PROGRAM Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan salah satu inovasi pendidikan terkemuka di perguruan tinggi Indonesia. Program yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ini diciptakan dengan tujuan utama memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada mahasiswa untuk membentuk kurikulum pendidikannya dan meningkatkan kualitas lulusan yang siap memasuki dunia kerja.
Kebijakan MBKM ini sesuai dengan Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 3 Tahun 2020 yang memberikan hak kepada mahasiswa untuk belajar nonakademik selama satu semester dan mengikuti kegiatan di luar universitas pada semester kedua. Namun, seiring dengan implementasinya, banyak juga perdebatan kontroversial mengenai bagaimana program ini akan berdampak pada peran tradisional organisasi kemahasiswaan (ormawa) di pendidikan tinggi.
Organisasi kemahasiswaan telah lama dikenal sebagai tulang punggung mahasiswa untuk mengembangkan soft skill mahasiswa, yakni keterampilan berorganisasi, kepemimpinan, dan interpersonal. Ormawa merupakan wadah mahasiswa untuk dapat berkolaborasi, mengelola kegiatan-kegiatan penting, dan berperan aktif dalam mengatasi permasalahan sosial atau akademik di lingkungan kampus.
Ormawa juga menjadi tempat bagi mahasiswa untuk berjejaring, mengeksplorasi minat pribadi, dan mendapatkan pengalaman berharga di luar kurikulum akademik melalui keanggotaan.
Keberadaan program MBKM dianggap berpotensi mengubah peran tradisional ormawa. MBKM menawarkan pilihan mata kuliah yang fleksibel, termasuk mata kuliah interdisipliner dan mata kuliah yang mendukung pengembangan keterampilan nonakademik, seperti kewirausahaan, kepemimpinan, dan komunikasi. Selain itu, hibah dana, sertifikat, dan konversi kredit semester (SKS) untuk mata kuliah satu semester menjadi iming-iming yang menarik.
Oleh karena itu, sebagian mahasiswa memilih meluangkan waktunya untuk mengikuti mata kuliah tambahan tersebut atau mengikuti program-program yang ditawarkan MBKM daripada mengikuti organisasi kemahasiswaan yang sudah dianggap ketinggalan zaman.
Namun, perlu diingat bahwa MBKM tidak dapat menggeser peran organisasi kemahasiswaan, tetapi sebagai pelengkap yang memperluas pilihan mahasiswa dalam pengembangan pribadinya. Ormawa tetap menjadi wadah yang tepat untuk mengembangkan keterampilan antarpribadi, kepemimpinan, dan pemecahan masalah yang tidak dapat diajarkan secara memadai di kursus formal. Manfaat ormawa juga signifikan dalam jangka panjang. Mahasiswa anggota ormawa lebih dibekali ketahanan. Sebab, proses pelaksanaannya memakan waktu lebih lama, yaitu rentang waktu dua hingga tiga tahun dibandingkan program MBKM yang hanya berlangsung enam bulan. Ketika lulusan ormawa memasuki dunia kerja, mereka sering berada dalam posisi yang lebih memahami tantangan di lapangan.
Dalam konteks perkembangan pendidikan tinggi di Indonesia, penting untuk mengakui nilai tambah yang signifikan yang diberikan oleh organisasi mahasiswa dalam pengembangan holistik mahasiswa. Meskipun MBKM memberikan fleksibilitas yang berharga dalam merancang pengalaman belajar yang sesuai dengan minat dan tujuan individu, perlu dilakukan keseimbangan yang tepat untuk memastikan bahwa peran tradisional ormawa tetap relevan dan kuat.
Hal ini tidak hanya mengamankan pengembangan keterampilan praktis dan kepemimpinan, tetapi juga mempertahankan identitas dan kehidupan sosial kampus yang dinamis, serta meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam proses pengambilan keputusan yang demokratis di perguruan tinggi.
Idealnya, keduanya harus bekerja secara sinergis. MBKM memberikan landasan akademik yang kuat dan dapat memberikan wadah bagi organisasi kemahasiswaan untuk menerapkan dan meningkatkan keterampilannya dalam situasi dunia nyata. Selain itu, untuk melaksanakan MBKM secara efektif, perlu juga dipertimbangkan bagaimana program tersebut dapat memperkuat dan mendukung peran mahasiswa. Misalnya, program MBKM dapat bermitra dengan organisasi kemahasiswaan untuk menawarkan proyek dan acara yang berkaitan dengan penekanan MBKM pada pembelajaran lintas kurikuler.
Oleh karena itu, meskipun mengakui manfaat dan potensi MBKM dalam memperkenalkan pendekatan baru pada pendidikan tinggi, penting untuk mempertahankan peran berharga organisasi kemahasiswaan sebagai bagian integral dari pengalaman belajar mahasiswa. Institusi pendidikan tinggi perlu memastikan bahwa kedua aspek tersebut dikembangkan secara seimbang guna memberikan mahasiswa pengalaman pendidikan yang holistik dan kompetitif di dunia yang terus berubah ini.
Solusi yang paling baik adalah membangun sinergi antara MBKM dan peran organisasi mahasiswa. Perguruan tinggi perlu menciptakan lingkungan tempat mahasiswa dapat memanfaatkan keuntungan dari kedua sumber daya ini untuk mencapai pengembangan pribadi yang holistik. Ini dapat dilakukan melalui kolaborasi antara MBKM dan organisasi mahasiswa dalam merancang program-program yang saling melengkapi, serta memastikan bahwa mahasiswa memiliki akses dan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan akademis dan nonakademis mereka secara seimbang.
Dengan demikian, masa depan pendidikan tinggi di Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana perguruan tinggi dan mahasiswa merespons tantangan dan peluang yang dibawa oleh MBKM. Integrasi yang baik antara MBKM dan organisasi mahasiswa dapat menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan berdaya saing tinggi, yang tidak hanya menghasilkan lulusan berkualitas, tetapi juga pemimpin masa depan yang siap menghadapi tantangan global. *