
PERCAYA atau tidak varian baru Covid-19 sudah menyebar ke berbagai negara di dunia. Virus ini penularannya berlipat-lipat bahkan menyerang anak-anak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan masyarakat global memberikan perhatian khusus–bagaimana mengantisipasinya, juga memasifkan penelitian sehingga penanganan akan lebih cepat lagi.
Virus baru ini terdeteksi bermula dari Inggris dan Afrika Selatan. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan 2021, penduduk dunia menghadapi tantangan baru dan varian baru Covid-19. Mengerikan! Pandemi yang sudah menyelimuti sejak Maret 2020 saja belum berakhir. Ini sudah datang lagi virus baru yang lebih ganas dari Covid-19.
Hingga pekan ini saja, dalam hitungan minggu, virus baru telah menyebar di enam negara di Asia yakni Singapura, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, India, dan Lebanon. Singapura contohnya, mulai terjangkit 23 Desember 2020, setelah Kementerian Kesehatan negara tersebut mengonfirmasikan seorang pelajar terpapar yang pulang dari Inggris.
Begitupun India. Negara terpadat penduduk kedua setelah Tiongkok ini untuk kali pertama melaporkan enam kasus varian baru corona. Keenam pasien yang terinfeksi virus ganas setelah pulang dari Inggris. Nasib Korea Selatan sama dengan negara Asia lainnya. Hanya gara-gara tiga orang dalam satu keluarga baru pulang dari London pada 22 Desember 2020.
Bagaimana Indonesia? Tunggu waktu saja, jika tidak tegas menegakkan peraturan membatasi kedatangan warga dari luar negeri, varian baru ini tumbuh subur di negeri orang kepala batu. Faktanya, kematian pasien Covid-19 terus bertambah tapi tidak membuat rakyat jera. Masih ada juga yang abai dengan protokol kesehatan.
Indonesia sama dengan Korea Selatan yang melarang warga negara asing (WNA) masuk ke negaranya. Khusus WNA dari Inggris dilarang memasuki wilayah Indonesia untuk sementara waktu, termasuk WNI datang dari negara Eropa dan Australia, harus menunjukkan hasil tes RT-PCR serta menjalani isolasi sebelum kumpul keluarga dan rekan sejawatnya.
Untuk mempersempit medan penyebaran varian baru itu, Kemenkes sudah membentuk tim khusus mengkaji virus baru Covid-19, serta mempercepat program vaksinasi. Korea Selatan saja memulai vaksin untuk disuntikkan ke tubuh warganya. Indonesia masih menghitung-hitung kebutuhan vaksin serta siapa saja yang awal ini divaksin. Jangan sampai nyawa rakyat sudah bertumbangan, tapi diskusi soal vaksinasi belum selesai juga.
Jika belum ada tanda-tanda rakyat divaksinasi secara gratis, sebaiknya ditunda dulu pemberlakuan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah. Atau bagi yang berzona hijau–bisa melakukan kegiatan belajar-mengajar (KBM) di ruang kelas. Atau memperketat protokol kesehatan; memakai masker, menjaga jarak, serta mencuci tangan menggunakan sabun.
Terhadap masih berfluktuatifnya jumlah daerah berstatus merah, oranye, kuning, dan hijau–mungkin ada baiknya manajemen pencegahan Covid-19 diperbaiki lagi. Harus dihitung dan dievaluasi lagi sudah berapa banyak dana yang digelontorkan untuk membendung virus corona.
Mulai dana segar yang dikucurkan setiap bulan, bantuan pangan, hingga dalam bentuk rapid test gratis. Tapi status zona merah dan oranye tetap tidak terkendali hampir seluruh wilayah di Tanah Air. Satu-satunya cara adalah meningkatkan disiplin protokol kesehatan di masyarakat.
***
Merefleksikan sejak pertama Covid-19 dilaporkan ditemukan di Wuhan–Tiongkok pada 31 Desember 2019 hingga kini. Tanpa jeda, corona terus menyerang penduduk dunia tanpa pandang bangsa, agama, jenis kelamin, dan status sosial. Dalam kurun setahun saja, wabah ini sudah menginfeksi sebanyak 82 juta orang, serta menewaskan 1,8 juta anak manusia.
Tidak ada cara lain! Tegas dan tegakkan peraturan. Apalagi libur Natal dan Tahun Baru 2021. Dihitung-hitung, jutaan orang mudik – pulang kampung bahkan berlibur. Parahnya masih ada warga berkepala batu mengabaikan protokol kesehatan. Bahayanya lagi minimnya 3T (testing, tracing, dan treatment). Ini yang memicu lonjakan kasus positif covid-19.
Oleh-oleh dan bonus dari libur akhir tahun ini, terlihat 14 hari ke depan setelah 3 Januari 2021. Ledakan pasien Covid-19 tidak terkendali. Apakah sudah siap menghadapinya? Jawa saja adalah penduduk terpadat lebih dahulu berwaspada! Apalagi menyimpan banyak daerah zona merah.
Dulu, wilayah Indonesia Timur seperti Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, sangat aman dari virus corona. Kini sudah masuk zona merah. Di Lampung, sudah tidak ada lagi berzona hijau. Rata-tara oranye karena usai pesta pemilihan kepala daerah.
Yang menjadi perhatian khusus pada 2021, adalah warga yang masih abai prokes tidak menurun, bahkan meningkat karena rakyat dan pemerintah dari berbagai negara mulai jenuh, capek, kedodoran dengan penanganan pencegahan Covid-19 yang sudah dilakukan selama 10 bulan ini.
Wabah Covid-19 agar tidak menyebar, menular sudah menguras tenaga, pikiran, waktu, bahkan dana. Virus sudah merusak tatanan kehidupan sosial dan penghasilan rakyat. Wabah di Indonesia ini juga akan mengikuti tren dunia. Bahkan negeri ini masih sangat ketergantungan dengan asing.
Lalu dengan isu vaksin, untungnya pemerintah sudah membuat skema pembagian untuk anak-anak bangsa. Rencananya, vaksinasi dilakukan dalam dua tahap. Periode pertama, mulai Januari—April 2021. Mereka yang divaksin adalah 1,3 juta tenaga kesehatan dan 17,4 juta petugas pelayan publik.
Mengapa mereka duluan? Karena garda terdepan dalam penanganan pandemi Covid-19. Sedangkan tahap kedua, diperuntukkan 63,9 juta warga rentan dan 77,4 juta warga lainnya sesuai pendekatan kluster. Ini patut dicatat, tahap kedua dimulai April 2021—Maret 2022.
Walaupun Pemerintah Pusat menggratiskan vaksin, tapi Lampung sendiri mempercepat bangkitnya pencegahan Covid-19, menganggarkan Rp78 miliar. “Dana ini untuk vaksin rakyat yang tidak mampu sehingga terjadi percepatan program vaksinasi,” kata Gubernur Lampung Arinal Djunaidi dalam acara refleksi akhir 2020 bersama insan pers di Bandar Lampung, Selasa (29/12).
Banyak yang berharap pada 2021, dunia kembali hidup normal. Tidak lagi belajar di rumah, beribadah di masjid, gereja, pura, vihara, dan di klenteng. Bekerja di kantor dan saling bersilaturahmi. Ini yang bisa membangkitkan kembali dunia usaha, ekonomi kerakyatan yang sudah terpuruk. Saatnya anak-anak bangsa yang beriman dan cerdas kembali membangun mimpi besar serta keoptimisan hidup pada 2021. ***