Inkonsistensi Massal

Wahyu Pamungkas Wartawan Lampung Post " Corona ora percoyo, nganggo masker wegah, dipenging kumpul-kumpul ora gelem, dipenging ewuh ngeyel, enek bantuan ndisek dewe, ora komanan muring ." Belakangan stiker berisi sejumlah kalimat tersebut beredar luas di grup pertukaran pesan. Sindiran berbahasa daerah semacam ini entah dimulai dari mana dan oleh siapa, tetapi bisa diduga, itu berangkat dari keresahan atas situasi yang belakangan terjadi. Kalimat-kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia kurang lebih begini: Korona tidak percaya, memakai masker tidak mau, dilarang kumpul tidak mau, dilarang hajatan membantah, ada bantuan paling depan, tidak kebagian marah-marah. Dalam rakor di Pemkab Lampung Tengah, 25 Januari 2021, Sekkab Lamteng Nirlan menyampaikan tingginya pelanggaran terhadap protokol kesehatan sehingga jumlah kasus terkonfirmasi terus meningkat. Oleh karena itu, Pemkab memutuskan untuk memberlakukan Perda No. 3/2020 tentang Penanggulangan Covid-19. Tidak hanya itu, Sekkab juga menginspeksi dinas-dinas untuk memastikan penerapan protokol kesehatan. Keresahan orang-orang yang kreatif membuat stiker sindiran berbahasa daerah, tampaknya ditujukan kepada orang-orang tertentu. Kemungkinan ditujukan kepada mereka, yang di satu sisi menganggap pandemi sebagai angin lalu, tetapi di sisi lain ikut berebut bansos pandemi. Ini semacam inkonsistensi dalam menyikapi pandemi. Faktanya saat pandemi mulai merebak, berbagai macam bantuan sosial digulirkan oleh pemerintah. Mereka yang terdata sebagai penerima bantuan juga menerima dengan senang hati. Mereka yang berkesempatan mengajukan diri juga berlomba-lomba mendaftar. Ironisnya, masih banyak penerima bantuan (oknum-oknum), terutama di kampung-kampung di Lamteng, yang tidak mengindahkan perintah untuk menerapkan protokol kesehatan. Enggan memakai masker, tetap berkerumun dengan berbagai alasan, dan masih membuat acara yang berpotensi mengumpulkan banyak orang dalam satu tempat. Jika keresahan para kreator stiker ini ditangkap oleh pemerintah, dengan cara mendata para pelanggar protokol kesehatan, untuk disinkronkan dengan data penerima bansos korona, selanjutnya menjatuhkan sanksi berupa pencoretan, atau minimal penundaan, mungkin akan efektif menekan jumlah pelanggaran terhadap protokol kesehatan. Toh, semua serbamungkin. Hal semacam ini, pencoretan atau penundaan bantuan, berpotensi menimbulkan protes, tetapi sepanjang dilakukan transparan, dengan niat baik, mudah-mudahan bisa menekan pelanggaran, dan melawan sikap inkonsistensi massal. Untuk para kreator stiker yang menginspirasi, kalian memang keren, terus semangat melawan inkonsistensi dan mewarnai perjuangan melawan pandemi.

Korona tidak percaya, memakai masker tidak mau, dilarang kumpul tidak mau, dilarang hajatan membantah, ada bantuan paling depan, tidak kebagian marah-marah.

Dukung Penerapan Tilang Elektronik

Juventus Menangi Leg I Semifinal Piala Italia

ricky marly

Juventus Menangi Leg I Semifinal Piala Italia

Daya Jelajah Hewan Meluas

Sheffield United Jawara Duel Tim Papan Bawah

MU Pesta Gol, Solskjaer Nikmati Sepak Bola

Sevilla ke Semifinal Copa del Rey

BERITA TERBARU

TOP NEWS

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

Pendaftar Jalur SNBP Itera dan Unila Terus Bertambah

Perhotelan Turun hingga 50 Persen Akibat Efisiensi Anggaran

Panitia Universitas Tak Bisa Tangani Kasus Gagal PDSS

Efisiensi Anggaran ke Daerah Berlaku untuk DAK dan DAU

Eva Dwiana Resmikan JPO Milenial

Optimalkan Ekonomi Biru dan Hijau untuk Tingkatkan Kebijakan Fiskal

Penanganan Korupsi Berlanjut

Awasi Kebijakan Harga Singkong di Lapangan

Capaian Pengamanan Lampung dan Sinergi Pusat-Daerah

POPULAR POST

Koran Digital Lampung Post, Edisi Jum’at, 30 Mei 2025

BPK RI Periksa Keuangan Polres Lampung Timur

Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

Koran Digital Lampung Post, Edisi Rabu, 28 Mei 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Weekend, 25 Mei 2025

Tentang Kami

Alamat Kami

Iklan & Sirkulasi

Selamat Datang kembali!

Ambil kata sandi Anda