PEMILIHAN kepala daerah (pilkada) serentak yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024 menjadi momen penting bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi masyarakat Lampung. Pilkada kali ini tidak hanya mencakup pemilihan gubernur dan wakil gubernur, tetapi juga 13 bupati dan dua wali kota. Dalam menghadapi tantangan yang lebih besar dibanding sebelumnya, seperti peningkatan jumlah pemilih dan dinamika sosial yang kompleks, penting bagi para calon pemimpin untuk memperhatikan konteks sejarah dan budaya daerah mereka.
Sebagaimana disampaikan oleh Dr. Samsudin, Pj. Gubernur Lampung, semua pihak diharapkan menjaga suasana kondusif selama proses pemilu, didukung oleh modal sosial Lampung yang kuat, sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Bawaslu Lampung dengan semboyan Sai Bumi Ruwa Jurai. Menjaga keamanan dan menghindari provokasi menjadi fokus utama untuk memastikan proses demokrasi yang bermartabat. (Dinas Kominfotik Lampung, 2024)
Di tengah tantangan tersebut, terdapat urgensi yang tinggi bagi para calon pemimpin untuk memahami dan peduli terhadap sejarah dan budaya lokal sebagai identitas yang memperkaya Lampung. Pemimpin yang sadar akan sejarah dan budaya lokal tidak hanya dapat menjaga warisan tersebut, tetapi juga menjadikannya sebagai fondasi untuk menciptakan kebijakan yang lebih berkelanjutan dan relevan dengan masyarakat setempat.
Tulisan ini akan membahas pentingnya calon pemimpin daerah yang memperhatikan sejarah dan budaya Lampung, dengan menyoroti contoh implementasi kebijakan yang bisa mencerminkan keterpihakan terhadap budaya lokal.
Pentingnya calon pemimpin yang memiliki kepedulian terhadap sejarah dan budaya daerah tidak dapat dipandang sebelah mata. Visi dan misi mereka seharusnya mencakup upaya untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya sebagai bagian dari identitas lokal. Pemimpin yang memiliki kesadaran akan sejarah dan budaya daerahnya akan lebih mampu menjaga identitas lokal yang berharga serta membangun kebijakan yang menguatkan nilai-nilai tersebut. Kepemimpinan yang berkelanjutan tidak hanya menekankan pembangunan fisik dan ekonomi semata, tetapi juga pengembangan aspek sosial dan budaya.
Sebagai contoh, di Lampung, warisan budaya seperti aksara Lampung, seni tradisional, serta tempat-tempat bersejarah adalah bagian dari kekayaan budaya yang harus dilestarikan dan dijaga. Dengan semakin majunya era globalisasi, dengan modernisasi yang sering mengancam keberadaan budaya lokal, calon pemimpin diharapkan memiliki komitmen yang kuat untuk melestarikan dan mempromosikan budaya Lampung.
Lampung sendiri adalah daerah yang kaya akan warisan budaya dan sejarah. Misalnya, wisata sejarah di Lampung memiliki banyak destinasi menarik, mulai dari Museum Lampung di Bandar Lampung, Museum Nasional Ketransmigrasian di Kabupaten Pesawaran, hingga Situs Megalitikum Batu Bedil di Kabupaten Tanggamus. Destinasi wisata sejarah ini memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk memahami lebih dalam tentang sejarah dan perkembangan kebudayaan di Lampung. Dengan demikian, kebijakan pemimpin daerah yang memperhatikan dan mengembangkan potensi wisata sejarah ini akan membawa manfaat tidak hanya bagi sektor pariwisata, tetapi juga bagi pelestarian sejarah lokal.
Selain wisata sejarah, Lampung juga terkenal dengan wisata kulinernya. Seruit, pindang patin, dan gulai taboh adalah beberapa hidangan khas Lampung yang menunjukkan keragaman budaya dan keunikan kuliner daerah. Calon pemimpin yang peduli terhadap budaya lokal dapat mendorong pengembangan industri kuliner lokal sebagai bagian dari identitas budaya Lampung.
