditransfusikan.
Prinsip pemeriksaan kuantitatif antibodi SARS-COV-2 ini menggunakan pemeriksaan laboratorium imunoserologi pada sebuah alat automatik (autoanalyzer). Pemeriksaan yang juga disebut dengan electro chemiluminescene immunoassay (ECLIA) ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi terhadap virus corona, SARS-CoV-2.
Menurut dr Muhammad, ECLIA akan mendeteksi, mengikat, serta mengukur antibodi netralisasi, yakni antibodi yang dapat berikatan spesifik pada bagian struktur protein spike SARS-CoV-2.
“Sebelum Covid-19 memasuki sel-sel pada tubuh kita dengan menggunakan label-label yang berikatan spesifik dengan antibodi netralisasi tersebut. Seperti protein spike adalah protein yang terdapat pada permukaan virus corona, berupa tonjolan yang berfungsi untuk menginfeksi sel inang,” ujarnya.
Ia menambahkan jenis sampel yang dapat digunakan untuk mengecek kekebalan tubuh terhadap virus corona ini sangat mudah didapatkan yaitu berasal dari sampel serum dan plasma dengan cara diambil darah vena.
Tingkat akurasi pemeriksaan antibodi tersebut dipengaruhi seberapa sensitif dan spesifik alat dan metode ini mampu mendeteksi antibodi spesifik dari SARS-CoV-2.
“Dari hasil uji yang ada, didapatkan tingkat spesifik pemeriksaan kuantitatif antibodi spesifik SARS-CoV-2 bisa mencapai 99 hingga 100 persen,” ujarnya.
Sebab, ujar dia, tidak ditemukan adanya reaksi silang dengan penyakit infeksi atau penyakit kronis lainnya, selain penyakit akibat infeksi virus corona, Covid-19.
Sementara itu, tingkat sensitivitas tes antibodi SARS-CoV-2 kuantitatif cukup tinggi, yakni mencapai 98 persen hingga 100 persen setelah 14 hari seseorang mendapatkan vaksinasi Covid-19 atau setelah terinfeksi Covid-19.
Pemeriksaan kuantitatif antibodi spesifik SARS-CoV-2 ini sangat mempresentasikan hasil pemeriksaan dengan kondisi pasien saat itu, baik yang melalui konfirmasi PCR tes maupun setelah mengalami gejala.
Dr Muhammad mengatakan tidak ada syarat tertentu sebelum melakukan tes antibodi ini guna melihat seberapa besar kekebalan tubuh terbentuk.
Namun, hingga saat ini, belum ada publikasi hasil uji penelitian batasan pasien penyakit tertentu seperti komorbiditas, autoimun, atau penyakit lainnya yang tidak diperbolehkan melakukan pemeriksaan kuantitatif antibodi spesifik SARS-CoV-2 ini.
Kendati demikian, saat ini telah dilakukan uji penelitian yang menyatakan terdapat perbedaan hasil kadar antibodi spesifik SARS-CoV-2 yang lebih tinggi signifikan pada pasien yang mengalami gejala berat dibandingkan pasien dengan gejala sedang, ringan bahkan pada pasien yang tidak bergejala.
Sebelum pemeriksaan kuantitatif antibodi spesifik SARS-COV-2 ini diperkenalkan, dr Muhammad mengatakan telah ada pemeriksaan antibodi SARS-CoV-2 kualitatif yang tidak kalah penting. Sebab, pemeriksaan ini sangat berguna untuk screening pasien yang mengalami infeksi virus corona.
Sedangkan pemeriksaan antibodi kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui seberapa banyak antibodi yang mampu melindungi kita lebih cepat dan lebih dini dalam menghadapi infeksi SARS-CoV-2.
Terdapat perbedaan signifikan antara pemeriksaan kuantitatif dan kualitatif adalah perbedaan target antibodi yang dideteksi. Antibodi kualitatif mendeteksi antibodi nucleocapsid, yakni protein nucleocapsid terdapat pada cangkang yang melindungi inti virus Covid-19.
Sementara itu, antibodi kuantitatif mendeteksi antibodi spike, yakni protein spike yang terdapat pada permukaan virus Covid-19, yang mampu melekat pada permukaan sel-sel yang akan diinfeksi virus tersebut. (CK4/R5)
apriesti@lampungpost.co,id