Menstruasi dan Putus Sekolah

Ida Lestari Komunitas Youth with Sanitation Concern (YSC) Lampung IRMA (11), siswa salah satu SD di Bandar Lampung, berlari pulang sembari menangis sesenggukan. Seragam putihnya tampak berubah warna. Terlihat bercak merah hampir memenuhi bagian belakang rok pendeknya. Ketika sang ibu bertanya apa yang terjadi, Irma merasa malu karena anak laki-laki satu kelas mengolok-olok Irma. Setelah hari itu, Irma enggan ke sekolah. Hingga satu minggu berlalu, orang tua Irma memutuskan berbicara dengan pihak sekolah terkait kondisi sang anak. Setelah diberi pengertian oleh para guru, akhirnya anak laki-laki di kelas meminta maaf. Irma pun akhirnya mau kembali ke sekolah walau masih harus dengan ditemani kakaknya. Pengalaman Irma menambah daftar panjang perilaku tidak menyenangkan yang diterima anak-anak perempuan saat mengalami menstruasi. Hal ini dikarenakan menstruasi masih dianggap tabu untuk dibicarakan di masyarakat, baik itu oleh orang tua, guru, ataupun sesama teman. Kondisi ini membuat informasi menstruasi minim, bahkan membuat lingkungan tidak mendukung kondisi anak saat menstruasi, sehingga menyebabkan anak perempuan tidak bisa menghadapi periode menstruasinya dengan baik. Ditambah, kurangnya empati dari anak laki-laki terhadap perempuan yang mengalami menstruasi. Kondisi ini dapat memengaruhi tingkat kehadiran siswa perempuan di sekolah. Riset yang dilakukan UNICEF di Indonesia pada 2015 menyebutkan bahwa 1 dari 6 anak perempuan absen masuk sekolah selama satu hari atau lebih saat mengalami menstruasi. Di negara lain, seperti India, menurut survei yang dilakukan AC Nielsen pada 2011, sebesar 20% perempuan di India terpaksa keluar dari sekolah ketika mencapai masa pubertas. Keputusan anak perempuan untuk tidak masuk sekolah saat mengalami menstruasi membuat mereka ketinggalan pelajaran. Hal tersebut tentunya dapat memengaruhi prestasi anak ke depannya, apalagi jika mereka memutuskan untuk ke luar sekolah. Faktor Pemicu Absennya siswa perempuan saat periode menstruasi disebabkan beberapa faktor, di antaranya pengetahuan siswa dalam menghadapi periode menstruasinya, perlakuan siswa laki-laki yang mengejek, dan kondisi fasilitas sanitasi di sekolah. Pengetahuan siswa untuk menghadapi periode menstruasi berhubungan dengan cara siswa agar nyaman selama masa menstruasi, seperti bagaimana memakai pembalut yang benar, berapa lama pembalut harus diganti, bagaimana mengatasi nyeri haid, dan apa yang aman dikonsumsi dan tidak. Pengetahuan seperti ini jarang diberikan baik orang tua ataupun sekolah. Siswa dibiarkan mencari informasi sendiri bahkan kadang terjebak dengan mitos-mitos yang berkembang. Banyak di antara mereka akhirnya memilih berbaring di rumah ketika menstruasi tiba untuk mengurangi nyeri haid atau mengonsumsi obat-obat tertentu. Namun, kebiasaan tersebut jika dilakukan dalam jangka panjang, akan menimbulkan masalah lain mengingat obat adalah racun. Mereka pun kadang memercayai mitos-mitos seputar menstruasi yang sebenarnya merugikan, contohnya seperti meminum minuman bersoda untuk mempercepat menstruasi. Faktanya, belum terdapat penelitian yang menyetujui hal tersebut, malah meminum soda selama menstruasi dapat menyebabkan perut kembung dan tidak dianjurkan karena dalam jangka panjang dapat mempengaruhi keseimbangan nutrisi dalam tubuh. Absennya siswa perempuan saat periode menstruasi disebabkan karena pengetahuan siswa dalam menghadapi menstruasinya, ejekan dari siswa laki-laki, dan fasilitas sanitasi di sekolah. Perundungan dari teman laki-laki di sekolah turut berkontribusi terhadap rendahnya absensi siswa perempuan di sekolah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Plan International Indonesia tahun 2018, diketahui bahwa terdapat 39% siswa perempuan yang memutuskan untuk absen dari sekolah karena diejek teman saat menstruasi. Menurut data dari UNICEF tahun 2017, terdapat setidaknya 17% siswa perempuan yang mengaku pernah diejek saat menstruasi, terutama oleh teman laki-lakinya di sekolah. Kondisi-kondisi itu dapat terjadi karena kurangnya pemahaman siswa laki-laki terhadap kondisi perempuan yang sedang menstruasi sehingga bukan empati yang muncul tetapi perundungan terhadap siswa perempuan. Fasilitas sanitasi sekolah yang kurang memadai turut mendukung siswa perempuan absen selama menstruasi. Berdasarkan Data Pokok Pendidikan tahun 2017, hanya 34% sekolah di Indonesia yang memiliki jamban layak dan terpisah untuk siswa laki-laki dan perempuan, serta 30% sekolah dasar tidak memiliki akses air bersih untuk kebutuhan sanitasi sekolah. Fakta tersebut membuat mayoritas siswa perempuan merasa tidak aman dan nyaman menggunakan toilet sekolah untuk mengganti pembalut atau membersihkan noda darah. Banyak dari mereka yang memilih tinggal di rumah saat menstruasi atau menahan dan mengganti pembalut setelah tiba di rumah. Kebiasaan tersebut tentunya dapat memicu gangguan kesehatan, terutama pada organ reproduksi anak jika dilakukan dalam jangka panjang. Nyaman Saat Menstruasi Nyaman dan aman saat menstruasi. Inilah kebutuhan siswa perempuan agar dia dapat belajar dengan tenang di sekolah selama periode menstruasi. Untuk mendukung kondisi ini, lingkungan rumah dan sekolah pun harus mendukung. Ada tiga hal yang ditekankan untuk mencapai kondisi ini. Pertama, edukasi pramenstruasi. Dengan melakukan edukasi, anak perempuan akan lebih siap menghadapi menstruasi dan efek sampingnya. Peran orang tua dan guru penting dalam fase ini, karena lebih dari 90% anak perempuan percaya terhadap guru dan orang tuanya sebagai sumber informasi. Karena itu, penting bagi guru dan orang tua memahami informasi seputar menstruasi dan dapat menyampaikan informasi tersebut kepada anak anaknya. Guru dan orang tua harus bisa mendobrak stigma tabu yang melekat pada kata menstruasi dan menjelaskan kepada anak bahwa menstruasi adalah hal yang wajar terjadi pada perempuan. Kedekatan orang tua dan anak juga sangat penting. Kedekatan ini akan membangun komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, sehingga anak bisa berbicara apa saja, termasuk halnya menstruasi. Dengan begitu, stigma tabu yang melekat pada menstruasi sedikit demi sedikit akan hilang. Kedua, edukasi mengenai menstruasi juga penting. Tidak hanya untuk siswa perempuan, namun juga untuk siswa laki-laki. Edukasi terhadap siswa laki-laki dilakukan untuk memberikan pemahaman bahwa menstruasi adalah hal yang wajar dan dialami hampir semua perempuan, termasuk ibu mereka, sehingga mereka dapat lebih toleransi terhadap teman perempuannya. Melalui edukasi menstruasi, anak laki-laki juga diharapkan dapat bersikap sopan, tidak mengejek, dan dapat menawarkan bantuan kepada teman perempuannya. Ketiga, fasilitas sanitasi sekolah harus dapat menunjang pelaksanaan manajemen kebersihan menstruasi yang baik di sekolah di antaranya toilet yang bersih dan terawat, pintu toilet dapat dikunci, tersedianya air bersih, sabun untuk cuci tangan, tong sampah dan cermin, serta ada pemisahan toilet antara siswa laki-laki dan perempuan. Selain itu, ketersediaan pembalut cadangan di sekolah dan obat pereda nyeri saat haid akan membantu siswa perempuan ketika menstruasi datang saat masih berada di lingkungan sekolah. Hal-hal tersebut dapat membantu mengurangi kecemasan anak perempuan dan menyiapkan mereka menghadapi menstruasi dengan lebih baik. Dengan begitu, anak perempuan akan merasa nyaman dan aman untuk datang ke sekolah.

