Ayah di Ranah Pengasuhan

Tuti Elfita Ketua Departemen Kajian Perempuan, Anak, dan Keluarga BPKK DPP PKS PANDEMI Covid-19 mengajari keluarga sebuah arti, yaitu peran ayah dalam kehidupan anak. Hampir dua tahun pandemi berlangsung, diawali dengan kondisi ketika semua aktivitas dilakukan di rumah saja. Aktivitas ayah yang setiap hari berangkat bekerja ke kantor, mendadak harus melakukan pekerjaan di rumah. Sementara para ayah yang bekerja di sektor lapangan pun harus ikut merasakan pekerjaan yang terhenti sejenak, ikut pula beraktivitas di rumah saja. Fenomena aktivitas ayah di rumah saja, memberi nuansa yang sangat berbeda dari keseluruhan hari-hari sebelumnya. Ayah yang kebanyakan separuh harinya berada di luar rumah kemudian menjalani hari demi hari di rumah, menyaksikan secara langsung bagaimana aktivitas dan perkembangan anak ketika di rumah. Tidak sedikit ayah yang terkejut, takjub, heran, hingga merasa terganggu ketika menjalani aktivitas di rumah bersama anak. Yang menarik, hasil survei sebuah platform parenting menyatakan, selama pandemi para ayah turut mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan saat pandemi. Seiring dengan makin banyaknya waktu di rumah, hubungan ayah dan anak juga makin dekat. Mayoritas responden juga merasakan peran serta ayah di urusan domestik, seperti membersihkan rumah, berkebun, dan memasak, meningkat. Sejatinya, parenting atau pengasuhan anak merupakan tanggung jawab bersama ayah dan ibu. Masing-masing memiliki kekhasan peran, ketika ibu memberikan perasaan nyaman, perlindungan, keteraturan, dan kelembutan. Sementara ayah memberikan dorongan untuk berani bereksplorasi, menghadapi tantangan, dan berinteraksi dengan berbagai hal. Peran keduanya memberikan keseimbangan dalam proses perkembangan anak. Namun, pada umumnya keluarga, pemahaman bahwa peran ayah sebatas sebagai breadwinner, yaitu bertugas memenuhi kebutuhan finansial keluarga masih menjadi penyebab sebagian besar tugas pengasuhan anak diserahkan kepada ibu. Empat Elemen Dr Robert Grant, seorang peneliti dan penulis, menyebutkan bahwa filosofi pengasuhan untuk meraih kesejahteraan dan kebahagiaan individu membutuhkan empat elemen, yaitu elemen fisik, sosial, spiritual, dan intelektual. Orang tua, baik ayah dan ibu, secara seimbang perlu terlibat serta memfasilitasi perkembangan anak dalam keempat elemen tersebut. Uleh sebab itu, dalam hal ini, porsi peran ayah pun perlu menjadi perhatian khusus dalam pengasuhan. Penelitian mengenai pentingnya peran ayah baru akhir-akhir ini saja muncul. Para ilmuwan pun berupaya menebus waktu yang hilang dengan kemudian merilis data dan penelitian tentang pengaruh ayah pada perkembangan anak. Jurnal akademis pun satu per satu menerbitkan data baru yang menggambarkan bagaimana peran ayah dapat meningkatkan atau bahkan menghancurkan kualitas perkembangan anak. Selain itu, makin banyak juga jurnal dan opini yang memberikan wawasan menjadi ayah yang baik bagi anak. Paul Amato, seorang sosiolog di Pennsylvania State University yang khusus mempelajari hubungan orang tua dan anak, menyatakan bahwa ketika ayah secara aktif terlibat dengan anak, perkembangan anak menjadi lebih baik. Penelitian menunjukkan kehadiran ayah penting untuk perkembangan anak. Sebagai contoh, bagi seorang ayah yang menggendong bayinya, memberi stimulus tersendiri bagi sang anak. Bukan sekadar seorang ayah merasa bahagia dengan kehadiran anak, melainkan juga upaya menggendong, memberi sentuhan, mengajak tertawa merupakan bentuk keterlibatan ayah memberi stimulus untuk pemenuhan empat elemen di atas. Kabar baiknya, di era kemudahan akses informasi, para ayah modern saat ini lebih mudah terbangun kesadarannya untuk ingin lebih terlibat dalam pengasuhan anak. Dalam hal ini pula, masyarakat pun makin menuntut keberadaan peran ayah dalam pendidikan di keluarga. Namun, pemahaman yang terbentuk tidak serta-merta bisa menyesuaikan secara simultan dengan kondisi permasalahan perkembangan anak yang terus bertambah kompleksitasnya. Itulah mengapa perlu adanya kesepakatan bersama mengenai pentingnya ayah dalam setiap tahap perkembangan anak sehingga ayah selalu hadir di setiap fase perkembangan anak. Waktu, Interaksi, dan Perhatian Joseph H Pleck, seorang profesor pada Human Development and Family Studies di University of Illinois, Amerika Serikat, memperkenalkan tiga dimensi keterlibatan ayah; pertama, paternal engagement yaitu interaksi langsung antara ayah dan anak. Kedua, paternal accessibility yaitu kemudahan ayah diakses oleh anak. Ketiga, paternal responsibility yaitu keterlibatan ayah dalam hal tanggung jawab dalam hal perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengaturan. Dalam penerapannya, tiga dimensi keterlibatan itu perlu memenuhi aspek waktu, interaksi, dan perhatian. Ketiga aspek ini bisa menjadi pertimbangan seorang ayah dalam mengelola interaksinya dengan anak. Bisa jadi seorang ayah tidak memiliki banyak waktu dalam kebersamaan secara fisik dengan anak. Hal ini sangat jamak terjadi ketika waktu ayah dalam sehari sudah tersita dengan jam kerja. Atau bahkan ayah yang harus melakukan pekerjaan di tempat yang jauh dari keluarga. Maka, ayah dapat melakukan penguatan keterlibatan dengan intensitas kemudahan untuk diakses dalam upaya membangun interaksi dan perhatian. Maka, yang perlu digarisbawahi dalam memahami makna keterlibatan ayah di ranah pengasuhan adalah adanya partisipasi aktif dan berulang. Walaupun ada anggapan yang lebih mementingkan kualitas dari kuantitas, efek positif dari suatu interaksi yang berkualitas tidak akan didapat bila interaksi dilakukan sangat jarang. Begitu juga bila interaksi yang sering, tetapi tanpa kualitas yang baik, tidak akan mendapatkan efek baik yang diinginkan. Seorang ayah dikatakan terlibat dalam pengasuhan anak ketika berinisiatif dan proaktif untuk menjalin hubungan dengan anak. Ketika ayah berinisiatif untuk menjalin hubungan dengan anak dan memanfaatkan semua sumber dayanya, baik afeksi, fisik, dan kognisinya, ia akan berinteraksi dengan hangat serta terlibat sisi-sisi emosionalnya. Para ayah perlu menyadari bahwa anak menjadikan mereka sebagai profil dalam kehidupan, bisa pada hal yang positif maupun negatif. Penting bagi para ayah mengelola keterlibatan di ranah pengasuhan untuk memberi pengaruh positif pada perkembangan psikologis, kognitif, spiritual, dan sosial anak. Juga dalam upaya mengarahkan mereka di setiap fase perkembangan hingga menuju kedewasaan. Mengapa? Karena ayah memang penting. (*)

