Dianjing-anjingkan

Nur Hadi * SEBUAH kanal berita daring pernah membuat judul berita “Sakit Hati ‘Dianjing-anjingkan’ Alasan Penembokan Akses Jalan Jebak Dua Keluarga”. Kata dianjing-anjingkan menarik untuk diperbincangkan. Secara morfologi kata dianjing-anjingkan memiliki kemiripan dengan kata dirumahkan . Kedua kata tersebut sama-sama memiliki prefiks di- dan sufiks -kan. Namun, makna yang ditimbulkan keduanya—meskipun sama-sama pasif—jauh berbeda. Kata dirumahkan merupakan kata kiasan yang bermakna ‘dicutikan dari pekerjaan’. Sementara kata dianjing-anjingkan , berdasarkan konteks kalimat di atas berarti ‘subjek sedang dikata-katai, disamakan/dianggap, seperti anjing. Kedua kata ini tidak akan bisa memiliki pola makna yang sama, meskipun salah satunya diubah menjadi dirumah-rumahkan . Pengulangan ini justru membuat kata tersebut keluar dari makna konteksnya. Perlakuan yang sama bisa diberikan pada kata dimanusiakan —yang bermakna ‘dianggap seperti manusia’. Namun, ketika kata itu diubah menjadi dimanusia-manusiakan , maknanya berubah, misalnya “Boneka Barbie itu dimanusia-manusiakan oleh anak-anakku”. Kata dianjing-anjingkan merupakan kata tidak baku. Kata tersebut akan hilang maknanya jika diubah menjadi dianjingkan . Kata ini merupakan onomatope—tiruan bunyi—dari orang yang memaki-maki. Bentuk pasifnya dianjing-anjingkan dan bentuk aktifnya menganjing-anjingkan . Kata ulang anjing-anjing sendiri sangat berbeda maknanya dengan kata bentukan dianjing-anjingkan. KBBI layak tak menerakan kata dianjing-anjingkan dalam deretan lemanya karena penyimpangan makna ini, meskipun beberapa onomatope sudah dimasukkan ke dalamnya. Kata dianjing-anjingkan ini bisa saja diganti dengan susunan kata yang lebih rapi, baku, dan mudah dicerna, misalnya dikatai seperti anjing atau diumpat dengan kata anjing. Akan tetapi, para pengguna bahasa akan cenderung menggunakan bahasa yang lebih lugas—terutama bagi kalangan awam—terutama dalam membuat judul berita. Lahir dari bahasa makian, kata dianjing-anjingkan sering digunakan untuk memaki dan/atau mengatai. Kata ini sejenis dengan dimonyet-monyetkan , dibabi-babikan , dibuaya-buayakan , dikadal-kadalkan , dikancil-kancilkan , dicebong-cebongkan , dikampret-kampretkan lantaran kata dasar dari kata-kata tersebut merupakan metafora yang mewakili makna tertentu. Kita tidak bisa membuat kata diikan-ikankan , dikupu-kupukan , disapi-sapikan lantaran kata dasarnya tak mengandung metafora tertentu. Kasus lain adalah kata dijago-jagokan . Kata tersebut tak lahir dari hasil makian, tetapi ada unsur penyamaan di sana. Kata tersebut merupakan analogi dari ayam jago yang sering menang dalam perkelahian. Konteks penyebab kelahiran kata ternyata bisa menjadi penentu utama pemaknaan. Karena itulah kadang ada beberapa kata yang hanya cocok digunakan dalam konteks tertentu saja. *Penulis lepas

E-Paper Lampung Post, Edisi Sabtu, 04 Maret 2023

Kekuatan Gempa di Lampung Kecil tapi Sering

Wandi Barboy

Kekuatan Gempa di Lampung Kecil tapi Sering

Walhi Ingatkan PT LDC Penuhi Dokumen Amdal

Berantas Pengedar Migor Ilegal

Gus Halim Ingatkan Perangkat Desa Tidak Ikut Ajang Politik Praktis

Buku Bacaan Tak Sesuai Minat Anak

BERITA TERBARU

TOP NEWS

Benang Merah Konflik Manusia dengan Satwa

23 Ribu Peserta Gagal Masuk SMA/SMK Negeri

Tembus Rp12,42 Miliar Ekonomi Syariah kian Kokoh

Jalur SPMB SMP Prioritaskan Jarak

Perencanaan Keuangan Kunci Kemapanan Finansial

Perkuat Akses Keuangan Inklusif

Kebingungan Peserta Warnai Hari Pertama SPMB

Buka Ekspor Sawit di Pasar Eropa

Perketat Pengawasan Truk ODOL

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

POPULAR POST

BPK RI Periksa Keuangan Polres Lampung Timur

Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

Koran Digital Lampung Post, Edisi Selasa, 09 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Senin, 08 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Kamis, 04 September 2025

Tentang Kami

Alamat Kami

Iklan & Sirkulasi