UNIVERSITAS Lampung (Unila) memiliki slogan Be Strong! Boleh jadi di benak masyarakat muncul banyak pertanyaan. Bagaimana asal usul slogan tersebut? Apa makna Be Strong sesungguhnya? Bagaimana praktik Be Strong itu? Bagaimana Be Strong ke depan?
Bersumber anggaran DIPA FISIP, telah dilakukan penelitian berjudul Pola Komunikasi Pemimpin dalam Merawat Budaya Akademik: Studi Simbol dan Ritual di Universitas Lampung Tahun 2023-2024. Studi dilakukan oleh tim peneliti dosen Homebase Mikom (Magister Ilmu Komunikasi), yaitu Nanang Trenggono, Andy Corry Wardhani, Abdul Firman Ashaf, dan Nina Yudha Aryanti. Studi ini meneliti Be Strong bukan pada dimensi kognisi, tapi kajian verstehen (Weber), memahami pengalaman, menangkap innerleben, batiniah (Dilthey), menyelami dunia mental, dan menempatkan diri pada posisi subjek-subjek yang diteliti.
Kegiatan riset dibantu oleh delapan mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi yang menyandang nilai A mata kuliah Metode Penelitian Komunikasi. Mereka bertugas melakukan in-depht interviewing kepada 16 informan kunci (key informants) pada jajaran pimpinan, dekan-dekan, ketua dan kepala lembaga, serta kepala unit pelaksana teknis. Ada dua tahap wawancara mengingat kepadatan agenda, kesibukan, dan luang waktu para infoman kunci. Tahap pertama dilakukan tanggal 15—30 Agustus 2024 dan tahap kedua dijalankan pada 1—15 September 2024.
Diskusi
Pemerintah Federal Rusia memberikan bantuan pada program yang disebut “5-100” project, dilaksanakan pada 2013—2020. Proyek ambisius ini bertujuan memasukkan lima universitas dalam 100 universitas terbaik peringkat dunia. Dari 21 perguruan tinggi yang mengikuti proyek, dipilih dua universitas di Kota Tomsk, yaitu Tomsk State University (TSU) dan Tomsk Polytechnic University (TPU) untuk riset dampak kultur universitas.
Hasil studi menyimpulkan bahwa TSU memiliki kultur lebih kompetitif dibandingkan TPU berdasarkan ukuran universitas dunia (Pushnykh, Victor A., Gulius, Natalia S., & Yatkina, Elena Yu, 2021). Program pembangunan universitas di Rusia ini cakrawala bahwa negara memberi perhatian pada pengembangan universitas untuk mencapai kelas dunia.
Kembali pada penelitian, dari berlembar-lembar transkrip hasil wawancara dapat dipaparkan empat tema, yakni pemanfaatan waktu; komunikasi pemimpin dalam simbol; komunikasi pemimpin dalam ritual organisasi; dan komunikasi pemimpin mewujudkan visi universitas.
Pertama, pemanfaatan waktu. Semua informan menyampaikan pandangan yang menyiratkan kerendahan hati, bahwa status dan makna pimpinan atau pejabat dalam struktur institusi perguruan tinggi sebagai tugas tambahan. Pada hakikatnya seorang pejabat di kampus tetap seorang dosen yang memiliki kewajiban Tridarma, yakni pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Hal ini selalu didengungkan rektor dalam berbagai pertemuan. Oleh karena itu, tetap memenuhi jadwal mengajar, melakukan penelitian, dan berpartisipasi dalam kegiatan pengabdian. Mereka tetap disebut peneliti dan pengabdi.
Kelembagaan universitas dikelompokkan dalam tiga klaster, yakni satuan kerja (satker) belum mandiri; Badan Layanan Umum (BLU) setengah mandiri; dan Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) mandiri penuh. Status Unila adalah BLU, tapi sejak 2022 telah menimbang naik tingkat terakhir. Kini, aktivitas menuju PTNBH dilakukan dengan amat intensif.
Sekarang ini kampus wajib berpikir global untuk mendapat rekognisi sebagai sumber ilmu. Program akreditasi internasional, student mobility, international competition, atau index maturity universitas merupakan tema-tema yang memadati pikiran. Belum lagi kemajuan TIK mendorong kebutuhan diciptakan sistem yang menyatukan semua sistem yang masih terpisah. Setiap dosen memiliki belasan catatan berisi login dan password. Oleh karena itu, dibangun sistem yang mengintegrasikan semua form aplikasi yang terpisah. Jadi, semua faktor telah memaksa pejabat bekerja keras dan menambah waktu kerja. Rata-rata kelebihan waktu pada semua tingkatan melebihi waktu magrib. Boleh jadi, perlu redefinisi mengenai pengertian pejabat di perguruan tinggi.
