Penggunaan Kata Mengisi Sering Mengalami Kekeliruan

Kiki Zakiah Nur* * Pegawai Kantor Bahasa Lampung SETIAP manusia yang hidup mempunyai logika atau nalar, yakni 1) pengetahuan tentang kaidah berpikir; 2) jalan pikiran yang masuk akal’. Manusia menggunakan logikanya untuk berpikir. Dengan berpikir, manusia mengetahui banyak hal. Logika dalam merealisasikan pikiran atau penalaran dilakukan dengan media bahasa. Dalam kaitannya dengan bahasa, logika atau nalar berhubungan dengan pelogikaan atau penalaran seseorang terhadap bahasa yang diungkapkannya. Selain itu, berhubungan pula dengan pemahaman terhadap bahasa itu sendiri yang diterima dari orang lain sebagai hasil dari proses berpikir atau berlogika. Salah nalar atau logika dalam berbahasa sering terjadi. Salah nalar merupakan gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat. Dalam proses berpikir, kita sering keliru dalam menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan, atau ketidaktahuan. Contoh salah nalar ini ditemukan dalam komunikasi sehari-hari. Kita sering mendengar orang mengatakan, “Bensin habis. Saya mau ngisi bensin dulu.” Dalam kalimat “Bensin habis. Saya mau ngisi bensin dulu.” terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam logika berbahasa. Di manakah letak kesalahan atau kekeliruannya? Jika kita telaah, dalam kalimat tersebut terdapat kata ngisi. Kata itu merupakan bentuk tidak baku dari kata mengisi . Kata ngisi biasa kita gunakan di dalam ragam atau situasi nonformal atau dalam percakapan sehari-hari. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa kata mengisi bermakna ‘memberi isi; memasukkan sesuatu ke dalam’. Berdasarkan penjelasan KBBI tersebut, logika atau nalar dalam kalimat “ Bensin habis. Saya mau ngisi bensin dulu .” menjadi aneh. Di manakah letak keanehannya? Kata mengisi diikuti oleh kata bensin . Bensin , menurut KBBI , merupakan nomina atau kata benda yang bermakna ‘minyak bumi yang mudah menguap dan mudah terbakar (dipakai sebagai bahan bakar mobil dan sebagainya)’. Bensin bukan merupakan sebuah wadah atau tempat yang dapat diisi dengan suatu benda. Sebaliknya, bensin merupakan benda yang dapat mengisi suatu wadah atau tempat. Jadi, berdasarkan penjelasan tersebut, bensin dibeli, bukan diisi. Sementara, kata mengisi akan cocok bila disandingkan atau diikuti dengan kata, misalnya, botol . Agar logika berbahasa pada kalimat tersebut menjadi berterima, kelompok kata mengisi bensin seharusnya diganti dengan membeli bensin . Jadi, bunyi kalimatnya seharusnya “ Bensin habis. Saya mau membeli bensin dulu .” Dalam KBBI dijelaskan kata membeli bermakna ‘memperoleh sesuatu melalui penukaran (pembayaran) dengan uang’. Jadi, berdasarkan penjelasan tersebut, bensin dibeli, bukan diisi. Sementara, kata mengisi akan cocok bila disandingkan atau diikuti dengan kata, misalnya, botol . Contohnya dapat kita lihat pada kalimat “ K akak mengisi botol dengan air .” Kata botol pada kalimat tersebut bermakna ‘wadah untuk benda cair, yang berleher sempit dan biasanya dibuat dari kaca atau plastik’. Jadi, botol merupakan sebuah wadah atau tempat yang dapat diisi (dengan air, minyak, susu, dsb.) Kesalahan atau kekeliruan logika berbahasa pada kata ( me-) ngisi juga ditemukan pada contoh lainnya. Kita akan menelepon seseorang dengan menggunakan telepon seluler, tetapi kita kehabisan pulsa. Kita kemudian berencana mengisi pulsa agar telepon seluler itu dapat kita gunakan. Bagaimana dengan kelompok kata mengisi pulsa ? Apakah penggabungan kedua kata tersebut juga memunculkan kesalahan nalar atau logika? Dapatkah kata mengisi disandingkan atau diikuti dengan kata pulsa ? Kata pulsa , dalam KBBI , memiliki makna ‘satuan dalam perhitungan biaya telepon’. Berdasarkan penjelasan tersebut, kata pulsa tidak mengandung makna tempat atau wadah, tetapi suatu benda yang dapat mengisi wadah atau tempat. Dengan demikian, kelompok kata mengisi pulsa mengandung kekeliruan atau kesalahan logika berbahasa. Agar logikanya menjadi tepat, kita menggantinya dengan kelompok kata membeli pulsa . Bagaimanakah kelompok kata mengisi soal ? Dalam ujian di sekolah para siswa sering mengatakan bahwa mereka kesulitan dalam mengisi soal. Benarkah soal dapat diisi? Di KBBI dijelaskan bahwa kata soal memiliki makna ‘apa yang menuntut jawaban dan sebagainya (pertanyaan dalam hitungan dsb.)’. Jadi, soal dijawab, bukan diisi. Berdasarkan penjelasan tersebut, tampaknya kelompok kata mengisi soal juga mengandung salah nalar atau logika. Oleh karena itu, agar logikanya tepat, kelompok kata mengisi soal seharusnya menjadi menjawab soal. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang tepat pada sasarannya. Oleh karena itu, dalam berkomunikasi perlu kita perhatikan kalimat dalam berbahasa Indonesia secara cermat sehingga salah nalar atau logika dapat dihindari.

Karut-marut Kata (Me-) Ngisi

Sehat dengan Puasa

Rabbiot Tinggalkan Kamp Latihan Timnas Prancis

Chairil Anwar

Rabbiot Tinggalkan Kamp Latihan Timnas Prancis

Masyarakat Pesisir Barat Sepakat Tolak Hoaks

Putra Lampung Jadi Manajer Timnas U-19

Loew Yakin Neuer Tampil di Piala Dunia

Harapan Napoli di Tangan Ancelotti

BERITA TERBARU

TOP NEWS

Benang Merah Konflik Manusia dengan Satwa

23 Ribu Peserta Gagal Masuk SMA/SMK Negeri

Tembus Rp12,42 Miliar Ekonomi Syariah kian Kokoh

Jalur SPMB SMP Prioritaskan Jarak

Perencanaan Keuangan Kunci Kemapanan Finansial

Perkuat Akses Keuangan Inklusif

Kebingungan Peserta Warnai Hari Pertama SPMB

Buka Ekspor Sawit di Pasar Eropa

Perketat Pengawasan Truk ODOL

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

POPULAR POST

Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

BPK RI Periksa Keuangan Polres Lampung Timur

Guru PJOK Punya Peran untuk Membantu Pencegahan Penyakit

Koran Digital Lampung Post, Edisi Sabtu, 19 Juli 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Senin, 21 Juli 2025

Tentang Kami

Alamat Kami

Iklan & Sirkulasi

Selamat Datang kembali!

Ambil kata sandi Anda