PERGANTIAN menteri sering memunculkan kekhawatiran di kalangan guru bahwa hal tersebut akan selalu diiringi dengan pergantian kurikulum. Namun, jika kita melihat sejarah kurikulum di Indonesia, sebenarnya tidak setiap ganti menteri berarti ganti kurikulum. Lebih sering terjadi adalah pergantian kebijakan dalam pelaksanaan kurikulum, bukan perubahan kurikulum itu sendiri secara mendasar.
Sejak kemerdekaan, Indonesia telah mengalami beberapa perubahan kurikulum, tetapi perubahan tersebut tidak selalu terkait dengan pergantian menteri. Perubahan kurikulum biasanya dilakukan sebagai respons terhadap perkembangan zaman, kebutuhan masyarakat, dan arah pembangunan nasional. Kurikulum yang ada saat ini kerap merupakan penyempurnaan dari versi sebelumnya, bukan penggantian total.
Sebagai contoh, kurikulum 2013 (K-13) tidak sepenuhnya menggantikan kurikulum 2006 (KTSP), tetapi mengembangkan aspek-aspek tertentu, seperti penekanan pada pembelajaran tematik, penguatan karakter, dan pendekatan saintifik. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan kurikulum bersifat evolutif, bukan revolutif.
Kekhawatiran bahwa setiap pergantian menteri akan membawa perubahan besar sebetulnya tidak beralasan. Guru tidak perlu bingung, cemas, atau khawatir menghadapi kebijakan baru. Justru, guru harus melihatnya sebagai peluang untuk berkembang dan beradaptasi sesuai tuntutan zaman.
Sebagai pendidik, guru memiliki peran strategis dalam menyampaikan kurikulum kepada siswa. Fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi menjadi kunci penting dalam menghadapi setiap perubahan kebijakan. Dalam hal ini, guru perlu terus mengasah kemampuan profesionalnya, mengikuti pelatihan, dan memperbarui wawasan agar dapat menerapkan kebijakan baru dengan efektif.
Kebijakan baru terkait deep learning yang diperkenalkan Menteri Prof. Abdul Mu’ti menunjukkan fokus pembelajaran kini diarahkan pada pendekatan yang lebih mendalam, bermakna, dan menyenangkan. Hal ini justru memberikan ruang yang lebih luas bagi guru untuk berinovasi dalam mengajar.
Guru harus melihat dirinya sebagai agen perubahan, bukan sekadar pelaksana kebijakan. Dengan sikap proaktif, guru dapat mengambil peran aktif dalam menerjemahkan kebijakan ke dalam praktik pembelajaran yang relevan dan inspiratif.
Kemudian penambahan mata pelajaran pilihan seperti artificial intelligence (AI) dan coding pada kurikulum mulai tahun ajaran 2025-2026 memberikan peluang besar bagi guru untuk memperluas keterampilan mereka. Guru yang bersemangat mempelajari teknologi baru akan mampu menginspirasi siswa untuk menghadapi masa depan dengan percaya diri.
Pergantian menteri atau kebijakan dalam pendidikan seharusnya tidak menjadi sumber kegelisahan bagi guru. Sebaliknya, perubahan ini adalah bagian dari dinamika dunia pendidikan yang terus berkembang. Dengan memahami bahwa dasar-dasar materi tidak berubah, guru dapat fokus pada bagaimana mereka mengajar, bukan pada apa yang diajarkan.
Guru yang mampu beradaptasi dengan perubahan tidak hanya akan menginspirasi siswanya, tetapi juga menjadi bagian penting dalam membangun masa depan pendidikan Indonesia.
Membangun Karakter Generasi Bangsa
Pendidikan karakter menjadi pilar utama dalam mencetak generasi penerus yang tangguh, berdaya saing, dan berakhlak mulia. Menyadari pentingnya hal tersebut, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah meluncurkan program unggulan bernama 7 KAIH (Kebiasaan Anak Indonesia Hebat).
Program ini menjadi bagian dari strategi percepatan pembangunan pendidikan karakter di Indonesia, berfokus pada penanaman kebiasaan baik sejak usia dini.
Melalui 7 KAIH, anak-anak Indonesia didorong untuk menerapkan tujuh kebiasaan positif yang diharapkan dapat membentuk mereka menjadi individu yang sehat secara fisik, cerdas secara emosional, dan kuat secara moral. Tujuh kebiasaan tersebut, yakni bangun pagi, beribadah dan berdoa, olahraga, makan makanan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat.
Program 7 KAIH menjadi langkah strategis untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa yang unggul dalam segala aspek. Tidak hanya fokus pada akademik, kebiasaan-kebiasaan ini dirancang untuk membangun keseimbangan antara kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.
Melalui kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat diharapkan program ini dapat diterapkan secara konsisten sehingga membentuk pola hidup yang baik pada anak-anak Indonesia. Program 7 KAIH adalah investasi untuk masa depan bangsa, menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan berkarakter mulia.
Inovasi Pendekatan Deep Learning
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Abdul Mu’ti memperkenalkan pendekatan pembelajaran baru yang disebut deep learning. Pendekatan ini bukanlah penggantian kurikulum, melainkan sebuah strategi untuk memperdalam cara belajar dan mengajar yang lebih bermakna.
Deep learning mencakup tiga elemen utama. Pertama, mindful learning. Proses pembelajaran ini dilakukan secara reflektif, tidak terburu-buru mengejar target yang terlalu banyak, tetapi memberikan ruang untuk mendalami setiap materi secara maksimal. Pendekatan ini melatih siswa untuk benar-benar memahami inti pelajaran, bukan sekadar menghafal.
Kedua, meaningful learning. Pembelajaran difokuskan pada materi yang benar-benar esensial dan memiliki relevansi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pelajaran tidak hanya menjadi sekadar tugas akademik, tetapi juga membawa dampak nyata pada pemikiran dan perilaku siswa.
Ketiga, joyful learning. Pembelajaran dengan suasana belajar dirancang agar menyenangkan sehingga siswa merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar. Dengan menciptakan interaksi yang sehat antara guru dan siswa, pembelajaran menjadi pengalaman yang produktif dan menyenangkan.
Dalam kerangka deep learning, materi pembelajaran akan dipilih berdasarkan mata pelajaran yang paling esensial dan mendasar. Tujuannya mengurangi beban kurikulum yang berat sehingga siswa tidak harus mempelajari terlalu banyak hal dalam waktu yang terbatas. Hal ini memungkinkan ruang yang lebih luas untuk eksplorasi, pendalaman, dan interaksi yang bermakna di dalam kelas.
AI dan Coding
Sebagai bagian dari perkembangan teknologi di era modern, Menteri juga mengumumkan penambahan dua mata pelajaran baru: artificial intelligence (AI) dan coding. Mulai tahun ajaran 2025-2026, kedua mata pelajaran ini akan ditawarkan sebagai mata pelajaran pilihan, bukan wajib serta dapat dimulai dari tingkat pendidikan dasar kelas atas (kelas 4 atau 5).
Keputusan ini untuk membekali siswa dengan keterampilan teknologi yang relevan dengan kebutuhan masa depan. AI dan coding diharapkan dapat membantu siswa memahami dasar-dasar teknologi digital, yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai aspek kehidupan.
Pendekatan ini mencerminkan upaya pemerintah untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan global dengan memberikan mereka bekal ilmu pengetahuan yang mendalam, bermakna, dan menyenangkan. Dengan kombinasi 7 KAIH dan deep learning, Indonesia optimistis dapat melahirkan generasi bangsa yang tidak hanya cerdas dan berkarakter, tetapi juga mampu bersaing di kancah dunia. *