INFEKSI virus corona merupakan penyakit yang menyerang sistem pernapasan. Penderita Covid-19 sejauh ini kebanyakan adalah orang dewasa. Namun, kasus pada anak-anak juga telah dilaporkan, termasuk pada balita, dalam jumlah yang tidak sedikit.
Virus corona atau SARS-Cov-2 kian bermutasi dan membentuk varian virus baru. Berbeda dengan jenis virus corona sebelumnya, varian virus vorona baru, seperti varian delta, diketahui lebih cepat menular dan menyebar. Tidak hanya pada orang dewasa, virus ini juga cepat menular pada anak-anak.
Berdasar pada data Satgas Penanganan Covid-19 pada 16 Juli 2021, ada 12,8% atau sekitar 351.336 kasus positif Covid-19 terjadi pada usia anak usia 0–18 tahun. Yang bikin mengkhawatirkan lagi adalah, korban anak meninggal karena virus ini mencapai 777 orang.
Persentase angka kematian tertinggi berada pada kelompok usia 0–2 tahun, diikuti kelompok usia 16–18 tahun dan usia 3–6 tahun. Ada lima provinsi dengan jumlah kasus anak terkena Covid-19 tertinggi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta.
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Provinsi Lampung Ismen Mukhtar mengatakan pada dasarnya semua orang bisa terinfeksi virus bukan termasuk anak-anak. Namun mobilitas dan populasi masyarakat usia dewasa mungkin lebih banyak dari pada usia anak. Sehingga jumlah kasus Covid-19 pada usia dewasa terlihat lebih banyak.
Sementara gejala yang timbul saat terinfeksi Covid-19 bergantung pada imunitas tubuh setiap orang. Sistem imun masyarakat usia muda atau produktif termasuk anak-anak itu lebih baik dibandingkan usia lanjut, ujarnya.
Namun, upaya untuk menyelamatkan anak agar tidak terpapar virus Corona harus dilakukan. Pasalnya, gejala Covid-19 pada anak cenderung ringan seperti pilek biasa atau bahkan bisa tanpa gejala. Hal ini diduga karena pada anak-anak, kelenjar timus yang terlibat dalam sistem imun tubuh masih bekerja secara maksimal.
Gejala infeksi virus corona yang bisa muncul pada anak meliputi demam, pilek, radang tenggorokan atau tenggorokan kering, batuk-batuk, dan sesak napas.
Selain itu, gejala gangguan pencernaan, seperti muntah dan diare, juga bisa terjadi meskipun sangat jarang. Walaupun umumnya ringan, gejala pada anak-anak juga bisa berkembang menjadi syok sepsis dan acute respiratory distress syndrome atau gagal napas akut yang sangat berbahaya. Setelah sembuh, anak-anak juga berisiko mengalami kondisi long-haul Covid-19 pada anak.
Nah, cara pencegahan infeksi virus corona yang bisa diterapkan orang tua pada anak, pertama mengajari anak mencuci tangan dengan benar, seperti menggunakan sabun selama 20 detik dengan menggosok di sela-sela jari serta punggung tangan, terutama sebelum makan atau setelah menyentuh hewan atau setelah batuk dan bersin.
Kemudian sediakan dan biasakan anak menggunakan hand sanitizer yang bisa dibawa ke mana-mana.
Lalu biasakan anak menggunakan masker, meskipun tidak seefektif penggunaan masker pada orang yang sakit untuk mencegah penyebaran penyakit ke orang lain. Pilihlah masker yang ukurannya pas untuk anak-anak dan cara pemakaian yang benar.
Selain itu, perhatikan asupan nutrisi yang kaya akan sayuran dan buah-buahan tinggi beta karotena, seperti wortel dan jeruk, diketahui dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh anak untuk melawan infeksi, termasuk infeksi virus corona.
Pastikan makanan yang diberikan kepada anak telah dimasak hingga matang.
Dan ajak anak rutin berolahraga untuk memperkuat daya tahan tubuh melawan infeksi, minimal 30 menit sehari. (CK4/R5)
apriesti@lampungpost.co.id