PEREMPUAN kerap diasosiasikan dengan makhluk yang lemah. Namun, hal itu tidak tampak sama sekali pada dokter Sukarti. Ia bertugas di beberapa rumah sakit sebagai pemeriksa pasien Covid-19.
Setiap hari, ia harus memastikan kondisi kesehatan puluhan pasien positif di RSUD Abdul Moeloek, RS Hermina, dan RS Bumi Waras.
Sebagai manusia biasa, tentu rasa khawatir selalu membayanginya. Terlebih virus corona memiliki daya tular yang tidak biasa. Di Lampung saja sudah ada 15.186 kasus dalam kurun waktu satu tahun dengan angka kematian 5,4 persen.
Ia harus benar-benar memperhatikan alat pelindung diri yang digunakan saat menjumpai pasien di ruang isolasi. Sebab, bisa saja dirinya terinfeksi tanpa disadari dan membahayakan orang lain.
“Di ruang isolasi saya hanya melakukan anamnesa saja untuk mengetahui kondisi pasien, karena pakai pakaian tertutup,” ujarnya saat diwawancarai Lampung Post, Rabu (21/4).
Sebagai petugas medis, dokter Sukarti harus siap 24 jam menerima panggilan. Tidak jarang panggilan bantuan datang saat menjelang tidur. Hal itu membuatnya harus pintar membagi waktu antara keluarga dan pengabdiannya sebagai tenaga kesehatan.
Ia bertugas sejak pagi hingga menjelang malam berpindah-pindah ke beberapa rumah sakit. Walau sudah di rumah, ia tetap stand by bersiap menerima panggilan.
“Sekarang ini biasanya saya tidur habis tarawih, karena biasanya sekitar jam 11—1 malam itu ada panggilan darurat,” ujarnya.
Hal itu tidak menjadi alasan dirinya untuk mengeluh. Seluruh kesibukan dianggap sebagai pengabdian bagi masyarakat dalam dunia kesehatan. Terlebih, situasi pandemi saat ini belum berakhir.
Harapannya masyarakat benar-benar sadar atas situasi yang sedang terjadi. Pandemi yang terjadi bukanlah sebuah konspirasi melainkan kenyataan.
Perjuangannya dalam membantu pasien hingga sembuh membuktikan Covid-19 benar-benar ada. “Kuncinya adalah 5M; mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas,” ujarnya. (CR1/S1)