BADAN Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan wabah virus corona berstatus gawat darurat dan menjadi perhatian dunia. Keputusan ini diambil dalam rapat yang digelar di Jenewa, Swiss. Betapa tidak, kasus dan pengidap virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok ini jumlahnya terus bertambah.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, dr Reihana, pencegahan yang mungkin dilakukan kini adalah menerapkan pola hidup bersih dan sehat, serta menjaga agar jangan sembarangan memegang hidung, mulut, dan juga mata, sebagai pintu masuk virus ke dalam tubuh.
Yang paling efektif, menurutnya, adalah membiasakan mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir. Sabun yang dipakai pun harus mengandung antiseptik.
“Jadi memang cuci tangan ini sangat strategis. Makanya pemerintah secara spesifik mendorong kebiasaan cuci tangan. Malah langkah-langkahnya diatur secara spesifik,” katanya.
“Belum pernah ada langkah-langkah membersihkan apa pun kecuali tangan, yang diatur Kementerian Kesehatan. Karena itu sangat efektif dan saya katakan, daya ungkitnya luar biasa untuk kesehatan,” ujar Reihana.
Ia menjelaskan tangan adalah anggota tubuh yang mampu menjangkau daerah mana pun. Sehingga kebersihan tangan sangat menentukan kesehatan atau infeksi terhadap tubuh.
“Kalau dikatakan mulut kita itu pintunya, tangan kita ini alatnya kali ya untuk masuk virus. Karena yang menjangkau mulut—kita makan, lalu kita gatal di hidung atau mata itu biasanya tangan yang melakukan,” ujarnya.
Itu sebab, penting untuk memastikan tangan Anda dalam kondisi bersih ketika hendak menyentuh bagian tubuh yang bisa jadi pintu masuk kuman maupun virus. Misalnya mata, hidung atau mulut. Di sinilah guna penerapan mencuci tangan dengan bersih dan benar.
Selain itu, Reihana menyarankan penggunaan masker ketika berada di ruang publik. Perjumpaan dengan banyak orang atau kerumunan memungkinkan persentuhan atau peredaran virus. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dalam menghadapi virus corona ini jadi kuncinya. Ia memahami langkah pencegahan ini tampak klise dan terlalu umum.
Tapi ia meyakinkan untuk situasi seperti ini pola hidup bersih dan sehat adalah perisai yang manjur.
“Memang kata-kata perilaku hidup bersih dan sehat ini sepertinya umum, tapi pada kondisi seperti sekarang—pencegahan spesifik dengan vaksin tidak ada, obat tidak ada—maka mengedukasi dengan pola hidup bersih sehat itu jadi ujung tombak,” ujarnya. (CK4/R5)