
KARANTINA akibat pandemi Covid-19 harus disudahi. Tiga bulan rakyat di negeri ini menjalani kehidupan di luar kebiasaan. Bekerja di rumah, belajar dari rumah, dan ibadah pun di rumah. Protokol kesehatan benar-benar diterapkan agar anak-anak bangsa terhindari dari infeksi virus corona.
Memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, olahraga serta istirahat yang cukup, mengurangi kerumunan massa, tidak bepergian jika tak penting sebuah kepastian menjadi kebiasaan baru. Ini adalah kultur baru, standar baru bagi bangsa ini. Semua sektor kehidupan diatur menuju era new normal.
Inilah hikmah dari wabah corona. Virus ini juga sudah memiskinkan rakyat Indonesia. Catatan dari Senior Economist The World Bank, Ralph van Doorn menyatakan tahun ini penduduk miskin Indonesia meningkat 2,1% sampai 3,6% atau bertambah 5,6 juta hingga 9,6 juta orang. Apalagi pertumbuhan ekonomi terkoreksi 0% sampai 3,5% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Negara tidak tinggal diam! Memulihkan perekonomian sebuah keharusan. Jika tidak, akan terpuruk lagi. Pemerintah menggelontorkan paket stimulus fiskal untuk mengendalikan semua sektor kehidupan. Anak bangsa di kelas terbawah–terpapar akibat wabah akan menikmati paket belanja sosial (uang tunai dan sembako) yang digelontorkan Rp105 triliun.
Pemerintah juga membagikan bantuan langsung tunai (BLT) bagi 2,44 juta petani dan 1,1 juta nelayan. Negara ini berusaha menyeimbangkan kembali gerak roda ekonomi dengan penanganan kesehatan menuju kenormalan baru (new normal) dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Angin segar new normal untuk seantero nusantara ini dihembuskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika mengunjungi kantor Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (10/6) lalu.
Apa kata Kepala Negara saat acara virtual dengan kepala daerah, siang itu? Jokowi mengingatkan gubernur, wali kota, bupati yang membuka aktivitas publik guna menstabilkan perekonomian agar membuat tahapan lebih ketat menerapkan kenormalan baru dengan mematuhi protokol kesehatan.
Presiden meminta tidak semua sektor langsung dibuka 100%. Yang perlu diprioritaskan adalah sektor yang minim risiko penyebaran Covid-19 serta sektor yang memiliki dampak ekonomi yang besar. Ada sembilan sektor yang dibuka kembali, yakni transportasi barang, industri, konstruksi, pertambangan, perminyakan, perkebunan, pertanian dan peternakan, perikanan, serta logistik.
Angin segar kenormalan baru itu juga harus berbasis epidemiologi serta kepatuhan rakyat menerapkan protokol kesehatan. Paling penting kesiapan manajemen daerah dalam melakukan pengawasan wabah. Jangan sampai new normal ini justru menjadi persoalan baru dengan terjadinya lonjakan kasus atau gelombang kedua wabah Covid-19.
Manajemen daerah yang patut diawasi dan dikendalikan. Terkadang–tidak nyambungnya koordinasi antara gubernur dan bupati/wali kota. Untuk program mengeluarkan duit menjadi urusan gubernur. Sementara urusan pencitraan–bantuan sosial dipatok oleh bupati dan wali kota.
Padahal urusan negara itu sudah ada ketetapannya yang melibatkan semua elemen dan masyarakat, sehingga penyelesaian persoalan wabah Covid-19 ini dikerjakan secara sinergi. Bermula dari gotong royong dan bahu-membahu menghadapi pandemi corona.
***
Mau tidak mau, suka tidak suka, Indonesia juga di Lampung ini akan memasuki kenormalan baru. Semua serbabaru. Kehidupan berkembang dinamis. Saat ini, gaya hidup dan pola pikir anak bangsa berubah sangat drastis. Dunia digital mengambil alih proses kehidupan manusia. Belanja lewat daring, belajar lewat daring, rapat menggunakan aplikasi Zoom.
Hasil survei Mckinsey menyebutkan 34% masyarakat Indonesia makin sering belanja makanan secara daring. Dan 30% lainnya mengaku makin sering belanja kebutuhan rumah via daring. Uniknya lagi, 72% mengaku tetap membeli kebutuhan hari-hari melalui daring meski sesudah Covid-19.
Adjunct Researcher Centre for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Seno Hartono, dalam diskusi online, akhir bulan lalu, (28/5), mengungkapkan, “Dengan wabah Covid-19, pola belanja dan kehidupan berubah, termasuk perubahan mindset.” Sangat luar biasa pengaruhnya yang sudah mengubah pola hidup manusia!
Perubahan mindset ini juga diikuti peningkatan sikap berbelanja seperti diungkapkan banyak peneliti bahwa 39% konsumen lebih memperhatikan harga produk, serta 30% lebih lagi memperhatikan asal-usul produk. Ingat yang abadi itu adalah perubahan.
Dari angka persentase itu, kebanyakan yang berbelanja daring adalah anak bangsa yang lahir pada era tahun 1981—1995 yang disebut generasi Y, serta 1996—2010— generasi Z. Dan juga , generasi Alfa yang lahir di era 2010 ke atas juga lebih cenderung menggunakan gawai dalam mengakses informasi. Generasi Alfa dan Z inilah yang memenuhi jagat raya dengan teknologi terutama penggunaan android belajar di rumah saat corona mewabah.
Nantinya, merekalah yang mampu mengubah masa depan bangsa ini karena akrab dengan kecepatan mengoperasikan teknologi dan komunikasi dalam mencari informasi. Mereka juga mumpuni menjelajah dunia yang bebas dari ruang dan waktu. Generasi X (1965-1980) perlu menambah pengetahuan untuk menghadirkan generasi milenial di masa new normal.
Dengan demikian, era kenormalan baru ini memicu terjadinya peningkatan akses pengguna internet. Multiplatform digital tidak hanya mempermudah komunikasi sesama anak bangsa, akan tetapi dapat menggerakkan sektor pariwisata serta ikut membantu usaha mikro dan menengah yang digagas pengusaha serba terbatas.
Di era serbabaru ini juga, pentingnya mengedukasi rakyat tentang new normal dengan tetap menjaga kesehatan agar hidup nyaman dan aman. Sesuatu yang harus disadari saat new normal bahwa pandemi masih terus terjadi sedangkan obat dan vaksin corona belum juga ditemukan. Ingat! Menyelamatkan nyawa rakyat lebih peting ketimbang menyelamatkan perekonomian. ***