
HANYA bisa berucap astaghfirullah al-azim ketika mendengar jenazah pasien Covid-19, virus corona ditolak warga untuk dimakamkan. Penolakan ini terjadi di berbagai daerah di Indonesia seperti Banyumas, Gowa, juga Bandar Lampung. Mengapa ditolak. Aibkah, menyebarkan penyakit atau apa?
Mewabahnya virus corona menjadi ujian bersama. Ada sejumlah protokol kesehatan yang harus dilalui selama pendemi Covid-19 menghajar negeri ini. Harusnya diambil hikmah dari bencana ini. Tapi ada juga membuat khawatir yang berlebihan di masyarakat. Sehingga mereka menggelar aksi penolakan pemakaman jenazah pasien Covid-19.
Masyarakat beranggapan jenazah pasien corona yang dimakamkan akan berdampak pada lingkungan. Bangkainya akan membawa dampak buruk bagi kesehatan atas penularan virus. Padahal anggapan itu tidak benar sama sekali. Penanganan jenazah khusus Covid-19 dilakukan rumah sakit di bawah pengawasan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Sehingga tidak akan mengotori lingkungan apalagi menyebarkan virus lagi.
Lalu mengapa ditolak? Takut? Ingat kawan, jenazah dan virus itu juga makhluk ciptaan Tuhan. Seperti pasien corona 02 di Lampung, meninggal dunia pada Senin (30/3) dini hari. Seyogianya dimakamkan sore harinya di kawasan Batuputu, Bandar Lampung, namun warga di situ menolak.
Camat Telukbetung Barat, Idham menjelaskan awalnya di Batuputu, tapi tidak terlaksana karena ada penolakan. “Warga tidak berkenan. Akhirnya tidak jadi dimakamkan,” kata Camat. Lalu jenazah diboyong dengan mobil ambulans ke permakaman Bukit Kemiling. Di bawah guyuran hujan deras, malam itu, hal serupa terjadi. Lagi-lagi warga menolaknya.
Akhirnya jenazah dimakamkan keesokan harinya, Selasa siang, di kawasan tanah milik Pemprov Lampung, di Kota Baru, Jatiagung, Lampung Selatan. Agama mengajarkan jika orang meninggal dunia secepatnya dimakamkan. Apalagi pasien terinfeksi virus corona, batas waktunya hanya empat jam. Jenazah pasien 02 berjam-jam belum dimakamkan. Tragis!
Pasien 02 yang juga warga Sukarame, Bandar Lampung itu, adalah makhluk ciptaan Tuhan. Dia juga punya hak untuk dimakamkan. Lagi pada ke mana mereka yang dikatakan pelindung rakyat–ketika rakyat ditimpa musibah, harus ditolong. Ternyata penegakan hukum dikalahkan penolakan warga. Yang ada takut. Bahkan ketakutan!
Akhirnya jenazah dimakamkan keesokan harinya, Selasa siang, di kawasan tanah milik Pemprov Lampung, di Kota Baru, Jatiagung, Lampung Selatan.
Ya Allah, segitu rendahnya iman manusia. Tidak ada sedikit rasa kasihan melihat jenazah terpapar berjam-jam. Jelas-jelas aturan agama dikalahkan nafsu manusia. Ingatlah, bumi dan langit milik Allah bukan milik manusia. Ini peringatan Allah: “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu. Dan kepadanya, Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya. Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.” (Q.S. Thaha: 55).
Wajar jika Tuhan menegur manusia. Dua jam setelah penolakan jenazah, kawasan Telukbetung dan sekitarnya diguyur hujan lebat. Air dicurahkan dari langit hanya tiga jam, kawasan itu disapu banjir bandang. Harta dan jiwa jadi taruhan. Ratusan rumah direndam air bahkan nyawa juga hilang.
Wabah ini adalah peringatan Allah. Bahkan, manusia diajarkan oleh virus bagaimana cara hidup bersih dan sehat, serta tidak sombong. Termasuk memberikan penghormatan kepada jenazah yang terpapar corona–sama dengan mayat umumnya. Bukan dia dihina. Orang yang meninggal dunia karena wabah penyakit dalam keadaan syahid. Subhanallah.
***
Awal virus Covid-19 ini mewabah, korban sudah berjatuhan. Untuk mengurus mayatnya, Kementerian Agama mengeluarkan surat edaran bagaimana merawat jenazah seorang muslim yang meninggal dunia akibat wabah corona. Ini juga menjadi perhatian warga agar mayat yang diurus itu tidak mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan.
Apa yang harus dilakukan? Pertama, pengurusan mayat pasien corona dilakukan petugas kesehatan pihak rumah sakit yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan berstandar WHO. Jenazah corona juga ditutup dengan kain kafan lalu dibungkus plastik – disiram disinfektan agar tidak tercemar. Petinya pun harus dilem agar tidak terbuka.
Jenazah disemayamkan tidak lebih dari empat jam. Usai salat jenazah yang dilakukan cukup satu orang di rumah sakit segera dikuburkan. Lokasi pemakaman harus berjarak. Setidaknya 50 meter dari sumber air tanah yang digunakan warga untuk minum.
Tidak itu saja, protokol kesehatan juga mengingatkan letak makam pasien berjarak 500 meter dari permukiman penduduk. Jenazah harus dikubur pada kedalaman 1,5 meter dengan ditutup tanah setinggi satu meter. Jika ini tidak tersosialisasi pasti warga menolaknya. Maka akan terjadilah krisis iman dan kegagapan di mana-mana ketika virus sudah memakan korban.
Virus corona pertama kali diidentifikasi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, sudah menyebar secara global. Setidaknya 900 ribu orang sudah terinfeksi, dan lebih dari 46 ribu orang meninggal dunia. Jumlah tewas di Italia, Spanyol, dan Amerika Serikat sangat tinggi. Angka kematiannya telah melampaui Tiongkok.
Pekan ini WHO menyatakan jumlah terinfeksi corona mencapai satu juta dalam beberapa hari ke depan. Dunia panik menghadapi makhluk ciptaan Tuhan ini. Presiden Amerika Donald Trumps kaget bahwa seluruh dunia menutup diri. Ini sangat menyedihkan, kata dia. Korban berjatuhan di Amerika selama 24 jam terakhir tercatat 884 orang.
Virus corona pertama kali diidentifikasi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, sudah menyebar secara global.
Kota New York yang padat penduduknya, kini jadi pusat wabah di Negeri Paman Sam. Ratusan truk pendingin jenazah parkir di luar rumah sakit untuk menangani lonjakan korban. New York mencekam! Semua taman bermain dan lapangan basket ditutup. Mereka tegas melakukan aturan jaga jarak sosial guna menghentikan penularan virus corona.
Indonesia tak kalah tegasnya. Tapi rakyat masih ngeyel. Makanya angka terinfeksi masih tinggi. Presiden Joko Widodo sendiri menerbitkan Paket Kebijakan Ekonomi untuk membantu kebutuhan hidup rakyat. Seperti dukungan logistik sembako, kebutuhan pokok, pembebasan biaya listrik, serta penundaan pembayaran pokok, dan bunga kredit usaha rakyat.
Negeri ini ingin selalu bersiap menghadapi peringatan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan WHO. Tiga lembaga dunia itu membuat pernyataan bersama, bahwa aksi panic buying sudah masif–terlihat di beberapa bagian dunia. Ini mengancam pasokan makanan. Jika tidak terkendali, akan terjadi krisis ekonomi. Pendemi corona ini juga memicu krisis keamanan. Waspada! ***