Prajurit

Bandung Mawardi Penulis Kita membaca koran-koran yang terbit pada 6 Oktober 2019. Kita mengutip dari Kompas : “Pemerintah juga mengupayakan kredit perumahan bagi prajurit TNI berjangka waktu hingga 30 tahun dan peningkatan tunjangan kinerja tentara menjadi 80 persen pada 2020.” Kita mengerti TNI adalah Tentara Nasional Indonesia. Di kalimat yang sudah dikutip, kita menemukan dua sebutan yaitu prajurit dan tentara . Di Republika , kita mengutip: “Jokowi mengatakan, pemerintah terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan dan fasilitas kerja bagi prajurit TNI.” Kita mencatat lagi ada sebutan prajurit mendahului TNI. Kutipan dari Jawa Pos : “... serta meningkatkan kualitas pendidikan dan latihan prajurit TNI untuk mendukung profesionalisme prajurit.” Tiga koran memilih menulis “prajurit TNI”. Kita semakin sulit menemukan sebutan tentara, kecuali teringat di huruf “T” dalam singkatan TNI. Prajurit berarti tentara? Pada 5 Oktober 2019, peringatan HUT Ke-74 TNI tak lagi sering mengumumkan sebutan tentara secara gamblang. Prajurit atau prajurit TNI dianggap berterima ke publik. Pengurangan penggunaan sebutan tentara mungkin memiliki maksud kebahasaan dan politik. Kita ingin belajar lagi dengan sebutan-sebutan yang digunakan dalam sejarah ABRI atau TNI dan tokoh-tokoh besar di masa lalu. Sebutan-sebutan itu penting dalam mengetahui sejarah Indonesia. Pada 1969, terbit buku OG Roeder berjudul “Seoharto: Dari Pradjurit sampai Presiden”. Buku terjemahan dari edisi bahasa Inggris: The Smilling General, President Soeharto of Indonesia . Judul dalam edisi terjemahan bahasa Indonesia tak sesuai dengan judul asli. Kita menemukan dua sebutan: prajurit dan presiden. Soeharto memang menempuhi jalur militer. Kita simak kutipan yang ada di buku: “Dengan gairah Soeharto mendengarkan perundingan-perundingan politik dan perdebatan-perdebatan jang hangat. Ia peladjari berbagai masalah politik jang tidak diperolehnja di asrama militer. Lalu memutuskan, ia akan turut dalam revolusi. Pradjurit ‘tua’ itu, sekalipun umurnja baru 24 tahun, berpendapat bahwa baginja lebih baik membaktikan diri pada negaranja dalam lapangan ketentaraan.” Biografi tokoh besar di Indonesia berkaitan dengan sebutan prajurit, militer, dan tentara. Kutipan penting: “Tanggal resmi Soeharto memasuki tentara adalah 5 Oktober 1945.” Orang-orang mungkin menduga prajurit sama arti dengan tentara. Kita membuka Kamoes Indonesia (1942) susunan E. St. Harahap. Kamus disusun di masa awal pendudukan Jepang. Sebutan prajurit tak ditemukan. Kita cuma membaca ada lema tentera diarahkan ke lema bala tentera yang berarti ‘pasoekan’ atau ‘laskar’. Pada masa 1940-an, sebutan tentara, prajurit, serdadu , atau militer belum mendapatkan penjelasan di kamus-kamus. Kita mulai agak mengerti dengan membuka Kamus Umum Bahasa Indonesia (1952) susunan Poerwadarminta. Prajurit atau perdjurit diartikan ‘anggota tentera’. Dulu, penulisan tentera bukan tentara. Poerwadarminta mengartikan tentera adalah ‘angkatan perang’, ‘militer’, ‘perdjurit’, dan ‘serdadu’. Penulisan berita di Kompas dan Republika dianggap salah? Wartawan menulis prajurit TNI . Kita menulis lengkap: prajurit Tentara Nasional Indonesia . Orang boleh usul prajurit diganti anggota . Usulan lain adalah menulis sebutan tentara , tak perlu prajurit TNI . Kita menduga pembuatan judul buku Roeder dalam edisi terjemahan bahasa Indonesia sengaja ingin mengesankan hal agak berbeda ketimbang diberi judul dengan sebutan tentara . Soeharto memiliki masa lalu sebagai prajurit, sebelum menjadi presiden dan memimpin Indonesia dengan cara militeristik. Kita lekas tergoda memikirkan prajurit, tentara, dan militer. Sebutan-sebutan itu memang turut menentukan sejarah Indonesia. Prajurit dan tentara mulai memiliki arti sama tapi Onghokham (2003) dalam esai-esai sejarah memilih menulis sebutan tentara , bukan prajurit . Sebutan itu pasti berkaitan dengan tata cara berpikir sejarah dan ketepatan penggunaan kata. Kita membuka Kamus Sinonim Bahasa Indonesia (1977) susunan Harimurti Kridalaksana, bermaksud supaya tak kebingungan dalam kebahasaan. Kamus jadi bekal bagi kita membaca biografi tokoh, sejarah, dan kecenderungan penulisan berita. Tentara memiliki arti sama dengan serdadu, militer, prajurit, angkatan bersenjata, angkatan perang, laskar, dan askar. Sebutan itu bertambah jika kita membaca Tesaurus Bahasa Indonesia (2006) susunan Eko Endarmoko. Kita mendapat tambahan: baju hijau, bala, legiun, dan pasukan. Kita mulai menginginkan ada kamus khusus mengenai TNI agar orang-orang tak bingung atau ragu dalam mengartikan sebutan-sebutan tersebut. Begitu.

Prajurit

Dunia tanpa Al-Baghdadi

Husnuzan

Chairil Anwar

Husnuzan

Kapabilitas Sarat Utama Diusung NasDem

Masa Pancaroba Picu Cuaca Ekstrim

Kapolri Komitmen Berikan Pengabdian Terbaik

Rashford Gemilang, MU Singkirkan Chelsea

BERITA TERBARU

TOP NEWS

Perketat Pengawasan Truk ODOL

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

Pendaftar Jalur SNBP Itera dan Unila Terus Bertambah

Perhotelan Turun hingga 50 Persen Akibat Efisiensi Anggaran

Panitia Universitas Tak Bisa Tangani Kasus Gagal PDSS

Efisiensi Anggaran ke Daerah Berlaku untuk DAK dan DAU

Eva Dwiana Resmikan JPO Milenial

Optimalkan Ekonomi Biru dan Hijau untuk Tingkatkan Kebijakan Fiskal

Penanganan Korupsi Berlanjut

Awasi Kebijakan Harga Singkong di Lapangan

POPULAR POST

Koran Digital Lampung Post, Edisi Jum’at, 30 Mei 2025

Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

BPK RI Periksa Keuangan Polres Lampung Timur

Koran Digital Lampung Post, Edisi Senin, 09 Juni 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Selasa, 10 Juni 2025

Tentang Kami

Alamat Kami

Iklan & Sirkulasi

Selamat Datang kembali!

Ambil kata sandi Anda