WUKUF di Arafah menjadi keutamaan dalam ibadah haji. Kalimat talbiah itu berkumandang seiring memasuki rangkaian ibadah haji. Dan salah satu rangkaian Rukun Islam kelima yang tidak boleh ditinggalkan bagi jemaah haji adalah Wukuf di Arafah.
Menjelang 9 Zulhijah, umat Islam di seluruh dunia berbondong-bondong menuju padang Arafah untuk menjalankan ibadah wukuf.
Wukuf di Padang Arafah adalah salah satu rukun haji yang wajib dilaksanakan para jemaah haji. Wukuf merupakan puncak dari ibadah haji yang tidak boleh dilewatkan karena hukumnya wajib, tidaklah sah haji tanpa wukuf. Oleh karena itu, semua jemaah, termasuk yang sakit, harus dibawa ke Padang Arafah, sekalipun harus ditandu.
Baca Juga: 182 Jemaah Haji Indonesia Safari Wukuf
Wukuf berarti berdiam diri di Padang Arafah setelah salat zuhur hingga magrib pada 9 Zulhijah. Wukuf dilakukan sejak matahari sudah tergelincir atau bergeser dari tengah hari (pukul 12 siang).
Selama di Arafah saat wukuf, dimulai dengan mendengarkan khotbah wukuf, dilakukan dengan salat jamak takdim, dapat dilakukan berjamaah atau sendirian. Saat wukuf juga disarankan memperbanyak istigfar, zikir, dan doa.
Baca Juga: Puasa Arafah Sunah Dilaksanakan pada 9 Dzulhijjah dan Berpahala Besar
Secara esensi, wukuf adalah sebagai peringatan kepada manusia tentang kebenaran Ilahi. Wukuf di Arafah merupakan perintah Allah swt.
Arafah adalah tempat munajat para nabi-nabi terdahulu. Arafah merupakan tempat yang dirasakan aman oleh para nabi dan mereka pakai untuk beribadah kepada Allah, lalu diwarisi pada generasi penerus.
Arafah merupakan padang dan bukit bebatuan. Namun, di sinilah tempat munajat yang mustajab. Hari pelaksanaan wukuf juga sering disebut dengan hari Arafah. Hari Arafah sejatinya bukanlah hari biasa.
Baca Juga: 1.380 Calon Jemaah Haji Lampung Lunasi Bipih 2023
Hari Arafah begitu istimewa karena pada hari tersebut Allah swt beserta para malaikat menyaksikan hamba-Nya yang berkumpul di Padang Arafah.
“Wahai para malaikat-Ku, lihatlah kalian terhadap para hamba-Ku. Merekadatang dengan rambut kusut dan muka berdebu. Mereka benar-benar menginfakkan harta dan melesukan badan. Saksikanlah bahwa Aku mengampuni mereka.” (Imam al-Ghazali)
Hal ini juga disampaikan Nabi Muhammad saw pada hadis berikut ini:
“Tidak ada satu hari yang lebih banyak Allah memerdekakan hamba dari neraka pada hari itu daripada hari Arafah. Dan sesungguhnya Allah mendekat, kemudian Dia membanggakan mereka (para hamba-Nya yang sedang berkumpul di Arafah) kepada para malaikat. Dia berfirman: ‘Apa yang dikehendaki oleh mereka ini?’.” (HR Muslim nomor 1348, dari Aisyah).
Umat muslim selalu mendambakan dapat menunaikan ibadah haji ke Baitullah untuk menyempurnakan RukunIslam. Di Indonesia, untuk bisa berhaji, harus menabung dan menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan giliran. Hal ini karena kuota yang tersedia terbatas, sementara umat yang ingin menunaikan ibadah haji cukup banyak.
Puasa Arafah
Wajar jika keluarga yang ada di Tanah Air selalu mendoakan mereka yang tengah menjalankan ibadah haji, baik untuk kemudahan, kelancaran, dan kesehatan. Sebab, ibadah haji tidak hanya ibadah spiritual, tapi juga ibadah fisik yang cukup menguras tenaga.
Sebab itu, umat muslim yang tidak berhaji, disunahkan melaksanakan puasa Arafah, yakni satu hari sebelum Hari Raya Iduladha atau pada 9 Zulhijah. Ibadah sunah ini memiliki nilai pahala besar, seperti banyak dalil yang bersandar pada sejumlah hadis.
Salah satunya dalam hadis yang berasal dari Abu Qatadah RA sebagaimana termuat dalam kitab Riyadhus Shalihin karya Imam an-Nawawi.
Dalam hadis Abu Qatadah RA berkata, “Rasulullah saw pernah ditanya mengenai puasa Arafah, maka beliau menjawab,
‘Puasa tersebut dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR Muslim)
Sementara itu, Imam al-Ghazali dalam kitab Mukasyafah al-Qulub al-Muqarrib ila Hadhrah ‘Allam al-Ghuyub menukil sebuah hadis yang menyebut bahwa puasa Arafah adalah puasa sunah yang setara dengan puasa dua tahun.
Rasulullah saw bersabda, “Puasa hari Arafah setara dengan puasa dua tahun. Puasa hari Asyura setara dengan puasa setahun.”
Tentunya, kita sebagai umat muslim, jangan menyia-nyiakan waktu ibadah puasa Arafah ini, sebab tidak hanya untuk kebaikan diri sendiri, tapi juga mendoakan mereka yang tengah berhaji.
Perbedaan Hari Raya Iduladha
Seperti diketahui di Indonesia memiliki beberapa pandangan dalam menentukan Iduladha. Pemerintah telah menetapkan Hari Raya Iduldha 1444 Hijriah/2023 Masehi jatuh pada Kamis (29/6). Hal ini diumumkan dalam konferensi pers hasil sidang isbat awal Zulhijah 1444 H, Minggu (18/6) petang.
“Sidang isbat secara mufakat bahwa 1 Zulhijah 144 H jatuh pada Selasa, 20 Juni 2023 Masehi, dan Hari Raya Iduladha jatuh pada Kamis, 29 Juni 2023,” kata Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa’adi. Dengan demikian, hari Arafah atau 9 Zulhijah akan jatuh pada Rabu, 28 Juni 2023. Sehingga, jadwal puasa Arafah versi pemerintah jatuh pada Rabu, 28 Juni 2023.
Nahdlatul Ulama (NU) juga menetapkan Iduladha 1444 H/2023 M jatuh pada Kamis, 29 Juni 2023, sehingga puasa Arafah NU jatuh pada Rabu, 28 Juni 2023, seperti dilansir dari laman NU Online.
Sementara itu, PP Muhammadiyah juga telah menetapkan awal Zulhijah, hari Arafah, dan Hari Raya Iduladha berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal. PP Muhammadiyah menetapkan Hari Raya Iduladha 2023 jatuh pada Rabu, 28 Juni 2023, maka jadwal puasa Arafah Muhammadiyah adalah Selasa, 27 Juni 2023.
Sementara itu, Pemerintah Arab Saudi menetapkan Hari Raya Iduladha pada Rabu, 28 Juni 2023, sehingga jemaah haji akan wukuf di Arafah pada Selasa, 27 Juni 2023.
Tekait adanya perbedaan penetapan Hari Raya Iduladha yang juga memengaruhi pelaksanaan puasa Arafah di Indonesia, kita harus mampu menyikapinya dengan bijak tanpa perlu ada gesekan. Keyakinan ini dikembalikan lagi kepada pribadi masing-masing tanpa perlu mencela dan lainnya. Sebab, ibadah kita ini ditujukan hanya untuk Allah swt. n