Ayah di Ranah Pengasuhan

Pandemi Covid-19 mengajari keluarga sebuah arti, yaitu peran ayah dalam kehidupan anak.

E-Paper Lampung Post, Edisi Rabu, 24 November 2021

Tiga Kata Ajaib

ricky marly

Tiga Kata Ajaib

Kolaborasi Menuju Lampung Maju

Mencari Teladan dari Pemimpin!

Seluruh Aset Tanah Tersertifikat pada 2022

PKL Diminta Kosongkan Jalan Bukit Tinggi

BERITA TERBARU

TOP NEWS

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

Pendaftar Jalur SNBP Itera dan Unila Terus Bertambah

Perhotelan Turun hingga 50 Persen Akibat Efisiensi Anggaran

Panitia Universitas Tak Bisa Tangani Kasus Gagal PDSS

Efisiensi Anggaran ke Daerah Berlaku untuk DAK dan DAU

Eva Dwiana Resmikan JPO Milenial

Optimalkan Ekonomi Biru dan Hijau untuk Tingkatkan Kebijakan Fiskal

Penanganan Korupsi Berlanjut

Awasi Kebijakan Harga Singkong di Lapangan

Capaian Pengamanan Lampung dan Sinergi Pusat-Daerah

POPULAR POST

Koran Digital Lampung Post, Edisi Jum’at, 30 Mei 2025

BPK RI Periksa Keuangan Polres Lampung Timur

Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

Koran Digital Lampung Post, Edisi Rabu, 28 Mei 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Weekend, 25 Mei 2025

Tentang Kami

Alamat Kami

Iklan & Sirkulasi

Selamat Datang kembali!

Ambil kata sandi Anda