Pemberian perhatian pada industri kuliner lokal tidak hanya meningkatkan pendapatan daerah, tetapi juga memperkuat warisan budaya daerah di tengah-tengah gempuran budaya asing. Restoran-restoran terkenal, seperti Restoran Rumah Kayu dan Restoran Begadang di Bandar Lampung, misalnya, adalah bukti nyata bahwa Lampung memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi kuliner yang mampu menarik wisatawan dari berbagai daerah dan negara.
Selain itu, penting juga bagi pemimpin untuk mendukung pendidikan sejarah dan budaya lokal di kalangan generasi muda. Pendidikan tentang sejarah dan budaya lokal harus dimasukkan ke kurikulum formal di sekolah-sekolah agar generasi penerus tidak kehilangan identitas mereka di tengah perubahan zaman.
Seorang pemimpin yang memiliki kepedulian pada sejarah dan budaya daerahnya akan mendorong terciptanya program-program edukatif yang menekankan pada pentingnya pemahaman budaya lokal. Salah satu contoh dari implementasi kebijakan yang dapat dilakukan adalah memperkuat kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada seni tradisional Lampung atau mendukung pelatihan guru-guru untuk penyusunan kurikulum sejarah lokal.
Keterpihakan calon pemimpin terhadap budaya tidak hanya terbatas pada gagasan dan retorika, tetapi harus terlihat dari kebijakan yang mendukung pelestarian dan pengembangan budaya secara nyata. Sebagai contoh, revitalisasi bangunan cagar budaya seperti Rumah Dokter di Kota Metro, dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat sangat penting. Rumah Dokter yang dibangun pada tahun 1939 kini dimanfaatkan sebagai Rumah Informasi Sejarah Kota Metro, yang mengedukasi pengunjung tentang sejarah kota. Ini menunjukkan bagaimana keterlibatan masyarakat dan pemerintah dalam menjaga warisan budaya dapat menciptakan kesadaran sejarah yang lebih besar di kalangan generasi muda.
Berkaca pada pengalaman daerah yang telah membentuk Tim Ahli Cagar Budaya (TACB), seperti di Kota Metro, kita bisa melihat betapa pentingnya dukungan dari pemerintah dalam revitalisasi cagar budaya. Keberhasilan revitalisasi cagar budaya tersebut terwujud berkat komitmen pemerintah daerah dan partisipasi aktif masyarakat. Masyarakat tidak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga material dan tenaga dalam proses renovasi. (Oktavia 2024) Hal ini menciptakan rasa memiliki yang lebih kuat terhadap warisan budaya dan sejarah di antara masyarakat.
Selain itu dukungan terhadap festival budaya lokal, pengembangan infrastruktur untuk mempromosikan wisata sejarah, usulan gelar pahlawan dan program revitalisasi cagar budaya adalah beberapa langkah konkret yang bisa diambil oleh pemimpin daerah untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap sejarah dan budaya.
Kesuksesan pilkada serentak di Lampung pada 27 November 2024 tidak hanya diukur dari bagaimana proses demokrasi berjalan lancar dan tertib, tetapi juga dari bagaimana calon pemimpin daerah menunjukkan keterpihakan terhadap budaya lokal. Pemimpin yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan sejarah dalam kebijakan mereka adalah sosok yang dibutuhkan untuk membawa daerah menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.
Lampung dengan kekayaan sejarah, budaya, dan sumber daya alamnya memiliki potensi besar untuk berkembang. Namun, untuk memaksimalkan potensi tersebut diperlukan pemimpin yang peduli dan berkomitmen terhadap pelestarian serta pengembangan budaya lokal.
Kekuatan budaya bukan hanya hiasan dalam kebijakan, melainkan juga harus menjadi bagian integral dari pembangunan. Melalui kebijakan yang mendukung wisata sejarah, wisata kuliner, serta pelestarian ekowisata, pemimpin daerah dapat menunjukkan keberpihakan nyata terhadap warisan budaya lokal. Dalam Pilkada 2024, masyarakat Lampung seharusnya menuntut lebih dari sekadar janji, yaitu keberpihakan yang terlihat dalam tindakan nyata dan kebijakan yang mendukung pelestarian budaya sebagai identitas yang tak ternilai harganya. *