Menstruasi dan Putus Sekolah

REPCIL – Yuk Salurkan Zakat Melalui BAZNAS

Membaca Kepribadian Seseorang dari Cara Ber-WhatsApp

Chairil Anwar

Membaca Kepribadian Seseorang dari Cara Ber-WhatsApp

Mikom Unila Berbagi Sukses Digelar

Tim GLD Diminta Terus Tingkatkan Program

CSR BRI Bantu Bangun Tempat Wudu Masjid Polres Way Kanan

DPRD Gelar Paripurna Raperda LPj APBD

BERITA TERBARU

TOP NEWS

Benang Merah Konflik Manusia dengan Satwa

23 Ribu Peserta Gagal Masuk SMA/SMK Negeri

Tembus Rp12,42 Miliar Ekonomi Syariah kian Kokoh

Jalur SPMB SMP Prioritaskan Jarak

Perencanaan Keuangan Kunci Kemapanan Finansial

Perkuat Akses Keuangan Inklusif

Kebingungan Peserta Warnai Hari Pertama SPMB

Buka Ekspor Sawit di Pasar Eropa

Perketat Pengawasan Truk ODOL

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

POPULAR POST

Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

BPK RI Periksa Keuangan Polres Lampung Timur

Koran Digital Lampung Post, Edisi Selasa, 16 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Rabu, 17 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Senin, 15 September 2025

Tentang Kami

Alamat Kami

Iklan & Sirkulasi