Kemandirian Pesantren Menuju Indonesia Maju

PESANTREN sebagai salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia memiliki peran strategis menyongsong visi Indonesia Emas 2045. Berdasarkan data Kementerian Agama per Agustus 2024, terdapat 41.220 pesantren dengan jumlah santri mencapai 4,37 juta. Di Lampung saja, tercatat ada 677 pesantren dengan 64.251 santri. Angka-angka ini mencerminkan pesantren sebagai kekuatan besar, yang jika pengelolaannya dengan baik, dapat menjadi laskar penggerak kemajuan bangsa. Besarnya potensi itu tidak akan berarti banyak jika pesantren hanya berkembang secara kuantitatif. Kualitas pengembangan pesantren harus menjadi prioritas agar institusi ini tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga kontributor signifikan bagi pembangunan bangsa. Untuk itu, kemandirian pesantren perlu mendapat perhatian amat serius oleh pemerintah, khususnya di bawah Kabinet Merah Putih pimpinan Presiden Prabowo Subianto. Tidak bisa tidak, kemandirian ekonomi menjadi salah satu kunci bagi pesantren untuk berperan aktif dalam pembangunan nasional. Terlebih, Indonesaia saat ini telah ditasbihkan sebagai negara dengan tren perkembangan ekonomi syariah terbesar di dunia. Persoalannya, selama ini, pesantren acap bergantung pada bantuan eksternal, baik pemerintah maupun donatur. Hal ini menciptakan ketergantungan yang membatasi kemampuan mereka berinovasi dan berkontribusi secara optimal. Perlu mendorong pesantren untuk mengembangkan ekonomi berbasis komunitas. Melalui unit usaha mandiri, seperti koperasi, pertanian, peternakan, atau industri kreatif, pesantren dapat menciptakan sumber pendapatan yang berkelanjutan. Pemerintah perlu mendukung inisiatif ini dengan memberikan akses kepada permodalan, pelatihan kewirausahaan, dan teknologi yang memadai. Pesantren yang mandiri secara ekonomi bukan hanya memperkuat lembaga itu sendiri, tetapi juga menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar dan mendukung ekonomi lokal. Lebih dari sekadar lembaga pendidikan agama, pesantren harus mampu mencetak lulusan yang dapat berkontribusi dalam pembangunan ekonomi bangsa. Santri perlu mendapat bekal keterampilan yang relevan dengan dunia kerja modern, terutama di sektor-sektor strategis, seperti pertanian berkelanjutan, teknologi informasi, dan industri kreatif. Pendidikan berbasis vokasi di pesantren menjadi keniscayaan jika ingin melihat pesantren berperan lebih signifikan dalam ekonomi nasional. Baca juga: Hari Santri Refleksi dan Perjuangan untuk Kemajuan Bangsa Sebagai bagian dari visi besar ini, pemerintah harus memprioritaskan kurikulum keterampilan dan kewirausahaan di pesantren. Santri harus mendapat pelatihan untuk menjadi wirausahawan, bukan sekadar pekerja. Dengan keterampilan ini, mereka dapat menciptakan peluang ekonomi, bukan hanya mencari pekerjaan. Pendidikan kewirausahaan dengan nilai-nilai agama akan melahirkan generasi yang tidak hanya produktif, tetapi juga berintegritas tinggi. Pesantren tidak dapat menutup mata terhadap kemajuan teknologi dan tuntutan digitalisasi. Di era yang serbadigital ini, pesantren harus mampu beradaptasi dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efektivitas pendidikan dan memperluas jangkauan dakwah. Juga dapat memanfaatkan digitalisasi untuk memperkuat ekonomi pesantren, baik melalui pemasaran online produk-produk pesantren maupun pengembangan platform pembelajaran jarak jauh. Pemerintah perlu mendorong pesantren untuk mengadopsi teknologi digital dalam berbagai aspek, mulai dari manajemen kelembagaan hingga pendidikan. Dukungan infrastruktur teknologi harus mengikutkan pelatihan keterampilan digital bagi santri dan pengelola pesantren. Hanya dengan kemampuan digital yang kuat, pesantren dapat bersaing dan berperan lebih besar di tingkat nasional dan global. Kabinet Merah Putih di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto diharapkan mampu membawa perubahan signifikan dalam pengembangan pesantren. Dukungan penuh dari pemerintah sangat perlu agar pesantren dapat bertransformasi menjadi institusi yang lebih mandiri dan berdaya saing. Pengembangan pesantren yang berbasis kemandirian ekonomi, keterampilan vokasional, dan digitalisasi harus menjadi bagian dari agenda pembangunan nasional. Pesantren memiliki potensi besar untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045. Namun, tanpa upaya serius mengembangkan kapasitas kualitatifnya, pesantren akan sulit berkontribusi secara optimal. Kemandirian pesantren bukan hanya sebuah tujuan, tetapi sebuah keharusan jika kita ingin pesantren memainkan peran sentral dalam pembangunan bangsa yang lebih baik di masa depan.

Kemandirian Pesantren Menuju Indonesia Maju

Lampung Selatan Mulai Musim Tanam Padi November

Jadikan Pesantren Basis Ekonomi Syariah

Muharram Candra Lugina

Jadikan Pesantren Basis Ekonomi Syariah

Kantin Sekolah Diminta Selektif Sediakan Makanan

Koran Digital Lampung Post, Edisi Jum'at, 25 Oktober 2024

Dinas Dikbud Lampung Tengah Respons Kritikan dengan Ucapan Terima Kasih

DPRD Lampura Bertekad Jadi Motor Pembangunan

BERITA TERBARU

TOP NEWS

Benang Merah Konflik Manusia dengan Satwa

23 Ribu Peserta Gagal Masuk SMA/SMK Negeri

Tembus Rp12,42 Miliar Ekonomi Syariah kian Kokoh

Jalur SPMB SMP Prioritaskan Jarak

Perencanaan Keuangan Kunci Kemapanan Finansial

Perkuat Akses Keuangan Inklusif

Kebingungan Peserta Warnai Hari Pertama SPMB

Buka Ekspor Sawit di Pasar Eropa

Perketat Pengawasan Truk ODOL

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

POPULAR POST

Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

BPK RI Periksa Keuangan Polres Lampung Timur

Koran Digital Lampung Post, Edisi Selasa, 09 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Senin, 08 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Kamis, 04 September 2025

Tentang Kami

Alamat Kami

Iklan & Sirkulasi