PUTRI PURNAMA
Dinas Kesehatan bersama Satgas Covid-19 Kota Bandar Lampung terus berupaya dalam hal pengendalian pandemi Covid-19 di wilayahnya. Namun hingga kini masih banyak masyarakat belum memahami pentingnya testing, tracing, dan treatment (3T) untuk mencegah penyeberan.
Kadinkes Kota Bandar Lampung Edwin Rusli mengatakan pemerintah telah melakukan berbagai cara mulai dari sosialisasi penerapan praktik 5M yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir, menjaga jarak, menghidari kerumunan, dan membatasi mobilitas. Demikian juga dengan 3T hingga serbuan vaksinasi.
“Dari ketiga langkah itu, masih banyak masyarakat yang belum memahami betapa pentingnya 3T yang terdiri dari testing atau pemeriksaan dini, tracing atau pelacakan, dan treatment atau perawatan,” ujarnya, Kamis (9/10).
Edwin mengatakan masyarakat lebih familiar dengan istilah 5M yang telah dikampanyekan secara gencar, sejak awal pandemi Covid-19 menyerang Lampung. Untuk itu, pemerintah harus terus memperkuat pemahaman masyarakat terhadap 3T agar penerapannya berjalan dengan lancar.
“Pemeriksaan dini itu penting untuk dilakukan agar pasien positif Covid-19 bisa mendapatkan perawatan dengan cepat. Kalau pasien mengetahui lebih cepat, potensi penularan ke orang lain pun dapat dihindari,” kata dia.
Tak hanya testing, Edwin mengatakan perlu dilakukan pelacakan (tracing) pada kontak-kontak terdekat pasien positif Covid-19. Jika hasil tesnya menunjukkan positif, pasien kontak erat itu harus mendapatkan perawatan (treatment) dari petugas kesehatan.
“Seandainya ketika dilacak si kontak erat menunjukkan gejala, maka perlu dilakukan tes, ya kembali ke testing,” kata dia.
Sementara, Epidemiolog Ismen Mukhtar mengatakan bahwa penanganan Covid-19 tidak akan optimal tanpa adanya peningkatan testing dan pelacakan di masyarakat.
Ia mengatakan, kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat mulai dari PSBB hingga PPKM tidak akan efektif jika tidak dibarengi dengan testing dan tracing yang masif.
“Sudah terapkan PPKM, PSBB, dan sebagainya, tapi kalau tidak dibarengi dengan testing dan tracing, saya kira tidak akan maksimal,” jelasnya.
Kerja Terstruktur
Oleh karena itu, Ismen mendorong pemerintah, terutama Dinas Kesehatan, agar secara serius meningkatkan testing dan tracing. Perlu ada kerja-kerja yang terstruktur dalam penanganan Covid-19, sehingga tidak berkepanjangan dan ekonomi pun bisa segera pulih.
“Sekali lagi kami sampaikan, tanpa ada peningkatan testing dan tracing, maka penanganan pandemi tidak akan optimal. Karena kita tidak mengetahui secara riil jumlah kasus positif dan kebijakan PPKM tidak akan bisa berjalan efektif,” kata dia.
Pemerintah pusat melalui laman website Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) meminta kepada setiap kepala daerah untuk menggencarkan 3T. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan testing merupakan salah satu titik kelemahan pada pengendalian Covid-19 di Indonesia.
“Pemeriksaan atau testing COVID-19 di Indonesia masih sangat rendah. Bahkan jumlahnya di bawah rata-rata negara lain. Vaksinasinya sudah lumayan, tetapi testing dan tracing kita masih di bawah rata-rata negara yang baik testing-nya,” kata Budi.
Menteri Budi mengatakan bahwa penanganan Covid-19 tidak hanya bergantung pada vaksinasi, tetapi harus diiringi dengan peningkatan pelaksanaan 3T di setiap daerah.
“Vaksinasi baik, benar, tapi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi pandemi, tetapi kita harus kuat di testing, lacak dan isolasinya, kita meski kuat juga protokol kesehatan dan strategi perawatan,” ujarnya. (S1)
putri@lampungpost.co.id