SEJAK Februari lalu, distribusi vaksin sudah mulai dijalankan di Indonesia dengan angka cakupan terus meningkat. Namun, kasus aktif Covid-19 masih cukup tinggi.
Kewaspadaan masyarakat terhadap risiko penularan harus tetap diperhatikan. Terutama dari klaster keluarga.
“Bukti-bukti yang dilaporkan menunjukkan bahwa jalur utama penularan SARS-CoV-2 adalah kontak langsung yang dimediasi oleh droplet yang dikeluarkan saat berbicara, batuk, bersin dan aerosol,” kata dr. Fitria Agustina, SpKK.
Penularan secara sekunder terjadi melalui permukaan benda yang terkontaminasi (fomites). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi transmisi fomites dan droplets tanpa perlindungan diri masing-masing sebesar 6,9% dan 32% dan turun sekitar 2,8% dan 30% jika menggunakan pelindung diri.
“Singkatnya, risiko infeksi menurun saat kita menerapkan protokol kesehatan dengan baik,” terang dr. Fitria.
Dengan dimulainya aktivitas di luar, termasuk aktivitas anak-anak nantinya untuk kembali sekolah, maka protokol kesehatan harus selalu diingat dan dijalankan setiap saat. Agar diri dan keluarga tetap terlindungi, biasakan selalu menjaga kesehatan tubuh dan kebersihan tubuh.
“Selain itu menjaga kesehatan tubuh dengan makan makanan dengan gizi seimbang, olahraga teratur, dan istirahat yang cukup. Menjaga kebersihan tubuh dengan biasakan diri mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, segera mandi setelah beraktivitas dari luar rumah, dan segera mengganti serta mencuci pakaian dengan detergen terbaik,” ucapnya.
Varian Baru Covid-19
Beberapa waktu lalu terdapat satu kasus pasien yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia dengan varian E484K atau sering disingkat EEK. Meskipun begitu, pasien yang terjangkit mutasi virus E484K tersebut sudah dinyatakan sembuh dan tidak memiliki riwayat bepergian ke luar negeri.
Terkait hal tersebut, Prof. Wiku Adisasmito, selaku juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 di Indonesia, menjelaskan varian E484K merupakan mutasi dari varian B117. Mutasi varian E484K yang terjadi pada protein spike adalah mutasi yang sama seperti yang ditemukan pada varian Afrika Selatan maupun Brasil,” ujarnya dikutip dari laman YouTube Kementerian Sekretaris Negara, pekan lalu.
“Dan berdasarkan hasil penelitian, varian ini lebih cepat menular. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dalam setiap aktivitas yang dilakukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penularan,” jelas Prof. Wiku.
Ia juga menambahkan pemerintah juga terus meningkatkan surveillance whole genome sequencing untuk memetakan varian Covid-19 yang masuk di Indonesia, sambil juga mempertahankan proses skrining pada saat WNA atau WNI masuk ke Indonesia.
Varian E484K ini cukup banyak ditemukan di Jepang. Dilansir dari Reuters, sekitar 70% pasien Covid-19 yang dites di rumah sakit Tokyo membawa mutasi yang disebut-sebut dapat mengurangi perlindungan vaksin Covid-19 yang ada sekarang ini.
Menurut laporan dari NHK, mutasi E484K, yang dijuluki “Eek” oleh beberapa ilmuwan, ditemukan pada 10 dari 14 orang yang dites positif terkena virus di Tokyo Medical and Dental University Medical Hospital pada Maret lalu. (MI/R5)