Destinasi

Bandung Mawardi Pemerhati Bahasa DESEMBER merupakan bulan yang mengandung makna liburan. Di ujung Desember, orang ingin menghasilkan “masa lalu” dan menginginkan ada “esok”. Keinginan itu “diresmikan” dengan pelesiran, pesta, renungan, atau tidur. Pemberian arti Desember dengan pariwisata itu rutin. Gairah orang-orang yang ingin berpiknik membuat Salahuddin Wahid, intelektual di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, terkena masalah. Salahuddin pun menulis surat pembaca di Kompas , 17 Desember 2019: “Dalam percakapan melalui sebuah grup Whatsapp (WA), seorang kawan mengusulkan supaya anggota grup pergi ke suatu destinasi wisata tertentu. Saya mengoreksi supaya menggunakan bahasa Indonesia, bukan destinasi wisata, melainkan tujuan wisata. Dia membalas dengan mengirim kutipan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa destinasi adalah kata Indonesia yang artinya adalah tujuan.” Kata itu memicu penulisan surat. Salahuddin Wahid mungkin belum membaca buku berjudul Pariwisata di Hindia Belanda (1891—1942) garapan Achmad Sunjayadi. Buku tersebut diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia, 2019. Sejarah pariwisata tersebut memuat masalah birokrasi, modal, iklan, makanan, kamera, buku, hotel, dan bahasa. Buku tersebut tak memiliki bab mengenai bahasa tapi pembaca mengerti ada sengketa bahasa dan pembuatan kata-kata yang perlahan diterima oleh orang-orang di tanah jajahan. Puluhan kata dari bahasa-bahasa di Eropa berdatangan untuk berjumpa atau “mengusir” kata-kata yang berasal dari Sanskerta dan Arab yang pernah digunakan penduduk di Hindia Belanda. Achmad dalam bukunya tak tergoda untuk rajin menulis destinasi wisata. Ia memilih menulis objek wisata. Pilihannya masih mengesankan ada pengaruh bahasa asing. Objek berasal dari bahasa Inggris. Kita mendapat tiga pilihan: destinasi wisata, tujuan wisata, dan objek wisata. Achmad menulis pengalamannya dalam menentukan penggarapan disertasi bertema pariwisata: “Pengalaman melihat dan mengenal Indonesia dari sisi lain menggugah kesadaran, betapa kaya negeri ini. Ketika berkesempatan mengunjungi berbagai objek wisata di sana (pantai dan pegunungan) yang ditempuh dalam waktu lebih dari tujuh jam dari pusat kota, terbayanglah kondisi pada masa lalu. Beragam pertanyaan muncul dalam benak saya, seperti bagaimana tempat-tempat itu mulai dikenal, kapan mulai dikunjungi, dan mengapa tempat-tempat itu yang dipilih”. Pada 1999—2003, Achmad mengajar di Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan. Pengalaman mengajar ditambahi dengan pergi ke sekian objek wisata untuk menguatkan penulisan disertasi bertema pariwisata. Ia menulis objek wisata. Kita baca Tesaurus Bahasa Indonesia (2006) susunan Eko Endarmoko. Kata tujuan memiliki pengertian sama dengan arah, haluan, jurusan, alamat, destinasi, objek, sasaran, dan target. Kita mulai berhak menentukan sikap untuk berpihak ke pemilih destinasi wisata, tujuan wisata, atau objek wisata. Salahuddin Wahid mengajak kita memihak ke tujuan wisata. Nasihat di alinea terakhir surat Salahuddin Wahid: “Pengindonesiaan kata bahasa asing tidak bisa kita tolak, tetapi kalau sudah ada kata asli bahasa Indonesia, sebaiknya kita gunakan yang asli.” Kita belum perlu tergoda memberi tanggapan untuk pencantuman asli dalam surat yang tak memihak destinasi . Kita ingin membuktikan destinasi resmi masuk dalam bahasa Indonesia. Kita mulai membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988). Di halaman 202, destinasi berarti ‘tempat tujuan’ dan ‘tempat tujuan pengiriman’. Dulu, orang-orang mungkin mengira destinasi itu masalah pengiriman barang, belum masuk ke lakon pariwisata. Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan 2018 tetap memuat arti yang sama. Kita tak menemukan contoh penggunaan kata destinasi dalam pariwisata. Kita mencoba memberi arti yang tak dijamin tepat. Destinasi wisata adalah tempat tujuan wisata atau tempat tujuan pengiriman wisata. Kita mulai bingung. Tempat tujuan pengiriman wisata atau wisatawan? Kita lanjutkan dengan membaca Kamus Istilah Pariwisata (2003) susunan tim di bawah naungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Di halaman 79, daerah tujuan wisata diartikan ‘daerah yang memiliki objek-objek wisata yang ditunjang oleh sarana lain, seperti prasarana pariwisata serta ditunjang juga oleh masyarakat’. Kamus itu tak memuat destinasi wisata . Di halaman 84—85, kita menemukan tiga istilah: destination activities , destination advertising , dan destination oriented . Pada abad XXI, destinasi mulai terpilih ketimbang “daerah tujuan wisata”. Istilah terbaru dan laris adalah destinasi wisata. Begitu.

Destinasi

Perang Besar Ancam Timur Tengah

Demi Masa

Chairil Anwar

Demi Masa

Sejumlah Pemda Putuskan Keluar dari Kepesertaan JKN-KIS

Nelayan Natuna Keberatan Kehadiran Nelayan Pantura

Penangkapan Wahyu Tidak Ganggu Proses Pilkada Serentak 2020

PSSI Minta Penjelasan FIFA soal Sanksi

BERITA TERBARU

TOP NEWS

Benang Merah Konflik Manusia dengan Satwa

23 Ribu Peserta Gagal Masuk SMA/SMK Negeri

Tembus Rp12,42 Miliar Ekonomi Syariah kian Kokoh

Jalur SPMB SMP Prioritaskan Jarak

Perencanaan Keuangan Kunci Kemapanan Finansial

Perkuat Akses Keuangan Inklusif

Kebingungan Peserta Warnai Hari Pertama SPMB

Buka Ekspor Sawit di Pasar Eropa

Perketat Pengawasan Truk ODOL

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

POPULAR POST

Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

BPK RI Periksa Keuangan Polres Lampung Timur

Koran Digital Lampung Post, Edisi Selasa, 09 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Rabu, 10 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Senin, 08 September 2025

Tentang Kami

Alamat Kami

Iklan & Sirkulasi