
MENGUATKAN ekonomi kerakyatan berbasis digital untuk anak bangsa di negeri ini adalah komitmen masyarakat pers memajukan sektor usaha kecil dan menengah (UKM). Suka tidak suka, mau tidak mau, komitmen tersebut adalah tuntutan serta menjadi ajang evaluasi bagi pers untuk berbenah membantu rakyat memajukan usahanya.
Era digital menjadi medium serta sumber kekuatan ekonomi baru di negeri ini. Itu mengapa peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2019, di Surabaya, Sabtu (9/2), bertemakan Pers menguatkan ekonomi kerakyatan berbasis digital. Selain menyajikan berita berimbang, pers haruslah menyampaikan secara realtime kondisi ekonomi kerakyatan negeri ini.
Seperti penjualan produk sektor usaha kecil dan menengah–berada dalam industri kreatif mampu memasuki bisnis e-commerce. Yang dijual di situ berbagai kreasi, kerajinan, dan makanan yang bisa diakses melalui internet. Menurut catatan, akhir 2014, ekonomi kreatif mampu menyumbangkan Rp716 triliun atau setara 7,06% total produk domestik bruto.
Riset
Menurut laporan riset Macquarie, potensi penjualan ritel online terus tumbuh dan tembus angka 12 miliar dolar AS per tahun pada 2018. Belajar dari banyaknya toko ritel modern yang tutup, sektor usaha kecil dan menengah mencari strategi agar mampu bersaing. Pasokan harga kebutuhan pokok juga produk UKM dipasarkan melalui digital.
Perubahan itu terjadi karena pola belanja dan konsumsi banyak didominasi kecanggihan teknologi dan informasi. Anak-anak Indonesia sudah tidak lagi membeli baju dan sepatu di toko ritel, tetapi lebih banyak membeli melalui online. Sebelum era digital, konsumen dibatasi dengan pasar. Kini sudah didobrak oleh berbagai macam inovasi berbasis digital.
Seperti dikisahkan oleh seorang co-founder and CEO Kitabisa.com bernama Muhammad Alfatih Timur. Pengalaman menjadi pelajaran bagi pebisnis berbasis digital. Anak muda yang masuk daftar 30 Under 30 Asia majalah Forbes pada 2013, membangun usaha berbasis digital dengan memperhatikan tiga hal penting, yakni programer, pelanggan, dan validasi.
Alfatih yang akrab disapa Timmy sangat mendukung ekonomi kerakyatan. Dia membuat seluruh komponen ikut menikmati keuntungan yang didapatkan perusahaannya. Jika perkembangan model bisnis kian besar, kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan makin besar pula. Inilah yang diinginkan pengusaha kecil dan menengah agar masyarakat pers ikut maju bersama-sama mengembangkan usaha pada era digital.
Pengusaha itu juga bisa memasarkan produk, meningkatkan pelayanan pembayaran, kecepatan, serta ketepatan. Ekonomi kerakyatan mampu memberikan solusi kepada konsumen yang bermasalah. Seperti yang dilakukan PT Envy Technologies Indonesia dan PT Ritel Global Solusi meluncurkan aplikasi seluler bernama Ko-In (Toko Indonesia).
Ko-In berusaha meningkatkan penjualan toko tradisional melalui aplikasi mobile dengan membangun jaringan pemasaran. Aplikasi yang diunduh di Play Store tersebut memudahkan konsumen berbelanja di warung. Biaya layanan antar hanya Rp2.500. Hingga kini, layanan itu juga bisa membeli produk UKM, sayuran atau buah segar, dan makanan. Jelas manfaatnya!
Contoh
Contoh lainnya adalah PT Khalifa Sembako Agro Mitra yang menjual bahan pangan berbasis online bernama Khalifaglobalindo.com. Untuk memajukan bisnisnya, perusahaan itu menggandeng PT Ananta Karya Tama sebagai penyedia platform digital yang membentuk Pesansembako.com. Bisnisnya bertujuan mengajak konsumen menjadi pengusaha sembako.
Hingga kini terdapat ratusan ribu mitra UKM yang tersebar di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua. Aplikasi yang dikembangkan perusahaan tadi mendigitalisasikan pelaku UKM sehingga dapat mengakses ekonomi digital secara optimal. Patut dicatat, Ko-In yang berdiri sejak Juni 2016 bermodal hanya Rp7,5 juta per bulan, kini sudah beromzet Rp15 miliar per bulan.
Baca juga : https://lampost.co/epaper/kolom/refleksi/memanusiakan-baasyir/
Ditunjuknya Jawa Timur (Jatim) sebagai tuan rumah HPN karena konsisten mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibanding dengan daerah lainnya. Terlebih provinsi ini merupakan salah satu sentra UKM terbesar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan domestik regional bruto Jatim pada kuartal II/2018 mencapai 5,57% atau di atas nasional sebesar 5,27%.
Dan HPN 2019 di Surabaya menjadi ajang deklarasi peta jalan ekonomi kerakyatan yang berbasis digital. Mengapa? Sebab, perhelatan tahunan masyarakat pers itu bisa memunculkan langkah nyata pemerintah untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan berbasis digital.
Untuk membangkitkan ekonomi kerakyatan di era digital, pers berbasis online membantu UKM agar berbenah menjadi profesional. Pers harus menjalankan fungsinya secara profesional agar kepercayaan tetap terjaga. Saat ini, terdapat 42 ribu media online di Indonesia. Namun yang terdaftar di Dewan Pers hanya 2.000 perusahaan yang terverifikasi.
Evaluasi
Itu mengapa pula, HPN kali ini menjadi ajang evaluasi. Pers harus terus berbenah pada era digital. Kian terbukanya akses mengunggah informasi ke publik, pers dituntut tetap dipercaya. Karena berita yang diunggah harus kredibel— menyajikan informasi berkualitas yang berbasis fakta dan data.
Dewan Pers mencatat masih banyak media online yang melakukan praktik abal-abal. Medianya belum berbadan hukum, tidak ada wartawan, tetapi berita yang disajikan mengutip dari media lain. Mengapa harus berbenah? Sebab, masa depan media akan beralih ke online seiring turunnya pamor media cetak dan televisi.
Pers juga berperan merajut kehidupan bernegara terlebih membantu anak-bangsa menguatkan bisnis ekonomi kerakyatan. Perkuatlah basis dan etika profesi sehingga tangguh pada era digital. Platform media boleh berubah, akan tetapi tugas jurnalisme tetap abadi untuk merawat dan menjaga negeri ini. Dirgahayu Pers Nasional. Jayalah Indonesiaku. ***