Daya Beli Ada, 22 Kota Masih Deflasi!

H Bambang Eka Wijaya DAYA beli masyarakat Oktober 2021 bersemi kembali dengan inflasi 0,12%, berbalik dari deflasi bulan September 2021 sebesar 0,04%. Tumbuhnya daya beli ini tergolong lemah, karena masih 22 dari 90 kota yang dipantau Badan Pusat Statistik (BPS) mengalami deflasi. Ironisnya, deflasi tertinggi 0,70% terjadi di Kendari, pusat pertambangan dan industri nikel yang dibanggakan pemerintah sebagai andalan ekonomi nasional masa kini dan masa depan. Mungkin hal itu sebagai akibat terlalu banyaknya tenaga kerja asing (TKA) dalam kegiatan tambang dan industri nikel tersebut, di mana mereka mengirimkan gajinya kepada keluarganya di luar negeri, dan tidak membelanjakannya di pasar lokal, sehingga dampak positif industri tersebut pada perekonomian masyarakat lokal kecil sekali, bahkan minus. Belum lagi karena peralatan kerja mereka canggih dan harus didatangkan dari luar negeri. Demikian pula dengan produksi mereka yang 100% diekspor. Sehingga secara keseluruhan tidak ada kaitan manfaat (benefit) pada perekonomian masyarakat lokal. Hal iri pantas menjadi perhatian dan catatan bagi daerah lain, menyerahkan kekayaan alam unggulan milik negara kepada asing dengan benefit atau manfaatnya pada masyarakat setempat minim sekali bahkan minus (hingga menimbulkan deflasi). Ironi deflasi tidak hanya sampai di situ. Deflasi dianggap tidak berbahaya, sehingga di semua kabupaten/kota yang dibentuk Tim Pengendali Inflasi. Padahal inflasi itu pertanda daya beli rakyat tinggi, tapi malah diawasi kalau naik harus diusahakan agar diturunkan lagi. Sedang deflasi pertanda ekonomi rakyat lemah, malah dianggap tidak berbahaya. Karena itu, deflasi tidak diawasi atau dikendalikan, setidaknya tak ada tim dibentuk untuk itu. Padahal, jika deflasi berlanjut bisa mengakibatkan kontraksi ekonomi, bahkan perekonomian negara lumpuh. Indonesia mengalami kontraksi ekonomi mulai kuartal II-2020 sampai kuartal I-2021. Sepanjang setahun penuh ekonomi mengalami deflasi berlanjut. Dampaknya, banyak perusahaan gulung tikar, jutaan orang kehilangan pekerjaan kena PHK. Ironisnya, dengan pengalaman pahit yang demikian dahsyat akibat defiasi berkelanjutan, tak ada dibentuk tim pengendali deflasi. Ini terjadi karena deflasi dianggap peluang untuk unjuk kebolehan penguasa membantu rakyat yang tengah menghadapi kesulitan. Deflasi menjadi kesempatan buat penguasa tampil gagah membantu rakyat yang membutuhkan. Sekalipun bantuan itu dari ngutang ke luar negeri. ***

Daya Beli Ada, 22 Kota Masih Deflasi!

Daya beli masyarakat Oktober 2021 bersemi kembali dengan inflasi 0,12%, berbalik dari deflasi bulan September 2021 sebesar 0,04%.

Kotak Amal Disita dari Sekretariat LAZ ABA

Membendung Gelombang Ketiga Corona

ricky marly

Membendung Gelombang Ketiga Corona

Bulog Jamin Stok Pangan Aman Jelang Nataru

Tidak Ada Kenaikan Penumpang di Terminal Rajabasa

Toko Kelontong Roda Penggerak Perekonomian Lokal

Indonesia Didorong Jadi Pusat Ekonomi Syariah Dunia

BERITA TERBARU

TOP NEWS

Benang Merah Konflik Manusia dengan Satwa

23 Ribu Peserta Gagal Masuk SMA/SMK Negeri

Tembus Rp12,42 Miliar Ekonomi Syariah kian Kokoh

Jalur SPMB SMP Prioritaskan Jarak

Perencanaan Keuangan Kunci Kemapanan Finansial

Perkuat Akses Keuangan Inklusif

Kebingungan Peserta Warnai Hari Pertama SPMB

Buka Ekspor Sawit di Pasar Eropa

Perketat Pengawasan Truk ODOL

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

POPULAR POST

Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

Koran Digital Lampung Post, Edisi Jum’at, 26 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Senin, 22 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Selasa, 23 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Rabu, 24 September 2025

Tentang Kami

Alamat Kami

Iklan & Sirkulasi