
SIAPA sangka menteri, gubernur, bupati, juga ketua organisasi keagamaan terpapar Covid-19. Menteri Agama Fahrul Rozi, Gubernur Anies Baswedan, banyak kepala daerah termasuk Saiq Aqil Siroj, ketua umum Pengurus Besar (PB) Nahdlatul Ulama (NU), tidak luput terjangkit virus corona. Dan tidak ada orang yang memastikan, kapan berakhirnya pandemi ini.
Korban Covid-19 terus berjatuhan apalagi bagi mereka yang abai protokol kesehatan. Rumah sakit penuh bahkan tempat permakaman umum (TPU) khusus untuk pasien corona sudah tidak ada lagi lahannya.
TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, adalah bukti nyata bahwa korban virus makin hari meningkat jumlahnya. Lahan di TPU Pondok Ranggon seluas 9.999 meter persegi hanya mampu menampung 4.329 jenazah sejak corona merebak pada 2 Maret lalu.
Bagaimana dengan rumah sakit? Dipastikan penuh juga. Bahkan, ruangan instalasi gawat darurat disesaki pasien Covid-19.
Rektor Universitas Lampung Karomani, yang terpapar virus, mengedukasi anak-anak bangsa. Dia pun mengingatkan protokol kesehatan harus diketatkan, serta memberikan dukungan moral bagi pasien agar cepat sembuh.
Karomani yang diisolasi di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung karena terpapar Covid-19 itu, berharap agar masyarakat tidak mengucilkan pasien, apalagi isolasi mandiri dengan kehidupan ekonomi yang pas-pasan. Kalau pasien berduit, pasti minta ditempatkan di ruangan dingin, fasilitas lengkap, serta dokter bertarif mahal. Itu pun belum cukup. Ada juga pejabat dan masyarakat terpapar corona tidak ingin mengumumkan statusnya, terinfeksi Covid-19. Ini tidak patut dijadikan contoh dan diteladani!
Terinfeksi Covid-19 membuat orang terpukul karena sanksi sosial oleh tetangga serta kawan akan menjauhinya. Dikucilkan karena takut tertular. Atau orang yang tidak mau tahu berstatus orang tanpa gejala. Sehat tetapi terpapar. Orang seperti ini berbahaya karena cepat terjadi penularan.
Menkopolhukam Mahfud MD mengapresiasi Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj dan Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dengan tidak segan mengakui terpapar corona. Kedua tokoh organisasi Islam terbesar tidak menutup-nutupi informasi ketika terpapar Covid-19. Bahkan, secara sadar menjadi teladan menyampaikannya kepada publik.
“Keduanya terbuka memberitahu tentang ancaman Covid-19 pada dirinya. Dan meminta agar orang lain yang berinteraksi, untuk memeriksa dirinya sehingga tidak menemuinya dulu,” kata Mahfud.
Tidak hanya Said Aqil mengumumkan terpapar Covid-19, juga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan dirinya positif. Sebelumnya, Wakil Gubernur Riza Patria dinyatakan positif. Selama 14 hari, mereka menjalani isolasi mandiri serta mengikuti prosedur pengobatan yang ditetapkan oleh tim medis. Ini hebat. Patut diteladani!
Pengakuan ini salah satu upaya memutus penularan agar virus corona tidak menyebar. Untuk itu pula, Presiden Joko Widodo dan Mendagri Tito Karnavian mengingatkan kepala daerah agar memegang penuh kendali penanganan Covid-19. Tugas mulia gubernur, wali kota, dan bupati itu melindungi warganya. Keselamatan rakyat adalah segala-galanya.
Akhir-akhir ini seantero negeri termasuk Lampung terjadi ledakan pasien Covid-19. Ini akibat efek dari libur panjang dan kerumunan massa, tidak menjaga jarak. Padahal, di setiap sudut ruang publik ada imbauan untuk mematuhi 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak). Pada saat bersamaan dilakukan 3T (tracing, testing, dan treatment).
***
Dalam perjalanan sembilan bulan wabah Covid-19 di negeri ini, pastinya anak bangsa memiliki pengalaman yang berharga jangan sampai virus mematikan itu merajalela di Tanah Air. Meningkatnya jumlah pasien Covid-19 ini, harus jadi perhatian kepala daerah agar memimpin langsung serta mengambilalih tanggung jawab penegakan hukum protokol kesehatan.
Kepala daerah mulai dari gubernur, bupati, dan wali kota, hingga lurah juga kepala desa harus secara masif bersama rakyat melakukan penanganan Covid-19. Apalagi dalam seminggu ke depan ada pesta rakyat, pilkada serentak, disusul libur akhir tahun. Tegakkan protokol kesehatan!
Kawal peraturan daerah dengan pemberian sanksi tanpa pandang bulu. Satgas Pusat Covid-19 mengingatkan daerah untuk memaksimalkan peran satgas Covid-19 di provinsi, kabupaten, serta kota dalam pengawasan dan penegakan disiplin protokol kesehatan yang dilakukan masyarakat.
Ini prihatin sekali! Dalam seminggu terakhir, kasus aktif melonjak 19,8%. Dengan kenaikan tertinggi terjadi di Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Lampung, dan Kepulauan Riau. Awal bulan ini (1/12), kasus positif bertambah 543.975 orang, kasus sembuh 454.879. Sementara yang meninggal dunia 17.081 orang.
Pertanyaannya? Akankah angka itu terus naik atau melandai. Dua agenda penting seperti pilkada serentak dan libur akhir tahun 2020, bakalan menambah lagi angkanya, baik yang terpapar maupun meninggal dunia.
TPU Pondok Ranggon, di Ibu Kota sudah penuh. Rumah sakit sudah tidak kuat lagi menampung pasien Covid-19. Yang ada, pasien minta diisolasi mandiri. Mengapa? Karena banyak juga tenaga medis sudah terpapar corona. Jangan sampai di barak rumah sakit dan tempat pemungutan suara, mereka hanya menunggu antre kematian! Sadarkan 3M dan 3T untuk tetap sehat!
Dan perhelatan pilkada serentak di 270 wilayah yang tersebar di sembilan provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota akan menjadi media mempercepat penyebaran virus. Di Lampung, ada delapan kabupaten dan kota mengelar pilkada. Tanggal 9 Desember 2020 adalah puncak dari pertaruhan—dari sebuah proses demokrasi di negeri ini.
Jangan sampai pilkada serentak memperburuk—akan menaikan angka pasien berlipat-lipat yang terpapar Covid-19. Ketatkan protokol kesehatan di semua lini, mulai dari penyelenggara, saksi-saksi, hingga kesehatan rakyat yang mau mencoblos surat suara nanti.
Tekad anak bangsa di 270 wilayah yang menggelar pilkada dengan angka partisipasi pemilih lebih tinggi lagi. Jangan lagi protokol kesehatan ditawar-tawar. Kesehatan rakyat adalah hukum tertinggi di negara ini.
Koordinasi dan sinergi antarpihak di perhelatan tersebut menjadi sangat penting untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Jangan biarkan rakyat menjadi korban dari pesta sehari itu. ***