Restorasi

Sobih AW Adnan Wartawan Lampung Post ADA dua jenis orang yang lebih sering muncul ketika diminta berkomentar soal waktu. Ada yang melulu gemar meromantismekan masa lalu, ada pula yang begitu lempang menyorot masa depan. Dua-duanya, bisa baik, tetapi lebih mungkin buruk. Pasalnya, gerak waktu yang kerap diibaratkan berputar, tentu lebih mirip lingkaran. Tak ada garis putus, saling menyambung-berhubungan. Masa depan dan masa lalu sama-sama nutrisi penting dalam menjalani hidup. Masa lalu sebagai pengalaman, masa depan menjelma tantangan. Sementara waktu yang dipijak saat ini adalah tali kesinambungan antara cerita masa lalu, dan yang paling memengaruhi pencapaian di masa yang akan datang. Mungkin seperti inilah cara paling praktis memahami istilah restorasi. Dalam skala yang lebih fokus, format ini bisa menjadi jawaban paling bijak demi membangun masa depan Indonesia yang jauh lebih baik. Restorasi, mestinya tak cukup dimaknai sebagai sebuah pemulihan. Akan tetapi, sikap tengah sejak dalam pikiran, mulai dari pemahaman soal waktu hingga tindakan. Perjalanan bangsa telah mewariskan berjuta istilah. Dua sebutan yang terpotret dan bertahan cukup lawas adalah revolusi dan reformasi. Orang-orang yang hidup di masa revolusi, secara sadar atau tidak, perlu menggerakkan dirinya sebagai pendobrak. Masa lalu kerap diartikan sebagai mimpi buruk. Nyaris seratus persen masa lampau adalah kesalahan yang mesti disudahi. Serupa tetapi tak sama, semangat itu juga kadang tak terkontrol merembes ke dalam istilah reformasi. Gerakan yang semula hanya menyasar pada perubahan format malah merangsek ke sistem induk dan pokok. Tak heran, jika kemudian orang-orang sepuh hari ini mengeluh, anak muda sekarang tak fasih dan paham Pancasila. Kedua terma itu beda gaya dengan restorasi. Istilah ini menekankan profesionalisme akal. Masa lalu dan masa depan ditafsirkan sekadar ruang. Sementara titik bidiknya adalah satuan-satuan yang lebih detail, bukan bangunan secara keseluruhan. Secara praktis, gerakan restorasi tak membidik Orde Baru dan Orde Lama sebagai seutuhnya kekeliruan. Keduanya justru dijaga untuk tetap menjadi guru. Dan sebagai murid terdidik, ada pekerjaan rumah untuk berinovasi, mempercantik, dan mempertajam nilai-nilai yang memang baik. Di pesantren, semangat gerakan restorasi terbahasakan dengan kalimat al-muhafadhatu 'ala qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah, memelihara nilai lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik. Ini adalah sebaris bibit moderatisme dalam segala bidang. Seperti jalan gerak satu dekade gerakan restorasi Partai NasDem, imbang, tenang, dan mencerdaskan. Selamat!

Masa depan dan masa lalu sama-sama nutrisi penting dalam menjalani hidup.

The Four Cardinal Virtues oleh Pejabat Publik

Memulihkan Pasar SMEP

ricky marly

Memulihkan Pasar SMEP

Cadangan Beras Pemerintah Capai 1,5 Juta Ton

Operasi Zebra di Lampung Selama Dua Pekan

Pemkab Merangin Dukung Gubernur Jadikan Bandara Jambi Embarkasi Haji

Timnas Matangkan Persiapan di Turki

BERITA TERBARU

TOP NEWS

Perketat Pengawasan Truk ODOL

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

Pendaftar Jalur SNBP Itera dan Unila Terus Bertambah

Perhotelan Turun hingga 50 Persen Akibat Efisiensi Anggaran

Panitia Universitas Tak Bisa Tangani Kasus Gagal PDSS

Efisiensi Anggaran ke Daerah Berlaku untuk DAK dan DAU

Eva Dwiana Resmikan JPO Milenial

Optimalkan Ekonomi Biru dan Hijau untuk Tingkatkan Kebijakan Fiskal

Penanganan Korupsi Berlanjut

Awasi Kebijakan Harga Singkong di Lapangan

POPULAR POST

Koran Digital Lampung Post, Edisi Jum’at, 30 Mei 2025

Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

BPK RI Periksa Keuangan Polres Lampung Timur

Koran Digital Lampung Post, Edisi Senin, 09 Juni 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Selasa, 10 Juni 2025

Tentang Kami

Alamat Kami

Iklan & Sirkulasi

Selamat Datang kembali!

Ambil kata sandi Anda