BUMI Ruwa Jurai benar-benar menjadi contoh bangkitnya pembangunan infrastruktur di negeri ini. Pada Desember ini, ada dua proyek strategis yang sangat monumental yang akan diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pertama, jalan tol Bakauheni—Terbanggibesar sepanjang 148 km. Kedua, dermaga eksekutif di Pelabuhan Bakauheni. Kini, Lampung jadi provinsi berdaya saing tinggi yang sejajar dengan daerah di Pulau Jawa.
Bukan mimpi atau isapan jempol bagi masyarakat Lampung juga Sumatera ini. Jalan tol kali pertama itu dibangun Indonesia sudah merdeka 73 tahun. Bandingkan di jalan tol Jawa yang sudah terhubung dari ujung barat hingga timur. Empat tahun pemerintahan Jokowi-JK, rakyat di Pulau Swarnadwipa ini baru merasakannya.
Saat berkunjung ke Lampung, Sabtu (24/11), Jokowi menaruh perhatian yang sangat bagi keberlangsungan infrastruktur di daerah. Ada empat yang dijanjikannya, harus selesai pada akhir bulan ini. Apa itu? Pertama, Bandara Radin Inten II menjadi status internasional. Kedua, percepatan dermaga eksekutif di Pelabuhan Bakauheni. Dermaga ini bakal mengoperasikan empat kapal andalan menuju Merak.
Lalu yang ketiganya, peresmian pemakaian jalan Tol trans-Sumatera ruas Bakauheni—Terbanggibesar pada bulan ini juga. Dan keempat adalah Pasar Pasirgintung dan SMEP yang menggantung selama empat tahun. “Pedagang curhat, sudah 4—5 tahun pembangunan pasar tertunda, belum dikerjakan juga. Saya cek, ternyata ada masalah hukum. Saya sampaikan ke pedagang, tahun depan kami kerjakan!” tegas Jokowi.
Pekerjaan Rumah
Luar biasa memang! Dalam dua hari kunjungan kerja ke Lampung, Presiden menuntaskan pekerjaan rumah agar Bumi Ruwa Jurai benar-benar menjadi provinsi yang hebat dan siap bersaing. Alasannya? Setiap pertemuan di tingkat nasional, Jokowi menjual Lampung menjadi daerah terdepan dan dipastikan akan meningkat investasinya.
Ketika meninjau jalan tol di Lampung, Presiden berharap infrastruktur yang dibangun dapat memicu tumbuh dan berkembangnya kawasan industri dan ekonomi khusus. Kalau infrastruktur siap, maka investasi akan banyak masuk,” kata Presiden. Tidak di situ saja, Jokowi menyampaikan tentang Lampung itu ketika menghadiri resepsi peringatan HUT ke-18 Metro TV di Jakarta, Senin (26/11) malam.
Bahkan, Lampung tempat memperbandingkan harga pangan yang bisa terjangkau di masyarakat. Harga tempe masih murah. “Kata siapa mahal?” kata Jokowi. Yang bilang mahal itu, orang superkaya masuk ke pasar, tidak membeli apa-apa. Lalu ngomong mahal. Nah, lo! Ucapan harga mahal akan memicu rakyat meninggalkan pasar tradisional–rame-rame ke mal.
Baca juga : https://lampost.co/epaper/blog/2018/11/24/mental-meme/
Apa yang bakal terjadi? Pasar rakyat mati suri. Tidak hanya pada HUT Metro TV, keesokan harinya Presiden menyebut Lampung jadi provinsi terdepan. Saat pertemuan tahunan Bank Indonesia 2018 di JCC, Jokowi mempertegas lagi jalan tol Bakauheni—Palembang akan dirampungkan pada April 2019. Hari Rabu berikutnya, dalam acara penutupan Rapimnas Kadin di Solo, Presiden juga kembali menyebut Lampung.
Mudik
Jokowi bagaikan public relations (PR) Lampung. Mengapa jalan tol harus secepat itu diresmikan pemakaiannya? Padahal, jadwal selesainya pada Juni 2019. Jawabnya, untuk rakyat–melayani mudik Idulfitri. “Saya sampaikan jangan Mei atau Juni. Saya minta April. Kenapa April, tahu kan? Saya minta Bakauheni ke Palembang April selesai, bukan untuk apa-apa. Ini pikirannya pasti beda. Supaya bisa kita pakai untuk Lebaran,” kata Jokowi.
Yang jelas, Presiden membuat para CEO yang hadir dalam pertemuan itu menjadi ketawa. “Jalan tol harus cepat selesai selain Lebaran untuk pemilu itu juga. Sudah kita blak-blakan saja,” sambung Jokowi. Pemilu Legislatif dan Presiden digelar pada 17 April. Sedangkan Idulfitri jatuh pada 4—5 Juni. Mempercepat jalan tol itu, Jokowi pun harus nego dengan kontraktor agar dikerjakan siang malam agar bisa dinikmati rakyat.
Padahal, kalau Jokowi hanya ingin menambah perolehan suara pada Pemilu Presiden, dia cukup membangun dan menyejahterakan rakyatnya di Jawa, serta provinsi yang mata pilih banyak. Tapi itu tidak dilakukan. Terbukti daerah pinggiran dan perbatasan dibangunnya juga. Di Bumi Cendrawasih, Jokowi bangunkan jalan trans Papua. Padahal penduduknya masih sedikit.
Indonesiasentris
Pembangunan yang dilakukannya menghindari Jawasentris. Setiap sisi Nusantara ini divermak melalui pembangunan Indonesiasentris. “Kalau saya orang politik yang benar, cukup bangun Jawa, penduduk padat, 60% di Jawa. Ekonomi dan politik baik. Tapi, kita pilih Indonesiasentris karena ingin bangun Indonesia untuk keadilan sosial,” ucap mantan Wali Kota Solo itu. Sangat tegas sikapnya. Darahnya tidak lagi Jawa tapi untuk Indonesia!
Sampai-sampai regulasi yang dibuat pemerintahan sebelumnya yang membelit pengusaha–dipangkas. Salah satunya adalah izin pembangunan pembangkit listrik. Dari 258 izin menjadi 58. Jokowi pun sadar mengakui, pemangkasan izin itu belum cukup. Dengan cara-cara itu, selama empat tahun membuat peringkat negeri ini dalam easy of doing business naik dari 120-an ke-72. Selain itu, rasio gini juga membaik dari 0,41 jadi 0,38.
Jelas, apa yang dilakukan pemimpin untuk rakyatnya. Bukan janji. Bukan juga jual kecap di pasar kaki lima. Pesatnya pembangunan infrastruktur di Sumatera untuk mendukung konektivitas antardaerah. Tujuannya agar ekonomi bergairah. Jalan tol, bandara, serta pelabuhan, memicu lancar dan cepatnya arus barang yang memangkas ekonomi biaya tinggi. Untuk negeri ini, juga di Lampung, kerjanya jelas, tuntas, dan sangat terukur, kawan!