Kedua, komunikasi dalam simbol. Be Strong pertama kali diungkapkan oleh Lusmeilia Afriani sebagai janji ketika mencalonkan diri menjadi rektor pada akhir tahun 2022. Setelah menjadi rektor, simbol Be Strong menjadi program kerja. Kisah Be Strong terilhami oleh dua turbulensi. Pertama, penyebaran virus Covid-19. Kedua, peristiwa penangkapan pimpinan Unila oleh KPK pada Agustus 2022 karena indikasi korupsi dalam seleksi penerimaan mahasiswa kedokteran jalur mandiri.
Bencana Covid-19 telah melahirkan teks “pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat.” Mirip seruan Eureka! Muncul inspirasi Unila harus kuat, lebih kuat, tidak kalah, tidak lemah, dan bangkit cepat. Lalu, mencuat ide strong, menjadi diksi yang kuat dan bulat, Be Strong. Diskusi tidak berakhir di tagline, inspirasi terus-menerus bermunculan, Be Strong menjadi visi, misi, template mengikat, dan program kerja berisi nilai-nilai (core values) yang harus dilaksanakan.
Telah disepakati Be Strong bukan sekadar jargon. B (business, finance, investment, asset). Sejak 2022 Unila sudah siap berubah menjadi PTNBH, mandiri dan otonom. Unila memiliki kekuatan pendanaan, tidak hanya UKT. Tapi, bisnis, investasi, pemanfaatan aset, dan tata kelola keuangan yang benar. E (empowerment of human resources). Unila memiliki sumber daya manusia yang kuat dan terus meningkat kualitasnya. S (services for community), komitmen pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat. T (teaching), pengajaran. R (research), penelitian. O (organizational partnership), membangun jaringan mitra, kemitraan pentahelix. N (network infrastructure), pengembangan infrastruktur jaringan di Unila. G (governance, risk management and compliance). Pada hakikatnya, kandungan nilai-nilai ini sudah dilaksanakan sebelumnya, tetapi kini dipadatkan dalam simbol Be Strong.
Ketiga, komunikasi dalam ritual. Usai pelantikan, kegiatan perdana rektor mengadakan pertemuan dan perjamuan para pensiunan yang pernah mengabdi di Unila. Pola silaturahmi ini berlanjut dan berkembang menjadi ritual kekeluargaan (family gathering) yang penuh makna, kebersamaan (mutual), dan mempertebal kesadaran sebagai warga Unila. Pertemuan dilakukan dalam berbagai cara, seperti kunjungan fakultas, di sekolah milik Unila dan kampus Unila di luar kota, juga buka bersama, halalbihalal, upacara berbaju adat, pertemuan para alumni dan mahasiswa, dan berbagai forum silaturahmi lainnya.
Mengubah wajah kampus, terutama di ruang perkantoran, bangunan rektorat, gedung-gedung fakultas, dan lingkungan kampus. Kampus bersolek dengan sentuhan keindahan dan menciptakan suasana nyaman untuk bekerja. Lay out di setiap ruang disematkan slogan Be Strong. Sedang dirancang pembangunan gedung Tridarma, yaitu gedung integrated service center. Taman-taman dipugar agar tercipta keindahan dan kesejukan. Ruang aula Gedung Serbaguna diperbaiki dengan alas lantai bertuliskan Be Strong. Sebagian besar area dan semua sudut kampus mendapat perhatian dan sentuhan perubahan, tampil beda.
Satu ritual konstruktif adalah rapat pimpinan, yang berkembang menjadi pusat arus pesan, komunikasi spontan terbuka, penyebaran informasi baru, pengungkapan persoalan, mengancah tema dan forum curah pendapat. Rapat pimpinan menjadi forum menyampaikan pesan komunikasi, agar tidak terjadi salah paham terutama merespons persoalan yang harus diselesaikan. Dinamikanya tidak selalu sempurna, tetapi terus dalam proses perbaikan.
Rapat pimpinan dilakukan dalam dua pola, yaitu terbatas dan diperluas. Dalam praktek lebih sering diperluas, bersama-sama dengan para dekan, biro, lembaga, atau unit-unit teknis. Disimpulkan, bahwa proses komunikasi ritual, baik informal maupun formal, berkelindan berkecenderungan membentuk kolegialitas, kebersamaan (mutual), dan sinergi.
Penutup
Suatu hal yang perlu dipertimbangkan adalah kandungan nilai-nilai di dalam Be Strong perlu dibahas bersama secara rutin dalam suasana yang dapat mendorong gairah untuk membangun institusi selanjutnya. Meskipun persepsi mengenai Be Strong sudah menunjukkan gejala kesamaan dan kebersamaan (mutualitas), kadar kedalaman, pengalaman, dan perbedaan lapangan keilmuan yang berbeda-beda memerlukan ajang untuk berdiksusi dan berbagi.
Jadi, forum curah pikir yang memiliki ruang cukup luas untuk menampung sebanyak-banyaknya pandangan dan pikiran yang beragam dapat menuntun pada pola yang sama dalam membumikan nilai-nilai Be Strong, tentu berdasarkan pesan kunci rektor, yaitu tren kinerja terus membaik. *