LEBARAN Idulfitri menjadi momen istimewa karena bisa berkumpul dengan keluarga, tetapi di tahun ini tampaknya akan berbeda karena pandemi Covid-19 masih bertahan. Terlebih pemerintah telah mengimbau masyarakat untuk tidak mudik dan menerapkan aturan jaga jarak aman sebagai salah satu upaya dalam memutus rantai penyebaran dan penularan Covid-19.
Meski demikian, kita harus tetap semangat menyambut Idulfitri dengan penuh sukacita. Namun, yang perlu diperhatikan ketika menjelang atau saat Lebaran tiba meski tidak mudik dan hanya di rumah adalah menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Hari-hari menjelang Lebaran mungkin menjadi saat paling sibuk selama Ramadan. Mulai dari membersihkan rumah, belanja baju atau perlengkapan Lebaran secara daring, hingga saling kirim parsel atau hadiah untuk orang tercinta.
Meski Lebaran tahun ini hanya dilakukan di rumah, kesehatan harus tetap terjaga agar tubuh tetap bugar dan fit selama Lebaran. Terlebih di tengah pandemi Covid-19, imunitas tubuh menjadi kunci untuk melawan virus.
Menurut dokter penyakit dalam di rumah sakit di Bandar Lampung, Indra Wijaya Kusuma, rata-rata kekebalan tubuh terhadap Covid-19 bisa terbentuk secara optimal setelah penyuntikan dosis kedua vaksin. “Contohnya vaksin Sinovac itu rentang dua minggu atau 14 hari, first dose dan second dose,” ujarnya.
Ia menjelaskan penyuntikan dosis pertama vaksin corona bertujuan merangsang sistem kekebalan tubuh agar dapat membentuk antibodi dalam melawan penyakit Covid-19. “Tujuannya supaya first dose mengenali antigen, antigen itu vaksin yang kita inject, kemudian badan kita bisa membentuk antibodi di titer tertentu. Kemudian second dose itu dia bisa jadi lebih tinggi lagi antibodinya,” ujar dia.
Antibodi yang diciptakan dari vaksin corona Sinovac masih akan tetap tinggi atau optimal dalam waktu tiga bulan ke depan. Namun, hingga kini masih belum diketahui berapa lama kekebalan tubuh tersebut dapat bertahan di dalam tubuh. “Vaksin sudah tiga bulan juga masih tinggi sekali antibodinya yang terbentuk dari Sinovac,” ujarnya.
“Cuman ini yang masih kami lakukan penelitian apakah sampai enam bulan, setahun, dan sebagainya. Kita lihat contoh dari vaksin flu, itu dilakukan setahun sekali dan mungkin saja Covid-19 juga diminta untuk setahun sekali. Kita tunggu saja penelitiannya,” ujar dia.(CK4/R5).
apriesti@lampungpost.co.id