TIDAK ada yang menyangka, pidato kemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin disampaikan di Kampung Deret di Tanah Tinggi, Johor Baru, Jakarta Pusat. Senin (21/5) siang hari bolong itu, kedatangan Jokowi membuat seisi kampung kaget.
Bersama Amin, Jokowi menyampaikan pidato kemenangan setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pasangan tersebut sebagai pemenang Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 17 April lalu. Dibawah terik matahari dibarengi suara klakson kereta, Jokowi menyampaikan niatnya sebagai pemenang untuk mengayomi anak-anak bangsa di negeri ini.
“Kami akan berjuang keras demi terwujudnya keadilan sosial, bagi seluruh rakyat, bagi 100% rakyat Indonesia,” kata Jokowi. Pidato kemenangan itu disambut antusias warga yang disiarkan secara langsung media elektronik. Jokowi akan mengemban amanah rakyat. Dia pun akan mewujudkannya dalam program yang adil dan merata bagi seluruh golongan dan rakyat.
Pidato itu tidak disampaikan Jokowi di istana atau kantor pemerintahan. Mantan Wali Kota Solo itu lebih suka memilih tempat pidatonya yang teduh bersama rakyat guna membangun negeri ini. Kampung Deret dipilih karena pernah dibangun Jokowi saat menjadi gubernur DKI Jakarta. Warga tidak menyia-nyiakan kedatangan orang nomor satu di republik ini.
Jokowi muncul di tengah harapan warga untuk pembenahan kampung agar tidak terkesan kumuh. “Alhamdulillah beliau ke sini ingat rakyatnya. Warga berterima kasih karena ingin membangun rumah,” kata Fathurahman (45), warga Kampung Deret. Pembangunan rumah akan dilaksanakan pada Juli. Sebulan sebelum pelantikan presiden, rumah sudah selesai dibangun.
Contoh nyata itu akan dirasakan rakyat seantero negeri ini. Pada periode pertama, Jokowi membangun secara besar-besaran proyek infrastruktur mulai dari jalan, pelabuhan laut dan udara, juga puluhan bendungan untuk mengairi lahan pertanian. Jokowi membangun 100% untuk rakyat.
Dan tidak salah, jika Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan ucapan selamat, termasuk pendukung Prabowo-Sandi, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan ikut menyampaikan ucapan serupa kepada Jokowi. Kemenangan itu juga diapresiasi para pemimpin dunia.
Perdana Menteri (PM) Australia, Scott Morrison, contohnya. Ucapan itu disampaikan Morrison dalam akun Twitter pribadi. Begitupun PM Malaysia Mahathir Mohamad. Pemimpin dari negeri jiran itu ikut memberikan selamat atas kemenangan sah sebagai presiden RI. “Saya berharap kerja sama di antara kedua negara makin erat,” ujar Mahathir melalui akun Twitter @chedetofficial.
Tak ketinggalan PM India. Narendra Modi mengucapkan selamat. “Sebagai dua negara demokrasi yang besar, kami bangga atas keberhasilan perayaan demokrasi. Kami berharap Anda dan rakyat Indonesia semua sukses di bawah kepemimpinan dinamis Anda,” ucap Modi dalam akun Twitter pribadinya @narendramodi.
Baca juga : https://lampost.co/epaper/kolom/refleksi/rasialisme-dan-asing/
Ucapan pemimpin dunia memberi dorongan Jokowi menuntaskan cita-cita rakyat. Periode mendatang, dia kembali meneruskan proyek yang langsung bersentuhan dengan rakyat. Juga memberantas korupsi. Yang jelas, Jokowi mendapat dukungan kuat dari parlemen karena partai pendukung menang telak. Apalagi dua partai, yakni Demokrat dan PAN—partai pendukung Prabowo—sudah berpisah. Kini bergabung ke dalam barisan Jokowi-Amin.
Reaksi
Kegaduhan pascapemilu ini mendapat reaksi dari intelektual muda Islam Ulil Abshar-abdala. Akun Twitter pribadinya @ulil, Rabu (22/5), menulis untuk Prabowo: “Dear Pak Prabowo: Katakan sesuatu untuk menenangkan keadaan saat ini. Jangan seret negeri ini ke jurang kekacauan. Jangan bermain dengan api. Ajaklah pendukungmu kembali ke rumah…,” tulis Ulil.
Bahkan, Ulil juga menyampaikan pesan yang sama kepada Sandiaga Uno. “Dear Mas @sandiuno: Anda masih muda. Anda masih punya karier politik yang panjang. Lakukanlah hal yang benar. ‘Kemarahan’ ini hanya akan berakhir di jalan buntu dan akan mencelakakan negeri ini. Ayo, Mas!” tulis Ulil yang mengaku puasanya batal hanya karena membaca berbagai berita kerusuhan lantaran aksi massa tersebut.
Indonesia lima tahun ke depan ditata menjadi negara bersaing. Termasuk upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Persoalannya, apakah berhenti total kegaduhan karena perbedaan pilihan politik? Dan masihkah praktik korupsi yang melilit bangsa karena aparatur negara yang serakah? Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengingatkan agar pemerintahan mengedepankan prinsip zero tolerance pada korupsi.
Presiden perlu diingatkan mengangkat menteri yang memiliki integritas dan rekam jejak baik. Jika menterinya berintegritas, sebuah kepastian negeri ini akan sejahtera. Sangat besar harapan anak bangsa agar presiden mengangkat pembantunya sesuai dengan keahlian, bukan belas kasihan karena ikut dalam gerbong partai pengusung.
Indonesia menghadapi persaingan yang sangat hebat di tengah perang dagang Amerika dan Tiongkok. Untuk menjawab itu, kabinet harus diisi oleh orang yang profesional. Ingat! Bukan berarti orang partai tidak boleh duduk di kabinet. Akan tetapi, lebih kepada kompetensi di bidangnya.
Janganlah keinginan seorang ketua umum partai minta jatah menteri puluhan orang hanya karena koalisi pengusung. Yang jelas periode kedua, Jokowi memulai pekerjaan besar untuk memajukan Indonesia. Periode pertama bersama Jusuf Kalla, Jokowi sudah mewujudkan keinginan rakyat.
Kini, dalam pidato kemenangan rakyat, Jokowi berjanji mengayomi anak bangsa mewujudkan cita-cita menjadi bangsa beradab dan bermartabat, dari Aceh hingga ujung Papua. Membangun itu perlu bersatu, kekompakan guna mewujudkan damai dan sejahtera bagi anak cucu mendatang. ***