PEMERINTAH Kota Metro dan Lampung Barat (Lambar) masih mengalami keterbatasan pasokan oksigen. Kedua pemerintah daerah itu berupaya memaksimalkan ketersediaan oksigen bagi pasien covid-19 dan non covid-19 yang dirawat di rumah sakit umum daerah masing-masing.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Metro, Bangkit Haryo Utomo mengatakan, di tengah sulitnya mendapatkan gas oksigen pihaknya akan berupaya semaksimal mungkin akan ketersediaan gas oksigen yang dimiliki RSUD Ahmad Yani.
“Saat ini kita telah mengantisipasi untuk tiga hari ke depan. Nah untuk selanjutnya akan kita upayakan. Memang kasus kelangkaan oksigen ini menjadi isu nasional. Dimana sekarang semakin banyak pasien yang dirawat untuk mendapatkan oksigen,” ujarnya usai hearing bersama DPRD Kota Metro, Senin (2/8).
Dia menambahkan, selain penggunaan oksigen yang meningkat, pasokan yang dikirim ke perusahaan gas di Lampung juga terlambat. “Kita ini ada stok 400 tabung oksigen. Kita dapat dari Natar Lampung Selatan 200 tabung, 100 tabung lagi di Bandar Jaya, Lampung Tengah dan 100 tabung lagi dari Campang,” jelasnya.
Di Lampung Barat, pasokan oksigen di RSUD Alimuddin Umar juga mengalami keterbatasan. Akibatnya pasien yang hendak masuk terpaksa harus antri dulu di Puksesmas.
“Saat ini stok oksigen yang tersedia masih cukup, tapi terbatas untuk memenuhi kebutuhan perawatan, baik pasien covid-19 maupun non covid di RSUD,” kata Direktur RSUAU Liwa Iman Hendarman, Senin (2/8).
Menurutnya, karena stok mulai terbatas maka untuk sementara pasien rujukan dari Puskesmas akan masuk melalui daftar antrian. Mereka akan dipanggil yang akan disesuaikan dengan kebutuhan oksigen. Karena itu, sebelum masuk ke RSU maka pasien tersebut untuk sementara ditangani di Puskesmas dulu.
Apabila pihaknya mulai kekurangan stok oksigen, maka pihaknya akan meminjam oksigen konsentrator dari Puskesmas melalui Dinas Kesehatan.
Untuk sementara masih ada beberapa pasien yang mau dipanggil yang pelaksanaanya disesuaikan dengan ketersedian oksigen. “Jadi, intinya karena stok oksigen terbatas, maka pasien harus ditangani di Puskesmas dulu sambil menunggu dipanggil untuk masuk ke rumah sakit karena menyesuaikan dengan stok yang ada,” kata Iman.
Untuk mengatasi kelangkaan ini, pihaknya sudah mengajukan permintaan kebutuhan tambahan, baik kepada provinsi dan beberapa PO penyedia. Namun menurutnya, sampai saat ini belum ada realisasinya. (CR3/ELI/S1)