Migrasi yang Aman

Dian Wahyu Kusuma Wartawan Lampung Post SEBUT saja yang saya temui itu adalah Wati. Umurnya masih belia, punya anak satu. Wati dan suaminya ingin sekali migrasi ke luar negeri. Iming-iming gaji Rp6 juta per bulan di kawasan Timur Tengah sebagai pekerja formal, ia dan suaminya sudah membayangkan yang enak-enak, Rp12 juta per bulan. Kalau dikalikan dua tahun atau 24 bulan, total penghasilan mencapai Rp288 juta. Katakanlah potong jasa penerbangan, perusahaan penyalur, dan biaya lainnya mencapai Rp80 juta, masih ada sisa dana Rp200 jutaan. Pikiran logis Wati itu yang ada dipikiran kebanyakan warga kampung yang belum tersentuh informasi. Padahal, ada keluh kesah atau masalah selama menjadi pekerja migran yang bisa saja menantinya. Belum tentu majikan atau perusahaan tempatnya bekerja bisa ramah atau malah sebaliknya, adanya pelecehan seksual, hingga tak mendapatkan gaji. Seperti yang dialami Wati, ia merasa tertipu saat berada di Timur Tengah, gaji yang tak sesuai, atau banyak potongan dari gaji yang ia dapatkan. Belum lagi risiko kecelakaan kerja, human trafficking, kerja yang tak ada waktu libur, sampai ditipu oleh oknum yang memanfaatkan situasi. Diketahui, Lampung menyumbang urutan empat nasional pekerja migran. Dari data Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia atau BP2MI pada September 2021, pekerja migran asal Lampung mencapai 386 orang (urutan 4), menyusul Jawa Barat 1.123 orang, Jawa Tengah 1.573 orang, dan urutan teratas yakni Jawa Timur mencapai 2.413 orang. Warga yang ingin berangkat ke luar negeri umumnya melihat tetangganya yang sukses di negeri orang, sampai kebutuhan ekonomi yang mendesak. Ditambah lagi Indonesia masih berada di situasi pandemi, banyak perusahaan terdampak Covid-19, pilihan menjadi pekerja migran menjadi pilihan. Menjadi pekerja migran memang hak setiap orang. Pekerja migran juga mesti cakap menyusun keuangan. Namun, alangkah baiknya sebelum menjadi pekerja migran, warga bisa memahami hak dan kewajiban, memahami bahasa negara tujuan, punya keterampilan, dan yang penting adalah kuat mental. Jika ada masalah hingga nyawa yang hilang saat menjadi pekerja migran, serikat pekerja migran umumnya yang turun tangan. Bersama pemerintah, serikat pekerja membantu memperjuangkan hak pekerja migran. Jangan sampai angan-angan saat di kampung pupus saat berada di negara tujuan. Ayo bermigrasi yang aman. (*)

Wati dan suaminya ingin sekali migrasi ke luar negeri.

Agama Bersanad

Perlindungan Data Pelapor Tipikor Jadi Prioritas

ricky marly

Perlindungan Data Pelapor Tipikor Jadi Prioritas

Tidur dan Cara Berjalan

Wali Kota Soroti Kinerja Pejabat Plt

Waspada Curah Hujan Tinggi

Rifki Ahmad Raih Emas dan Cetak Rekor Atletik Peparnas

BERITA TERBARU

TOP NEWS

Benang Merah Konflik Manusia dengan Satwa

23 Ribu Peserta Gagal Masuk SMA/SMK Negeri

Tembus Rp12,42 Miliar Ekonomi Syariah kian Kokoh

Jalur SPMB SMP Prioritaskan Jarak

Perencanaan Keuangan Kunci Kemapanan Finansial

Perkuat Akses Keuangan Inklusif

Kebingungan Peserta Warnai Hari Pertama SPMB

Buka Ekspor Sawit di Pasar Eropa

Perketat Pengawasan Truk ODOL

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

POPULAR POST

Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

BPK RI Periksa Keuangan Polres Lampung Timur

Koran Digital Lampung Post, Edisi Selasa, 09 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Rabu, 10 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Senin, 08 September 2025

Tentang Kami

Alamat Kami

Iklan & Sirkulasi